Sore hari telah tiba menandakan kegiatan belajar mengajar sudah selesai. Kini aku hanya menunggu Levin keluar dari kelasnya dan kemudian pulang bersamanya.
" Oh shit "
Aku melihat seorang wanita dengan rambut panjang dan terurai sedang mendekati Levin dan menggodanya. Dasar jalang, kakak kelas sekarang memang tidak ingat umurnya. Segera aku mendekatinya dan menatapnya dengan sinis.
" Sorry. He's my boyfriend. Hm, he is not merely my boyfriend, he is my future husband. Ngapain deket deket ? " kata ku dengan sinis
Levin hanya tersenyum dan tertawa kecil. Ternyata dia cair hanya di depan wanita jalang ini rupanya. Sementara wanita ini malah mengabaikan ku dan pergi sambil mengedipkan mata sebelah kanannya. Bukan kah sejenis manusia jalang ?
" Aku pulang sama Tera. Kamu pulang sendiri " katanya sambil pergi
" Lho mau kemana ? "
" It's none of your business " balasnya
Mau apa lagi kalau sudah di tolak. Mau tidak mau aku pulang sendiri.
" Hai Val " kata seseorang dari belakang ku dan sambil menepuk pundak ku
" Gia, gue pulang bareng lo ya " kata ku sambil merangkulnya
" Boleh, tapi tungguin gue ya. Nanti jam setengah empat ada eskul basket "
" Oke deh, gue tunggu di kantin ya " kata ku lalu kami berpisah
Aku pun pergi mengarah ke kantin dan memesan makanan dan minuman lalu duduk sambil memainkan ponsel ku.
Tak terasa jam lima sore sudah tiba menandakan seluruh kegiatan di sekolah telah usai. Dan akhirnya aku bisa pulang walaupun tidak bersama Levin.
" Gue mau minum aja Jo " teriak seseorang yang tiba-tiba duduk di seberang kanan ku dengan menghadap ke arah serong
Pandangannya mengarah kepada ku dan aku hanya diam, dengan cepat aku mengalihkan pandangan ku.
" Boleh minta tisunya ? "
" Oh boleh " kata ku sambil menoleh dan memberikan tisu
Dan ternyata aku salah, dia meminta tisu pada orang lain.
" Eh kirain " kata ku sambil menundukkan kepala
" Gue minta deh, makasih ya " katanya kemudian langsung pergi
Aku hanya tersenyum dan meletakkan kembali tisu ku.
" Val, ayo pulang " kata Gia dari jauh
Segera ku ambil tas ku dan menghampirinya.
" Gi, orang yang pake baju basket nomor 7 itu kakak kelas ya? Gue gak pernah liat dia deh " tanya ku dengan berbisik
" Iya dia itu kakak kelas kita, namanya Nathan. Oh ya dia anak ips juga terus dia emang jarang keluar kelas sih, makanya lo gak pernah liat. Katanya dia punya kakak model lho cantik lagi, pantes sih dia ganteng. Udah ganteng, baik, ramah, jomblo lagi " kata Gia sambil tersenyum
" Berarti peluang dong buat lo ? " tanya ku
" Hahaha "
" Yeah, i'm right huh ? " kata ku sambil menyenggol lengannya
" You know me so well, haha " ucap Gia sambil tertawa
Kami pun berjalan melawat koridor dan aku mampir ke toilet, sementara Gia menunggu ku di luar.
" Sya, how's about Nathan ? "
" He is not enamored with me "
" Really ? You are the total package, suave, sexy, and smart "
" Whereas i have no flaws.
Liat aja gue buat sesuatu yang gak akan dia lupain "" Did you want to get pregnant ? "
Prank..
Secara tidak sengaja aku menendang tempat sampah stainless sekolah ku dan menghasilkan suara yang lumayan kencang.
" Oh shit " umpat seseorang
Aku memilih untuk diam dan tidak keluar dari kamar mandi. Segera aku mengirim pesan melalui chat online pada Gia untuk menjauh dari toilet dan menunggu ku di parkiran.
Setelah lima menit lamanya aku memutuskan untuk keluar. Dan ternyata kedua orang itu sudah pergi.
Sehabis membuka pintu aku tidak memperhatikan lantai sama sekali. Ternyata dua orang tersebut sudah menumpahkan cairan pembersih lantai dan membuat ku terjatuh dan cairan tersebut mengenai seluruh seragam ku.
" Eh yang tadi ya "
" Ah, aku gak denger apa apa kak. Tadi aku baru masuk toilet. Sumpah kak " kata ku sambil menutup badan ku dengan kedua tangan
" Are you okay ? " tanyanya dengan lembut
" Eh kak Nathan ya " ucap ku sambil mengelus dada
" Iya. Seragam lo kok kayak gitu ? "
" Tadi kena pembersih lantai kak " kata ku sambil menjaga jarak ku dengannya
" Kok bisa? Pasti Tasya atau Sherlin yang ngerjain lo. Tadi gue liat mereka baru aja keluar toilet "
" Ah, kayaknya bukan kak. Aku pergi dulu ya kak " kata ku sambil berjalan cepat
" Gue temenin ke depan ya " katanya sambil berlari kecil ke arah ku
Hati ku semakin tidak tenang, rasanya ingin menghindar dari kak Nathan tapi dia malah mendekat dan berjalan mengikuti langkah ku.
Hanya nenek lampir itu saja yang ku takutkan. Dan untungnya sepanjang jalan aku tidak melihat nenek sihir itu dan bebas dari mereka.
" Lho Gia ? Belum pulang ? "
" Valerin, kak Nathan. Kalian kok bisa bareng jalannya ? "
Aku menoleh ke Gia dan bodohnya aku lupa ada Gia. Dan aku kehabisan kata kata untuk mencoba menjelaskan hal sebenarnya. Tapi ku rasa Gia tidak akan berpikir aku mengambil Nathan darinya.
YOU ARE READING
All I Want Is You
RomanceSebagian orang ingin menjadi diri ku, sedangkan aku ingin menjadi orang lain. Padahal menjadi diri sendiri lebih baik bukan ?