Bertemu Lagi

704 44 5
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN FOLLOW !!!
.
.
.
.
.
.

Kalau ditanya siapa orang yang akan Adiyan hindari seumur hidupnya, maka jawabannya adalah Zifra. Terang saja dia nggak mau ketemu dengan Zifra. Di depan gadis itu dia pipis di celanan lho! Sebuah rekor termemalukan sepanjang hidup Adiyan Henderyanto Wiguna.

Tapi, kayaknya jalan hidup kadang suka membangongkan. Manusia bisa berencana, tapi takdir berkata lain. Orang yang paling Adiyan hindari justru ada di depan matanya sekarang. Untungnya Zifra tidak menyadari keberadaannya. Oleh sebab itu, ia berniat untuk pergi.

"Guys, gue kayaknya cabut duluan ya." Pamit Adiyan. Padahal teman-temannya baru saja sampai. Mereka mau kerja tugas bareng lho.

"Nggak bisa gitu. Kita baru aja datang ini." Tolak Trian, teman Adiyan.

"Urgent bro." Sengaja ia memasang mimik wajah panik, biar Trian si ketua kelompok paham.

"Nggak ada. Duduk cepetan!" Perintah Trian.

"Yaelah bro." Adiyan masih mencoba peruntungannya.

"Duduk." Tapi, dasarnya Trian galak dan nggak berkeperikemanusiaan, jadi mau nggak mau Adiyan nurut.

"Kalau gitu, gue duduk di situ deh." Adiyan minta gantian tempat duduk dengan Haidar.

"Sori bro, udah pewe gue." Aelah si Haidar sok-sokan nggak mau. Tidak kehabisan akal, Adiyan pun mengeluarkan jurus andalannya. "Gue traktir minum deh, gimana?"

Tanpa pikir panjang, Haidar langsung berdiri. "Aduh pegel banget duduk di sini. Pindah deh Yan." Mau pindah tempat duduk saja harus pakai acting. Ada-ada saja Haidar. Sementara itu, Adiyan merasa lega karena dia tidak harus bertatapan dengan Zifra.

Di tengah-tengah mengerjakan tugas, Adiyan melirik ke belakang. Zifra masih ada di sana. Gadis itu sendirian dengan laptopnya. Kayaknya lagi kerjain tugas juga. Mayoritas pengunjung cafe ini adalah mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas. Maklum saja, di sini free wifi, tempat enak, makan dan minumannya juga dijual dengan harga terjangkau. Paling pas dengan perekonomian mahasiswa.

Hari sudah semakin gelap. Tugas Adiyan dan kelompoknya juga sudah selesai. Itu tandanya mereka sudah bisa pulang. Terlalu serius mengerjakan tugasnya, Adiyan pikir Zifra sudah pulang dari tadi. Ternyata tidak. Gadis itu masih duduk di tempat semula dengan beberapa gelas dan piring kue kosong di hadapannya. Wah, makannya banyak juga.

"Lo nebeng gue pulang?" Tanya Trian pada Adiyan. Bukannya menjawab, dia malah bengong. Trian yang memang sumbunya pendek, jadi emosi. "Mau pulang bareng nggak? Kalau nggak, gue duluan." Ancamnya.

"Lo duluan aja." Kali ini giliran Trian yang bengong. Angin dari mana sampai Adiyan nggak mau pulang bareng? Temannya ini tidak membawa motor, maklum motor kesayangannya itu lagi masuk bengkel.

"Mau ngapain lo malam-malam gini?" Heran Haidar.

"Mau ngepet gue." Jawab Adiyan asal.

"Pantas muka lo mirip babi." Sambung Trian.

"Muka lo yang babi." Tunjuk Adiyan.

"Eh dua babi, gelut aja kalian." Tambah Haidar.

"Monyet diam aja." Suruh Adiyan.

"Eh bekantan Sumatra, lo tuh yang diam." Hardik Haidar.

Mereka bertiga nggak sadar kalau suara besar mereka mengundang perhatian seorang gadis. Matanya menatap lurus ke arah seseorang yang disebut bekantan Sumatera. Kayak pernah liat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

From A To ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang