Cerita ini adalah karya fiksi.
Apabila ada kesamaan tokoh, agama, organisasi, dan jalan cerita adalah unsur kebetulan karna karya fiksi ini murni dari hasil pikiran saya sendiri."Takemichi, disaat dimana aku tidak lagi mendapat luka dari perang, dan kamu yang tidak perlu merasakan lelah akibat harus mengobati pasien yang cedera, juga tak ada lagi pertumpahan darah akibat bentrokan senjata. Hanya canda tawa yang menyelimuti hari, maka kala itu tiba, kita.. Harus tetap bersama, ya?"
Bersama, ya?
Itu harapku padamu.
Harap tak pasti yang aku paksa menjadi kepastian menyakitkan.
Apa takdir mempermainkan kita?
Atau mungkin aku yang tak sanggup melawan realita?
Aku tersesat merana dalam janji yang tak mungkin akan ditepati. Mencari waras di sela sela kata yang aku ucap.
Aku lelah, memapah nestapa yang tak kunjung sirna.
Oh, Takemichi.
Tak ada lagi alasanku untuk terus membuka netra ini. Biarlah aku pergi bersama kamu. Kemana senda gurau milikmu, mana senyum lembut mu yang mengatakan bahwa semua akan baik baik saja.
Aku gulana tanpamu.
Tolong, jangan sambut aku dengan pandangan gusar.
Sebab ini memang jalan nya.
Mungkin memang belum sekarang waktunya. Mungkin di kehidupan selanjutnya.
Biarlah takdir menertawakan angan angan ku. Jika di kehidupan selanjutnya aku dan kamu terlahir dengan keadaan tidak saling mengenal, maka aku yang akan memaksa mengingat kamu.
Mengingat segala memori yang telah kita buat di kehidupan ini.
Mengejar kamu walau tak pasti.
Karna cintaku padamu itu utuh, dan tidak berujung.
_____
Hiroshima, 3 Agustus 1945.
Markas militer Jepang.
Sepasang kaki jenjang menapaki tanah tempat insan memijak. Seorang pria dengan tato naga di kepalanya, juga surai blonde nya yang terkepang, duduk menunggu di kasur tipis di sebuah ruangan.
Baju militer Jepang yang dipakai oleh nya tampak menawan. Netra nya hitam legam, tegas juga lembut di saat yang bersamaan. Dengan sabar menunggu seseorang di ruang tersebut.
Indra pendengar menangkap suara seseorang tengah berlari di koridor markas, dan..
Brak!
Pintu ruangan dibuka keras, memperlihatkan sosok pria dengan jubah putih juga tas di tangan. Pria bersurai raven dengan netra ultramarine yang menghanyutkan tersengal sengal dan menghirup udara dengan rakus.
Netra hitam legam bersinggungan dengan ultramarine, membuat kontak mata sesaat sebelum akhirnya sang empu netra ultramarine memutusnya. Tangan lentik itu memegang gagang pintu kemudian menutup nya kembali. Menyisakan dua pria tersebut di dalam ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
bersama ☁︎ dratake
Fanfiction"Kita.. Harus tetap bersama, ya?" ! all characters belongs to ken wakui ¡ # disclaimer ; ー one-shot ー typos ー bxb ー major characters death ー comfort/hurt ー ini hanya fiksi! beberapa informasi berdasarkan fakta dan beberapa lagi hanya karangan untuk...