•1•

5 1 21
                                    


Teng Tong...Suara bel sekolah berbunyi.

"Mau kemana lagi kalian? Selalu aja pas jam makan siang ngilang!" Gwen membentak.

"Ga usah kepo. Kebetulan aku ada urusan penting dengan anak orang." Vista membalas sambil menarik tangan Grace.

"Kamu duluan aja Gwen, aku bakal nyusul nanti." Grace tersenyum lebar walau dia tau apa yang dimaksud dari 'urusan penting' tersebut.

***

Sesampainya dibelakang sekolah yang dulunya sebuah taman berekreasi, Vista segera melepaskan tangan Grace.

"Kontrak kita masih berjalan. Pura-puralah menjadi pacarku lagi. Kebetulan ayahku akan mengajakku makan malam bersama kakek hari ini."

Grace hanya mengangguk.

"Sial sekali bukan? Uda jelas kita tidak memiliki perasaan dengan satu sama lain namun hal ini selalu aja terjadi." Vista menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Grace hanya tersenyum.

"Kenapa kamu diam sekali hari ini? Apa lagi ga enak badan?" Vista bertanya sambil memegang dahi Grace yang memanas.

"Panas banget!! Cepat istirahat! Aku akan mengantarmu ke UKS! Saya akan mencoba untuk memujuk ayah untuk membatalkan makan malam hari ini. Kesehatanmu adalah prioritas pertama!" Vista langsung mengeluarkan hpnya tetapi itu langsung diberhentikan oleh Grace.

"Udah..biarkan saja..aku masih bisa kok mengikuti makan malam hari ini.." Grace mendesah dengan mukanya yang begitu pucat.

"Apanya masih bisa?! Kamu pucat begini!" Vista segera mengangkatkan Grace ke punggungnya dan bersiap-siap untuk berlari menuju UKS.

"Apaa..apa ini? Turunkan..akuu!" muka WAWAW memerah. Bukan karena suhu badannya yang meninggi tetapi karena ia merasa malu atas aksi Vista yang sedang mengendongnya.

Vista sempat melihat muka Grace yang memerah itu.

"Bagaimana bisa aku menurunkanmu jika mukamu begitu merah? Biarkanlah aku yang berbicara dengan ayah nanti. Kamu cukup istirahat saja." Vista langsung mengelus rambut Grace yang menutup wajah cantik Grace.

"Cantik-cantik gini kan sayang kalau sakit." Vista tersenyum manis.

Karena senyuman dan aksi Vista yang begitu manis, Grace jadi tersipu malu.

***

Sesampainya di UKS, Vista segera membaringkan Grace ke kasur yang terletak di samping meja suster.

"Biarkan saja dia disini beristirahat. Kamu segeralah balik kekelasmu." Suster itu berkata sambil mengambil termometer untuk mengukur suhu badan Grace.

Vista mengangguk dan meninggalkan UKS.

"Apa cowo tadi pacarmu?" Suster bertanya kepada Grace.

"Tidak sus..dia hanyalah seseorang yang saya anggap dekat." Grace menutup matanya dan beristirahat sejenak.

***

Sesampainya Vista di kelas, semuanya langsung bertanya dimanakah Grace.

"Grace dimana? bukannya kamu tadi pergi bersama dia?" Gwen, teman Grace yang sudah mengenalinya selama 8 tahun bertanya.

"Dia sedang beristirahat." Vista jalan menuju mejanya.

"Istirahat? Apa dia sakit?" Gwen terlihat khawatir.

"Iya. Kalau kamu ingin menjengkuknya, dia sedang berada di UKS." Vista menunduk kepalanya dan menutup mata.

Tiba-tiba, terdengar suara ketokan pintu. Pak Ilham memasuki ruangan.

"Selamat Siang anak-anak! Mari kita memulai pelajaran hari ini!"

***

Sepulang sekolah, Vista mampir ke UKS untuk menjengkuk Grace. Grace yang sadar atas kehadiran Vista segera terbangun.

"Kelas uda selesai ya?" Grace bertanya sambil mengambil jam tangan yang tertelak di meja sebelahnya untuk mengecek waktu.

"Iya barusan selesai." Vista membalas.

"Bagaimana demammu? Apa sudah reda?" Vista melanjutkan, memegang dahinya Grace.

"Syukurlah sudah mendingan." Vista merasa lega.

"Bagaimana dengan makan malam nanti?" Grace bertanya mengkhawatirkan Vista karena ayahnya yang tidak suka rencana yang ditunda atau dibatalkan.

"Tidak apa-apa. Ayah akan mengerti." Tentunya yang diucapkan Vista tidak benar. Ia tau konsekuen yang akan dia terima. Ia pernah sekali membatalkan perjanjian yang sudah diatur ayahnya dan berakhir dengan luka memar yang berwarna biru keunguan diseluruh tubuhnya.

Grace mencoba untuk berdiri dan menyimpan semua barang-barangnya ke tas ranselnya.

"Aku mengenalmu jauh lebih dari siapapun. Ayahmu tidak mungkin membiarkanmu lolos begitu saja. Ayo kita pergi. Dimana tempatnya?" Grace sudah siap membereskan semua barangnya dan pada saat dia membuka pintu, Vista menariknya gelang tangannya. Grace menoleh kebelakang dan melihat tatapan Vista yang begitu tajam.

"Apa kamu sadar bahwa kamu masih belum sepenuhnya sembuh?!"

"Tidak usah hiraukan itu. Ayo kita berangkat." Grace mencoba untuk melepaskan genggaman Vista yang begitu erat.

"Lepaskan aku." Perintah Grace.

Vista menundukkan kepalanya sedikit untuk melihat Grace yang begitu kecil munggil untuknya. Ia kemudian mengangkat dagu Grace dan menatapnya dalam.

"Apa saya perlu ulangi lagi? Beristirahatlah."

Badump.

Badump.

Badump.

Suara hati Grace mengencang.

To Be Continued.

<<Hallow semuanya, maaf jika ada salah pronouciation hehe dan maaf juga jika ceritanya kurang menarik! Yang mau memberi feedback bisa saja langsung komen ya>>

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia yang ada didepankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang