5

2.1K 250 41
                                    

Motor Jake belum sampai padahal sudah kirim model ke Ayah. Dia minta motor besar yang mirip seperti punya Sunghoon tapi Ayah menawarkan Vesp* matic biar rada gaul. Semalam Ayah dan Jake berdebat masalah motor yang jelas dimenangkan oleh Ayah. Ayah kan juara debat tingkat nasional ketika SMA. Jake menangis semalam suntuk masalah motor. Untung ada Sunghoon yang menenangkan.

"Nggak apa-apa. Nanti kalau mau gantian sesekali juga boleh." Sunghoon mengelus punggung Jake yang sesegukan. Padahal di sekolah Sunghoon Vesp* matic sedang tren. Nanti dia mengaku milik pribadi. Sunghoon tidak tau malu.

Jake masih bete gara-gara Ayah, tambah bete ketika mendengar berita dari tetangga kos mereka.

"Mati air," lapor Heeseung, mahasiswa gila semester lima jurusan kedokteran hewan. Lihat saja rambut merahnya yang berantakan. Sering menjadikan kucing-kucing Sunghoon eksperimen.

Sunghoon dan Jake baru pulang sekolah. Badan gerah dan panas. Pelampiasan yang terbaik adalah mandi. Sunghoon melihat air dalam bak yang hanya cukup untuk mandi satu orang. Berpikir keras bagaimana caranya supaya mereka berdua bisa sama-sama dapat air mandi.

"Sunghoon, sih. Udah tau tinggal di kosan malah lupa isi air penuh semalam." Jake yang sedang bermain bersama Niki menyalahkan Sunghoon. Yang lebih tua bersandar di sebelah pintu kamar mandi.

"Memang yang tinggal di sini cuma aku?" balas Sunghoon. Jake tidak menjawab lagi. Sunghoon sama dengan Ayah. Kalau diajak debat tidak mau kalah. Jake tidak suka orang seperti itu. Tidak gentleman.

Sunghoon ingin mengajukan saran untuk tidak usah mandi sampai air kembali menyala nanti pagi. Masalahnya kucing-kucing Sunghoon sudah dididik menjadi pribadi yang bersih. Nanti mereka tidak mau digendong. Terlebih Sunoo, putri kerajaan. Eh tapi Sunoo jantan. Ada akal licik terbesit di otak Sunghoon.

"Aku mandi duluan, terus baru kamu." Sunghoon masuk ke kamar mandi. Jake segera melompat kemudian menahan pintu kamar mandi dan tersenyum miring.

"Ohohoho. Tidak semudah itu, Ferguso. Kamu kira aku nggak tau niat jahat kamu?" Jake memaksa masuk ke dalam kamar mandi. Sunghoon berusaha mendorongnya keluar. "Nanti airnya habis di kamu terus aku nggak dapat mandi!"

Sunghoon berdecak malas. Terbaca niat jahatnya. Membiarkan Jake yang sudah membuka kemeja berjalan menuju cermin. Dia mengikuti tingkah Jake.

"Pertama, gosok gigi dulu. Nggak ada yang boleh nyentuh gayung!" Jake menggenggam pergelangan tangan Sunghoon. Yang lebih tua melirik Jake yang sudah mulai menyikat gigi.

"Iya. Bawel." Sunghoon menarik tangannya dari Jake. Mengolesi sikat gigi dengan pasta gigi. Sunghoon memainkan tutup botol pasta gigi. Menyentil ke arah leher Jake.

"AH!" Jake berteriak kesakitan. Mengelus lehernya yang terkena sentilan maut dari tutup pasta gigi. Sunghoon yang penasaran dengan perbuatannya menepis tangan Jake. Mengusap leher Jake yang sudah ungu gara-gara tutup pasta gigi.

"Kayak bekas cupang," komentar Sunghoon.

"Mana ada!" Jake tidak terima. Beralih menuju bak mandi yang hanya perlu menghadap belakang. Tangan Sunghoon dan Jake dengan cepat menyambar gayung. Saling berebut.

"Oke. Oke. Kita bugil dulu." Sunghoon melepaskan pegangan pada gayung. Menyuruh Jake melakukan hal serupa. Mereka sama-sama menanggalkan pakaian masing-masing. Mereka berpikir : untuk apa malu, toh sesama cowok. Sunghoon dengan cepat mengambil alih gayung setelah total tidak berbusana. Jake tidak mau kalah. Melompat meraih gayung yang sengaja diangkat tinggi-tinggi oleh Sunghoon.

"Oi! Bagi!" Jake berusaha meraih gayung. Sunghoon mengambil air kemudian mengguyur Jake dari kepala hingga kaki. Jake langsung terdiam dengan rambut lepek menutupi wajahnya.

"Sunghoon setan!" Tangan Jake mencekik leher Sunghoon. Melakukan perlawanan, Sunghoon mendorong Jake hingga punggungnya menempel ke tembok. Gayung dibiarkan jatuh begitu saja. Jake mengumpulkan semua kekuatan yang ada, mendorong tubuh tinggi Sunghoon hingga jatuh terduduk selonjoran di kamar mandi kos yang tidak luas. Jake jatuh menindih Sunghoon. Tangannya yang tadinya mencekik Sunghoon kini sudah turun memegang pundak Sunghoon.

"Hampir mati kehabisan napas," monolog Sunghoon lebay. Mendorong Jake berniat menyuruhnya menyingkir, eh malah kesenggol yang lain. Jake dan Sunghoon reflek mengangkat kepala saling bertatapan. Mereka berdua segera berdiri saling membelakangi satu sama lain. Canggung sekali, serius.

"Anjing anjing anjing," umpat Sunghoon dalam hati. Masih terbayang saat bagian privasinya bergesekan dengan milik Jake. Sunghoon kan masih polos, belum pernah aneh-aneh. Nonton aneh-aneh tidak perlu dipertanyakan.

Perlahan kepala Sunghoon menoleh ke belakang. Melirik Jake yang ternyata juga menatap ke arahnya. Terciduk, mereka berdua kembali ke posisi semula. Jari Jake membuat pola aneh di tembok kamar mandi.

"Jadi gimana?" Jake membuka suara duluan. Sunghoon menelan ludah.

"Y-ya, mandi," jawab Sunghoon. Tangannya memungut gayung yang tepat di sebelah kiri kakinya. Mengambil satu gayung penuh air. Mengguyur setengah untuk tubuhnya, setengah lagi untuk Jake.

"Pakai sabun?" tanya Jake. Sunghoon menggeleng.

"Nggak usah. Mubazir air."

Jadilah mereka siram-siram air saja sebanyak dua gayung. Sisa air di bak untuk yang kebelet pipis tengah malam. Sunghoon dan Jake melilitkan handuk ke pinggang. Pintu kamar mandi terbuka sekalian dengan pintu kamar kos. Dua anak tolol yang lupa kunci kamar. Untung yang masuk Jay, bukan orang asing.

" Eyyo, Jungwon! Daddy datang!" Pemuda berambut kuning membanting pintu kamar kos Sunghoon dan Jake. Alangkah terkejutnya Jay melihat si kucing oranye sedang bergelut dengan anak kucing liar hitam yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Jay langsung menyelamatkan Jungwon. Menggendongnya menjauh dari si kucing hitam yang menggeram di atas karpet.

"Hih, kucing siapa sih ini?! Nanti kalau Jungwon-ku kenapa-napa gimana?!" omel Jay menatap garang Niki yang tidak kalah garang. Jay lebih kaget melihat dua penghuni asli yang kompak keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang.

"Kalian habis ngapain?" Jay menggeleng-gelengkan kepala seolah melihat sesuatu yang sangat berdosa. Apalagi ketika pandangannya salah fokus ke leher Jake yang ungu.

"Jungwon tutup mata, nak! Jangan lihat." Jay menarik kepala Jungwon ke dada. Sunghoon dan Jake tidak mempedulikan Jay. Berjalan menuju lemari. Langsung memakai pakaian di depan Jay tanpa malu.

"Nggak ada adab!" jerit Jay. Sunghoon melempar handuk ke wajah Jay. Berjalan menghampiri Sunoo. Jake juga ikut mendekati mereka.

"Niki kemari, sayang." Jake memanggil anak kucing yang tidak habis-habisnya bersikap sinis terhadap Jay. Masih tersinggung karena dianggap bersikap jahat terhadap Jungwon. Padahal Jungwon duluan yang cari masalah. Mentang-mentang lebih besar.

"Kita ngapain juga bukan urusan kamu." Sunghoon berjalan menuju laci sambil menggendong Sunoo. Mengambil kalung kucing berwarna biru yang ada lonceng kecil berwarna kuning di tengahnya. Duduk di sebelah Jake yang sedang memangku Niki. Memakaikan ke leher si anak kucing.

"Ini punya Jungwon dulu, sih. Tapi nggak apa-apa." Sunghoon mengelus kepala Niki.

"Kucing baru lagi?" tanya Jay penasaran. Dikiranya Niki hanya kucing nyasar yang numpang main dengan Jungwon dan Sunoo. Sunghoon mengangguk.

"Uaudah kalau gitu Jungwon untuk aku-"

"Nggak!" potong Sunghoon cepat. Menatap Jay kesal.

"Kucingmu kan udah banyak. Apa salahnya kasih aku satu?" Jay berusaha untuk mengadopsi Jungwon. Majikannya lagi-lagi menolak keras.

"Enggak boleh! Adopsi kucing lain aja sana. Kamu kan kaya."

"Tapi aku maunya Jungwon."

Jay dan Sunghoon sibuk berdebat masalah kucing. Jake kepikiran sesuatu. Jake menepuk pundak Sunghoon untuk menarik atensi yang lebih tua.

"Kenapa tadi kita nggak numpang mandi di rumah Jay aja, sih?"

kos. [sungjake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang