Huang Hendery hanya mencintai satu orang wanita seumur hidupnya. Baginya, tidak ada siapapun yang bisa menandingi seorang Jung Jina. Di mata Hendery, wanita itu layaknya representasi dari kata sempurna. Cantik wajah maupun hatinya, dan yang paling penting, membuatnya merasa aman. Pada Jina yang sempurna, Hendery membagi suka-dukanya. Membagi sisi terlemahnya sebagai seorang laki-laki tentu bukan hal yang bisa dilakukan semua orang, dan ia menunjukkannya tanpa ragu.
Lima tahun sebagai sepasang kekasih, dan hari ini, tepat tiga tahun sebagai pasangan suami istri. Apalagi sekarang, Huang Jiyu telah hadir di tengah mereka. Hidup Hendery rasanya tidak bisa lebih baik lagi.
Sampai suatu ketika, Jung Jina yang sempurna di mata Hendery, meruntuhkan dunianya dalam satu malam. Tepat di hari pernikahan mereka yang ketiga.
"Hendery, aku bisa jelaskan." Jina tergopoh-gopoh menyusul suaminya sembari menutupi tubuh setengah telanjangnya dengan lingeri tipis. "Hendery!"
Pemuda itu berhenti ketika tangannya berhasil ditangkap. Dadanya masih naik turun karena emosi yang membuncah. Ia berbalik, menepis tangan Jina, kemudian menatapnya lamat-lamat.
Hendery tidak tahu harus melakukan apa. Karena disaat ia seharusnya merubah semua cinta yang ia miliki menjadi benci, tetapi nyatanya ia masih mencintai wanita ini dengan porsi yang sama. Ia masih sangat mencintai Jung Jina yang bergumul dengan laki-laki lain di hari ulang tahun pernikahan mereka.
"Aku meneleponmu—" ucapnya tercekat. Matanya masih menatap Jina tepat di mata. "Kau bilang ingin merayakannya di tempat pertama kali kita kencan? Sejak sore aku mengirimkan pesan, tidak satupun kau baca. Kupikir sesuatu terjadi padamu. Aku sampai bertanya pada penjaga di bawah, barangkali melihatmu keluar apartemen, tapi dia bilang kau tidak keluar sejak pagi."
Jina mencoba menggenggam tangan Hendery. "Kita bisa bicarakan ini baik-baik, hm?"
"Sebaik apapun caramu menyampaikan penjelasan itu, bukankah tetap saja membuatku hancur?"
Wanita itu tidak menjawab. Hanya menangis semakin hebat, mengucapkan maaf berkali-kali. Dan Hendery membiarkannya. Berharap kata maaf yang dilontarkan Jina bisa bekerja seperti plester dan menutup luka di hatinya.
"Aku berbuat salah apa padamu, Jina?" Tatapan putus asa yang tidak pernah Jina lihat seumur hidupnya membuat wanita itu sesak.
Sekelebat sosok tertangkap ekor mata Hendery. Pakaiannya sudah rapi. Padahal beberapa menit lalu laki-laki itu berbaring di ranjangnya tanpa pakaian.
Laki-laki itu berdiri di ambang pintu kamar. "Huang," panggilnya.
"Keluar dari rumahku, Lucas. Kau tidak perlu ikut bicara." Hendery menatap tajam sosok itu.
"Hendery, aku yang mendekatinya duluan, memintanya melakukan—" Lucas tidak melanjutkan ucapannya, malah mengacak rambutnya frustasi. "Ini salahku. Maaf. Hari ini kau ada pekerjaan di Jepang dan tidak bisa pulang. Aku memang memanfaatkannya. Jina tidak mengundangku. Aku yang datang sendiri."
Hendery meraup wajahnya lelah. "Intinya kalian tetap melakukan hal gila di belakangku."
"Hen—" ucapan Lucas berhenti ketika Jina memberinya isyarat. Laki-laki itu langsung patuh, kembali ke kamar untuk mengambil sisa barangnya dan pulang dengan langkah gontai.
Kepergian Lucas membuat jeda panjang di antara mereka. Hanya deru napas Hendery dan tangis Jina yang terdengar di sana.
Pemuda itu berjalan ke arah meja makan, bermaksud untuk mengambil sebotol air untuk mendinginkan tubuhnya yang panas, tetapi matanya menangkap sesuatu yang berpendar di atas meja. Ada botol wine favorit Jina dan dua buah gelas kosong juga di sana. Tergeletak begitu saja membuat isinya membasahi meja sampai menetes ke lantai.
Meskipun bukan tipe yang imajinatif, tapi Hendery bisa membayangkan apa yang terjadi ketika melihat sebelah anting Jina ada di meja. Dan pakaian gadis itu tercecer di sepanjang jalan menuju kamar.
"Kita bisa memperbaiki ini, Hendery. Kumohon?" Lagi, wanita itu mencoba membujuk.
"Bagaimana caranya?" Sambar Hendery. Kedua alisnya terangkat menunggu jawaban. "Coba lihat ini."
Hendery mengambil botol wine yang tergeletak di atas meja, kemudian membantingnya kuat-kuat sampai hancur. Kemudian laki-laki itu menatap Jina lagi. "Coba perbaiki itu, sebelum mencoba memperbaiki duniaku, Nyonya Huang."
Wanita itu bergeming, hanya menatap suaminya dengan mata yang basah. Dulu Hendery akan langsung memeluknya untuk menenangkan. Hari ini, meskipun ingin, Hendery memilih untuk diam.
"Tidak bisa, kan? Kenapa kau percaya diri sekali bisa memperbaiki apa yang telah kau rusak? Sejak dulu kau tahu duniaku hanya kau, Jina. Dan sekarang sudah tidak ada yang tersisa. Ayo berpisah."
Jina menggeleng ribut. "Tidak. Jiyu tidak boleh hidup dalam keluarga yang tidak utuh! Usianya baru tiga tahun, Hendery..."
Jawaban Jina seakan membuat darah Hendery mendidih lagi. "Seharusnya pikirkan itu sebelum kau melakukannya bersama Lucas! Sekarang kau memikirkan Jiyu, apa sebelum membawa laki-laki lain ke kamar kita kau memikirkannya? Berpikir bawah putra kita akan terluka karena perbuatan ibunya?"
Hendery meraih kedua bahu milik Jina. "Bicara padaku kalau kau kesepian! Bicara padaku kalau kau butuh dihibur! Apa selama ini aku terlalu abai sampai kau perlu hiburan dan laki-laki lain? Dan kenapa harus dengan orang yang kukenal?!"
Tubuh Jina sedikit terdorong ketika Hendery melepas rengkuhannya. "Pekerjaan di Jepang itu hanya alasan. Aku sengaja meminta ibumu mengurus Jiyu agar kita bisa merayakannya berdua. Aku sudah menyiapkan segalanya di sana. Candle light dinner? Omong kosong. Sepertinya kau lebih suka malam yang panas dan romantis?" Hendery tersenyum pilu.
"Sebenarnya apa yang kurang dariku, Jina? Apa Lucas memberikan lebih banyak dariku? Huh, lucu sekali. Sepertinya aku terlalu sombong dengan hidupku yang sempurna, sampai tidak tahu aku masih punya kekurangan."
Lagi-lagi jina menggeleng. Ia bersimpuh di dekat kaki Hendery, memeluk kaki suaminya erat. "Kau suami dan ayah yang baik. Tidak ada kekurangan. Aku yang salah, aku yang serakah. Maafkan aku sekali ini saja, Hendery... Demi Jiyu."
Hendery melirik Jina dengan tatapan terluka. "Kemasi barangmu. Aku akan mengirimkan surat cerai dalam tiga hari." Laki-laki itu melangkah pergi. "Aku tidak tahu akan ada hari dimana aku harus mengembalikan putri kesayangan keluarga Jung," katanya lirih."
DRAMA BANGET AH!
Tapi aku ikut sedih 🥺 chapter berikutnya akan menceritakan hubungan papa dan anak laki-lakinya. Please wait for it yorobuunnn.💚Manggopeach
22-2-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Dehiscent
FanfictionHuang Hendery percaya bahwa hidupnya sempurna. Terlahir dari latar belakang keluarga yang baik, memiliki karir yang sukses, dan menikah dengan Jung Jina seakan menggenapkan kesempurnaan hidupnya. Namun, dunianya yang sempurna itu sudah luluh lantak...