Ditutupi

9 0 0
                                    

"Kamu baik-baik saja?" tanya Ali pada Azizah yang kala itu mendapati wajah pucat Azizah setelah mengajar.

"Baik, maaf. Aku mau pulang dulu," pamit Azizah. Baru beberapa langkah dari gerbang TPQ, Azizah tiba-tiba limbung.

Ali segera berlari untuk menolongnya.

"Kamu sepertinya tak sehat?"

"Aku baik-baik saja, Ali. Hanya sedikit pusing," ucap Azizah. Ali mengajak Azizah duduk di bawah pohon yang tumbuh lebat di depan TPQ.

"Bentar, aku ambilkan air minum."

Setelah mengambilkan air putih, Azizah bergegas ingin pulang.

"Aku harus pulang. Ada suatu hal yang harus aku kerjakan. Mari, Mas Ali."

Ali mengangguk tapi hatinya ragu. Benarkah tak ada masalah dengan Azizah. Raut mukanya terlihat pucat, sepertinya ada masalah besar padanya.

Azizah memang wanita pendiam. Dia seseorang yang pandai menyembunyikan sesuatu.

Ali mengendari sepeda ontelnya karena jarak masjid ke rumahnya tak begitu jauh.

Azizah baru saja sampai di rumah. Erinka memandang sinis Azizah dan mengangkat kedua tangan sampai pinggangnya.

"Kemasi semua barangmu! Bikin malu saja! Sudah untung kamu kami kasih tinggal di rumah tua ini. Mana utang ayahmu banyak lagi, malasnya kamu itu nggak ketulungan. Sudah dikasih tahu, jangan ngajar ngaji lagi! Kerja! Kamu ngeyel, sekarang? Kakakmu harus banting tulang sendiri buat aku, kamu dan Indri. Sadar! Kamu sudah berumur, kenapa tidak menikah saja. Atau kalau enggak, kerja yang gajinya gede! Ngajar ngaji dapatnya apa? Pujian? Makan tuh pujian. Mbak nggak mau tahu, kembali nanti, kamu sudah harus memiliki uang dan juga masa depan. Bosan Mbak dititipi adik kayak kamu," teriak Erinka.

"Mbak, jangan usir Zizah. Zizah masih mau tinggal di sini, rumah ayah dan ibu sudah dijual buat kalian 'kan? Tolong, jangan usir Zizah," isak Azizah.

"Sudahlah. Mbak malas berurusan sama gadis sok alim kayak kamu, mana ada yang mau sama wanita sok suci dan nggak bisa cari uang.  Biar nanti Budi jadi urusan Mbak kalau dia pulang. Seharusnya kamu berterimakasih, karena dengan begini kamu bisa mikir. Hidup itu harus seimbang, bukan hanya akhirat yang dicari. Dunia juga kamu pikirkan! Pergi dan bawa semua pakaian ini."

"Tapi Mbak, Zizah mau ke mana?"

"Bodo amat! Ijazah sarjana, pakai! Jangan hanya buat pajangan. Bosan Mbak dengarnya!"

Erinka menutup pintu rumahnya dengan keras hingga Azizah kaget dan mengeluarkan air matanya.

Kepala yang tadi berat, bertambah berat. Hingga ia harus berjalan pelan menuju rumah Kyai Sobri, imam masjid tempatnya biasa belajar ilmu agama.

Baru sampai di depan rumah Kyai Sobri, badan Azizah terhuyung ke jalan.

"Astaghfirullohal'adzim," ucap seseorang yang tidak sengaja bertemu Azizah.

"Maaf." Azizah mencoba berdiri tapi justru semuanya gelap.

***

Azizah membuka matanya dan melihat dirinya yang sedang di dalam sebuah kamar. Dia kaget karena kamar ini seperti kamar lelaki.

Pintu terbuka dan seorang pria membawa nampan berisi minum dan makan.

"Syukurlah sudah bangun. Kamu dehidrasi, sudah berapa hari nggak makan?" tanya lelaki itu.

Azizah diam. Jujur dia takut bertemu lelaki yang belum dikenalnya.

"Hm, kenalkan saya Hamiz. Saya karyawan di Mall Elite Plaza yang kebetulan kos di sekitar sini. Tadi saya lewat dan Anda seketika pingsan. Karena panik, saya ajak ke sini. Maaf, kalau lancang," ucapnya sopan.

Azizah masih diam membuat Hamiz bingung.

"Baiklah, ini ada makan dan minum. Setidaknya jika ingin pulih, makanlah. Itu bisa mengurangi dehidrasi mu," ucap Hamiz lalu beranjak pergi.

Azizah memandangi makan dan minum yang dibawa Hamiz. Tak ia pungkiri, dari kemarin ia hanya minum. Erinka tak memberinya makan dan tak ada bahan makanan yang bisa diolah. Azizah hendak membeli makan, tetapi Erinka lagi-lagi memarahinya.

Akhirnya ia putuskan minum air dan berpuasa.
Begitu Azdan maghrib berkumandang, ia meneguk air putih itu. Dengan lahap ia menghabiskan makanan yang dibawa Hamiz.

Azizah ingin berterimakasih pada Hamiz dengan membawa piring kotornya untuk dicuci. Saat melewati ruang tamu, ia melihat ada foto Ali terpajang di atas televisi.

Azizah sedikit kaget dan mendekatinya.

"Kamu kenal dia?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wanita Yang Disembunyikan Suamiku Ternyata UstadzahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang