Bab 1

26 2 0
                                    

Memasuki usia yang dewasa membuat ku menjadi memaksa diri untuk mencoba dan menghadapi setiap masalah ku. Tetapi, terkadang sifat kenak-kanakan ku masih saja ada dan membuat orang lain jengkel. Padahal menurut ku siapa saja pasti memiliki sifat kenak-kanakan bahkan mereka tidak menyadarinya dan justru menyangkalnya.

Hidup itu serba pilihan, dimana kita memilih untuk bahagia atau menangis. Sebanyak apapun kekayaan yang kita miliki tetapi kita membandingkannya dengan orang lain yang lebih itu bisa menjadi hal yang sedih bagi kita. Sama halnya seberat apapun masalah yang kita hadapi jika kita menghadapinya dengan bahagia masalah itu tidak menjadi mimpi buruk bagi kita. Jadi memang hidup itu pilihan dan kita sebagai pemain harus pintar memilih situasi kita.

Memiliki keluarga yang berada dan terpenuhi adalah impian banyak orang karena, dimana kita berada kita merasa tercukupi bahkan kita lebih di akui. Aku hidup dalam keluarga yang berada dan keluarga ku juga keluarga yang harmonis. Papa dan mama tidak pernah membedakan aku dan kakakku, bahkan dalam hal perjodohan juga papa dan mama ingin aku dan kakak sama sama sudah di jodohkan. Hidup ku memang seperti dunia dongeng, punya ini dan itu, hidup di jodohkan, punya kakak yang tampan, dan memiliki keluarga yang harmonis.

" Aku boleh pinjem mobil kakak ? "

" Nanti kamu kan perginya sama Levin, kenapa harus minjem mobil ? " kata Danel.

Oh ya nama kakak ku Danel Tobias dia tampan dan baik. Kakak ku sudah di jodohkan papa dengan perempuan cantik dan baik bernama Hanna.

" Mah, pah aku pergi ya. Nanti pulangnya telat aku mau makan malam bareng sama Hanna "

" Oh begitu ya. Salam ya untuk Hanna, dia udah lama gak ke rumah " sambung mama

" Iya mah. Dah " jawab Danel

" Pah aku besok ulang tahun lho, gak ada niat buat beliin aku mobil ? " kata ku sambil tersenyum manis

" Kan ada Levin " kata papa

" Pah aku gak mungkin tergantung sama-"

" Permisi om, tante. Aku mau jemput Valerin. "

Segera aku memutar kepala ku dan mengarah pada suara tersebut. Dan ternyata dia adalah jodoh ku. Tubuh tinggi, hidung mancung, kulit sawo matang, dan tubuh berisi. Levin Waldo Reyn dia adalah orang yang di jodohkan oleh orang tua ku dengan ku. Kami adalah tetangga sejak sebelum lahir. Papa Levin adalah teman sekolah papa saat di bangku menengah atas dan sekarang mereka berniat menjodohkan aku dan Levin.

Aku sangat menyukai Levin, jelas sekali melihat postur tubuh dan sikap dinginnya membuat ku tergila gila, di tambah lagi kami di jodohkan.

" Hi babe, ayo kita berangkat " kata ku sambil menggandeng tangannya

" Ayo. Om, tante pamit ya " kata Levin

" Hati-hati ya "

Setiba di mobil dia membukakan pintu ku dan mempersilahkan ku masuk dengan lembut dan kami pun pergi ke sekolah bersama.

" Pulang nanti makan bareng gimana ? " kata ku

" Sibuk, gak bisa " jawabnya dengan dingin

" Kamu tau gak, di deket mall luvi ada restoran baru katanya dia punya- "

" Val, stop being silly! Kita cuma pura-pura di depan orang tua kamu " ucapnya dengan nada tinggi

Kasar dan pemarah adalah sifat Levin yang orang tua ku tidak tahu. Jujur aku sangat mencintai Levin, mungkin bukan cinta lagi tapi bodoh. Segala cara ku coba untuk melembutkan hatinya tapi nyatanya nihil.

" Kalau gitu next time gimana ? " tanya ku lagi

" Udah sampe, gak mau turun ? " tanyanya balik

" Oke, next time berarti. Bye aku ke kelas duluan " kata ku sambil tersenyum tipis dan pergi.

All I Want Is YouWhere stories live. Discover now