Cinta Dalam Diam

10 2 0
                                    

A Romantic by; Rudin

Panas begitu menyengat, memberikan rasa nyaman bagi Rifa untuk tidur siang dengan bantal favoritnya.

Baru saja Rifa akan memejamkan mata, namun ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.

"Kak, ada apa?" ucap Rifa.

"Oh kamu tidur, ya? Ya udah, nanti aja," Gari ingin menutup pintu.

"Nggak juga kok. Sini!" suruh Rifa.

"Kakak pengen ngomong sesuatu," ucap Gari setelah duduk dipinggir kasur.

"Ngomong, apa?" tanya Rifa.

"Lebih tepatnya Kakak minta tolong, sih. Boleh?"

"Boleh, Kakak mau minta tolong apa?"

"Jadi gini, nanti malam mau ikut Kakak nggak? Cari barang di mall," ucap Gari.

"Eh? Boleh kok, Kak," Rifa penasaran. "Cari barang apa emangnya?"

"Beneran mau?" Gari tersenyum. Dia berdiri. "Oke nanti jam 7 kita berangkat, ya."

"Eh, eh, jawab dulu. Kakak pengen cari barang apa?"

"Nanti bakal Kakak beritahu kok, makasih adekku!" Gari mengusap-usap kepala adiknya.

Gari keluar dari kamar Rifa dengan perasaan senang.

Rifa tersenyum, hatinya senada dengan kakaknya. Melihat remaja 17 tahun itu bahagia membuatnya ikut bahagia.

***

Jam menunjukkan pukul 19.15, Gari dan Rifa baru saja sampai di sebuah mall ternama di negara ini.

Selagi berjalan masuk, Rifa memandang kakaknya sembari berkata, "sekarang Kakak kasih tau aku, Kakak mau beli barang apa?"

Mereka menaiki eskalator, Gari memandang balik adiknya dengan tersenyum.

"Nah, itu Kakak gak tahu," ucap Gari dengan wajah polos.

Rifa mengernyitkan dahi.

"Kakak bercanda, 'kan?"

"Kakak serius," Gari tertawa kecil.

"Jadi gini, Devi 'kan besok ulang tahun, nah Kakak pengen ngasih sesuatu gitu. Tapi Kakak gak tau. Berhubung kamu cewek, bisa dong kasih saran enaknya ngado apa."

Rifa mengenal Devi. Dia adalah anak kelas 11 IPA 1, Kakaknya ini akrab dengan Devi semenjak satu tahun yang lalu.

"Ya udah, beliin baju aja," kata Rifa.

"Baju, ya? Kakak juga mikir gitu. Yuk, bantuin Kakak cariin baju yang cocok!" seru Gari.

Rifa mengangguk. Kakaknya sudah tak memandangnya, membuat Rifa memasang raut wajah biasa, tanpa senyuman.

Tidak begitu lama bagi Rifa mencari baju yang cocok untuk orang yang disukai Kakaknya. Baju yang Rifa pilih seirama dengan keinginan Gari.

Jam menunjukkan pukul 20.31, bukannya pulang, justru Gari mengajak adiknya untuk makan di pinggir jalan.

Selagi menunggu makanan dihidangkan, Rifa sesekali mencuri pandang ke arah kakaknya, yang terlihat senyum-senyum. Bahagia.

"Sekali lagi makasih, ya. Udah bantuin Kakak," ucap Gari.

"Sama-sama, Kak." Rifa tersenyum kecil.

"Kamu tau sendiri, 'kan. Kakak suka sama dia," kata Gari.

Rifa tak ingin membahas ucapan kakaknya itu. Dia justru berkata, "Aku seneng bisa bantu Kakak."

***

Esok hari pada jam istirahat di sekolah Rifa, dari kejauhan Rifa melihat sang kakak yang tengah memberikan bingkisan untuk Devi.

Gadis itu tersenyum. Senang dengan apa yang diberikan oleh Gari.

Tanpa Rifa sadari air matanya menetes, dirinya tak sanggup melihat pemandangan yang menyesakkan ini. Rifa memutuskan untuk pergi ke kelasnya.

Kelas telah kembali dimulai. Rifa termenung menunggu bel pulang yang tak kunjung berbunyi, padahal Rifa ingin segera pulang.

Tibalah waktu untuk pulang. Rifa keluar kelas, disambut oleh kakaknya. Seperti biasanya dia akan pulang bersama remaja setinggi 170 senti itu.

"Kamu kenapa, Dek?" tanya Gari.

"Maksudnya, Kak?"

"Raut wajahmu, keliatan sedih."

"Ngomong apa, sih? Aku nggapapa kok, Kak." Rifa tertawa kecil.

"Ada yang bully kamu?"

"Nggak ada, Kak."

"Bener? Kakak khawatir sama kamu," kata Gari. "Ya udah, ayo pulang."

"Kakak, tunggu di parkiran dulu aja. Aku ada urusan sebentar."

"Oh, oke kalo gitu."

Gari turun kebawah lebih dulu. Senyuman Rifa lenyap. Gadis ini pergi menuju ke depan kelas yang tak asing baginya.

Di depan mata Rifa, terlihat Devi yang baru saja keluar kelas sedang berbincang dengan teman sekelasnya.

"Eh, Rif?" ucap Devi.

"Kak Dev. Aku mau ngomong sebentar boleh?"

"Boleh, kok. Kalian duluan aja, ya," Devi menyuruh teman-temannya turun lebih dulu.

Rifa mengajak ke tempat sepi, yakni di dalam kelas.

"Mau ngomong apa?" Devi kepikiran sesuatu sampai membuatnya tersenyum. "Eh ya, Kakakmu tadi ngasih aku kado-"

"Kak Devi ada hubungan apa sama kakakku?" Rifa blak-blakan.

Hening. Raut wajah Rifa nampak serius.

"Aku ...aku menyukainya," jawab Devi.

"Ada apa denganmu? Aku sadar, loh. Selama ini kamu selalu menghindar, seolah kamu nggak suka kalo aku deket dengan kakakmu."

Hening, Rifa terdiam.

Devi selangkah mendekati Rifa. Dia melanjutkan, "Tolong jawab, aku nggak suka kamu menjauhiku. Apa, yang salah denganku?"

"Aku suka sama Kak Gari! Ngerti?" jawab Rifa dengan jujur.

Devi tak mengerti.

"Kamu ... kamu bercanda, 'kan? Dia kakakmu, loh." Devi tak menyangka gadis kelas 10 ini naksir dengan kakaknya sendiri.

Rifa memandang Devi dengan tatapan serius.

"Bagi Kak Gari aku emang adik kandungnya. Tapi bagiku, dia bukan kakak kandungku," ucapnya. "Kak Gari belum tahu sebenarnya aku dan dia bukanlah saudara kandung. Sebelum aku lahir, Papa dan Mama mengadopsinya."

Devi membisu. Tak tahu harus berkata apa.

Rifa menghela napas. "Sampai kapan pun, aku gak akan biarkan Kak Gari punya hubungan spesial dengan cewek mana pun, termasuk kamu. Karena suatu saat Kak Gari bakal jadi suamiku."

Rifa meninggalkan Devi yang masih terdiam di kelas.

Cipta Karya AthTeraeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang