Selamat membaca😁.
Bagaimana Bandung? Yara melepas ipod nya, memandang langit bandung yang sendu. Entah karena sudah sendu atau memang sedang menyambut kedatangan nya. Mengingat terakhir kali ia mampir ke kota penuh kenangan , yang harus ia tinggal kan atas sebuah kata kehilangan. Apa ada yang lebih egois dari kata kembali, apa ada yang lebih munafik dari manusia yang pura pura baik.
" kemana tujuannya"
" tidak ada, ia tidak punya tujuan lagi"
Apa rumah yang kemarin masih bisa jadi tujuannya?. Rintik hujan yang menyapa kaca mobil seakan menjawab tidak, jalanan kota yang dulu memandunya sekarang bahkan membawanya menjauh. Apa tidak cukup hari kemarin?, apa tidak cukup Luka kemarin?. Tidak ada yang tau apa isi kepala seorang Yara, tidak ada.
" pak, langsung kerumah ya"
Sopir hanya mengangguk paham, lalu kembali menutup mulut nya.
Tidak ada yang Tersisa dari malam dikota bandung, tidak ada terkecuali mimpi seorang anak yang tengah berdiri sambil membawa koran ditangannya. mengadu nasip sebelum waktunya. tubuhnya kian kurus seolah penanda bahwa kota ini terlalu keras untuk pundak rapuhnya. Berapa lama lagi ia harus seperti ini, tidak lebih Dari 1 malam. Pikirannya hanya tentang hidup besok, padahal teman seusianya tengah asik tertidur nyenyak. Ia sudah terlatih untuk bertahan hidup. Yara tersenyum lalu menurunkan kaca mobilnya perlahan membiarkan gerimis membasahi lengannya.
" pak boleh berhenti sebentar? "
Yara membuka tasnya lalu mengambil selembar kertas disana, uang lebih tepatnya. Tampak anak laki laki itu sedikit mendekat kearah Yara menembus gerimis yang cukup deras.
" koran nya kak "
" boleh, satunya berapa? "
Ada senyuman di bibir anak itu,
" 10.000 kak "
Yara tertengun, ia tidak pernah membeli koran sebelum nya. Ayahnya memang suka membaca koran, tapi dia tidak pernah tau berapa harganya.
" Kalo majalah nya 15,000 "
" yaudah beli majalah nya satu ya, sama koran nya semua "
Anak laki laki itu tampak terkejut, lalu kemudian memberikan satu majalah berjudul bobo dan satu koran.
" ini koran nya satu aja, mubazir kalo banyak banyak toh isinya sama kok. "
Yara tersenyum, lalu memberi uang kepada anak laki laki itu
" kak ini ga ada yang lebih kecil, aku cuman jual 2 koran hari ini. Ga cukup buat kembalikan uang kakak " ucap Anak laki laki itu sambil menghitung uangnya.
" buat kamu aja kalo gitu "
" nggak ah, kebanyakan "
" yaudah kakak beli semua nya aja " tawar Yara
" gini aja kak, Kita ketemu lagi besok disini. Aku balikin sisanya besok, Nama aku Hara orang sini kenal aku semua kok "
Anak laki laki itu mengulur kan jari kelingking nya," janji besok aku pulangim sisanya "
" janji " ucap Yara sambil menaut kan jari kelingking nya juga.
Dan Malam itu Yara tidak berhenti tersenyum, kerasnya bandung tidak membuat kesederhanaan anak laki laki itu terkikis. Seakan Bahwa netranya tidak pernah menangkap hal hal buruk. Bahwa jalanan keras juga mengajarkan hal yang baik, bahwa hidup bukan sekedar kekuasan dan uang.
...
Dia benar benar merindukan tempat ini, rumah yang dipenuhi banyak kenangan. Kenangan yang juga membuat nya harus pergi.
Yara rindu setiap sudut didalamnya, ia rindu suara seseorang yang telah mengajarkan nya arti kehidupan. Ia sangat rindu.
" Kak Yara! "
" Duh kok berdiri diluar sih kak, kan bisa panggil bibi. " Bi Suti, pengasuh nya. Berlari menghampiri Yara yang berdiri diluar pagar. " Jadi basah semua baju nya "
" Habisnya Terlanjur kangen sama rumah ini. Sampe lupa cara buka kunci pagar nya " canda Yara.
" Nggak ada yang berubah ya Bi ? " Ujar Yara memperhatikan sekeliling.
" Iya kak, soalnya pesan bapak jangan ada yang di rubah. Semua harus sama seperti kemauan kakak. Bahkan letak barang barang nya aja gak ada yang bergeser sama sekali." Jelas Bi Suti membantu Yara membawa kopernya kedalam rumah.
" Memang papa yang paling ngerti aku " lirih Yara.
" Oh iya kak, mau tidur di kamar atas atau— "
" Dikamar ku dulu bi, "
" Tapi tempat tidurnya kecil "
" Gak papa, Yara mau tidur dikamar lama aja "
Bi Suti mengangguk mengerti. " Yaudah ganti bajunya di kamar tamu dulu. Soalnya bibi mau bersihin kamarnya dulu biar enak nanti istirahat nya " ucap Bi Suti membawa barang barang Yara ke atas.
Yara bukan nya langsung mengganti bajunya, ia justru pergi ke kamar utama.
Yara menghela nafas menekan kunci pintu kamar didepannya, membukanya pelan. Sesak. Dadanya terasa ngilu, ia mencoba tegar dan kuat. Tapi langkah tak sanggup untuk masuk kedalam kamar itu lagi. Yara hanya berdiri diambang pintu, Menatap tempat tidur yang kosong.
Ia rindu senyuman hangat itu, ia rindu sapaan yang sangat bersahaja di telinga nya. Ia rindu suara yang selalu menegarkan nya ketika ia sedang sedih. Ia rindu,sangat. Tapi ia tahu seberat apapun rindunya ia tidak akan bisa, ia terlajur kehilangan. Dan ikhlas adalah satu satunya hal yang coba ia lakukan.
Berat memang ketika satu satunya cinta yang kamu miliki pergi meninggalkan mu. Yara merindukan sosok pria hangat yang ia sebut Ayah. Orang yang paling mengerti dirinya. Orang yang selalu bisa membaca kekhawatiran nya, yang selalu menegarkan nya.
Seseorang memeluk Yara dari belakang, mencoba menegarkan nya.
" Yara rindu Papah Bi " lirih Yara." Biasanya Papah bakal sapa Yara, biasanya–papah bakal peluk Yara... "
" B-biasanya... " Yara kehabisan kata kata. Ia tidak kuat, ia tidak sekuat dugaan papahnya.
" Yara mau papah. Y-ara nggak mau sendiri .... " Ucap Yara sesenggukan.
Bi Suti mengelus rambut Yara, " Bapak udah tenang disana kak. Dia paling nggak suka liat kakak kalau sedih "
" Tapi Yara rindu... "
" Besok kita ziarah ke makam ya? "
" Iya... " Jawab Yara tanpa suara. Semua kesedihan yang coba ia tahan pecah detik itu juga. Pertahanan Yara runtuh, segala sedih yang ia pendam meluap.
Malam itu Yara kembali runtuh, pertahanan yang ia bangun selama ia hancur begitu saja. Ternyata ia tidak pernah benar benar ikhlas. Ternyata ia hanya lari dari kenyataan. Dan saat ia dipertemukan pada kenyataannya ia kembali kecewa.
TBC.
Sekedartulisan.
Yang layu sebelum tumbuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reminiscent
Teen FictionHari hari itu berlalu. Cepat, Juga menyayat. Aku bertanya tanya Adakah alasan yang tepat Untuk ku menyimpan semuanya Ku harap ada Karena sudah begitu lama aku merindukan mu.