Sembilan - Tak Bisa Mengubah Masa Lalu

261 46 16
                                    

Sembilan - Tak Bisa Mengubah Masa Lalu



"CUT!"

Mata Pasha tertutup rapat saat Ario meneriaki kata itu untuk kesekian kalinya. Ia sampai tidak berani menatap wajah sang sutradara.

"Pasha, gimana sih? Fokus dong! Waktu kita habis cuma gara-gara kamu salah terus!" Bola mata Ario nyaris keluar saat memarahi Pasha. Baru hari pertama, tapi Pasha sudah harus menebal muka serta gendang telinganya berdengung.

Bagaimana bisa ia melakukan adegan dengan Rosa ketika otaknya memutar memori laknat itu? Dialog yang sudah dihafal mendadak buyar kala rentetan kalimat hinaan Rosa menyeruak bagai ribuan jarum menusuk secara bersamaan.

"Kita coba sekali lagi!" perintah Ario.

Seorang MUA dan penata rambut datang mendekati Pasha, memperbaiki mekap serta rambut laki-laki itu. Setelah itu Pasha mengambil napas lalu diembuskan. Berharap di take kali ini ia berhasil.

Kemudian seorang clapper datang dan berdiri di depan kamera, membuka clapper board setelah mendengar perintah 'slate in' dari sutradara. Kemudian Ario mengatakan 'sound', tak lama dibalas oleh bagian perekam suara yang mengatakan sudah siap.

"Slate 41, take 10!"

"Camera!" perintah Ario.

"Roll!" balas operator kamera.

Sang clapper menutup dan menutup clapper board. Kamera pun merekam papan tersebut kurang lebih selama satu detik.

"Action!" seru Ario.

Pasha melangkah mendekati Rosa yang duduk di kursi. Tangannya mengulurkan sebuah buku diari tepat di wajah gadis itu.

"Ini punya kamu, kan?" Pasha mulai mengucapkan dialog.

Mata Rosa membulat. "Kok bisa ada di kamu?"

"Itu ... tadi  ...." Lagi-lagi Pasha lupa bagian dialog yang ini. Otaknya mulai berpikir keras. Ia harus bisa mengingat sepenggal dialog yang tertinggal sebelum Ario murka.

"CUT!"

Telak. Pasha memutar tubuhnya membelakangi Rosa.

"Kita break dulu!" Ario bangkit dari kursi, dan pergi dengan wajah datar. Kru yang lain pun membubarkan diri. Saat itulah kesempatan Rosa mendekati Pasha.

"Sha ...."

Pasha menepis tangan Rosa. "Jangan sentuh gue!"

Rosa tidak terkejut dengan respons itu. Malahan ia tersenyum. "Apa lo mau nama lo tercoreng gara-gara lupa dialog?"

Rahang lelaki itu mengeras.

"Tentang tujuh tahun itu, gue udah minta maaf sama lo. Apa itu nggak cukup?"

Baru Pasha berbalik menatap Rosa dengan tajam. "Menurut lo dengan maaf bisa hapus semua hinaan lo di depan semua orang? Dan lagian, kenapa baru minta maaf sekarang? Setelah gue udah terkenal dan punya nama, kenapa lo baru datang? Sengaja, kan, lo mau jebak gue?"

"Gue—"

"Lo bisa bergaya sesuka hati di depan kamera, asal jangan ngajak gue!"

Pasha melangkah pergi. Sepeninggal Pasha, Rosa menyelipkan anak rambutnya ke telinga. Wajahnya menyeringai. Sekarang Pasha boleh menolaknya, tapi Rosa bisa pastikan Pasha akan bertekuk lutut di hadapannya.

Saat Pasha dekat dengan kursinya, Sena berdiri, melempar kertas ke dada laki-laki itu.

"Hafalin yang bener. Gue malu astaga liat lo diomelin sama Pak Ario."

Sky Full of Stars - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang