Bab 14 - Dokter

1.4K 104 3
                                    

Pagi-pagi setelah menyiapkan bekal untuk Nathan, Allen sudah pergi duluan. Allen tak hanya menyiapkan bekal tapi membuatkan kopi dan sarapan untuk Nathan dan Dave juga. Allen tak mau Dave terus merasa terusik akan kesehatannya dan tak mau di perlakukan lebih buruk lagi. Selain itu Allen tidak mau mengantri terlalu lama. Ia ingin bisa cepat pulang dan tidur di tempat tidur Dave atau Nathan nanti.

"Kau punya pasangan?" tanya Dokter sebelum memberikan diaknosisnya.

"Ya, aku punya suami. Dia sedang bekerja. Apa sakitku serius?" tanya Allen khawatir dan sudah tak tenang.

Dokter langsung tersenyum lega. "Syukurlah kalau begitu. Kau mau kembali tiduran di sana?" Dokter menunjuk tempat tidur pasiennya. "Kau kekurangan banyak nutrisi, kapan terakhir kau makan? Janinmu butuh banyak nutrisi." Dokter mulai melakukan USG pada perut Allen dan menunjukkan ada gumpalan darah di dalam rahimnya, calon janin yang akan menempati rahimnya.

"Oh My God!" Allen langsung berkaca-kaca terharu. "Aku hamil. Oh maaf sayang aku tidak tau kau mulai hidup di sana... " ucap Allen sambil menatap minitor. "Perutku terasa begitu mual akhir-akhir ini. Aku takut bila sakitku menular, ternyata aku hamil."

"Akan ku berikan obat anti mual agar kau bisa makan. Kau perlu banyak cairan juga agar tidak pingsan," saran dokter lalu mencetak foto USG Allen barusan.

Allen mengangguk senang lalu membawa resepnya ke apotek. Allen tak langsung pulang setelah mengambil obat. Ia pergi ke supermarket terlebih dahulu, Allen ingin kehamilannya baik-baik saja. Jadi Allen membeli beberapa susu hamil dan buah. Allen juga berencana memberi tahu Dave secepatnya.

Tapi begitu Allen sampai apartemen dengan belanjaannya ia terkejut sofa dan beberapa furnitur di ganti Dave. Dave menggantinya dengan sofa kayu yang di lambari busa tipis untuk duduk. Desainnya memang estetik tapi Allen tidak suka. Ia sudah nyaman dengan sofanya sekarang malah di ganti dengan kursi keras itu.

"Kau sering tidur di sofa, jadi aku tidak mau ada virus di sana. Aku sengaja menggantinya." Dave benar-benar membuat Allen tidak betah.

Allen ingin protes tapi ia langsung mereda emosinya. Ia tak bisa melawan Dave sekarang. Allen yang tadinya ingin memberitahu Dave soal kehamilannya jadi tidak jadi. Allen merasa bila ia memberitahu Dave bila ia hamil, itu hanya akan memperburuk kondisi.

Allen sakit saja Dave bersikap seolah ingin menyingkirkannya. Apa lagi bila hamil. Terlebih lagi masalah anak tidak tercantum di kontraknya. Allen menyalahi kontraknya, tapi Allen juga tidak mau menggugurkan janinnya bila nanti Dave tidak suka dan ingin janin yang di kandungnya untuk di singkirkan. Allen ingat betul ia di kontrak agar Dave bisa memperoleh kebebasannya dan Dave sejak awal tidak pernah memberinya janji untuk komitmen.

"Tuan Dave bisa kita bicara sebentar?" tanya Allen memberanikan diri untuk terus terang dan langsung bersiap dengan apapun kemungkinan terburuknya.

"Aku sibuk nanti saja! " tolak Dave lalu pergi begitu saja meninggalkan Allen sendirian.

Allen tak bisa menahan tangisnya lagi. Allen tak punya siapapun selain Dave dan calon buah hatinya. Sekarang Dave membencinya padahal butuh waktu 9 bulan untuk hamil dan masih ada 12 bulan full agar ia bisa selesai kontrak. Allen ingin tetap menjaga buah hatinya apapun yang terjadi, tapi Allen juga bingung bagaimana cara menyembunyikan kehamilannya. Cepat atau lambat Dave pasti akan mengetahuinya.

Allen tak mau terus bersedih. Allen sadar betul menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Jadi ia mulai memindahkan susunya kedalam toples agar Dave tidak tau lalu buru-buru membuang bungkusnya. Allen juga menyembunyikan foto USG yang semula ingin ia tunjukkan pada Dave ke dalam tasnya di gudang. Allen akan menyembunyikan semua sendiri dan menunggu hingga ada waktu yang tepat mengatakan yang sejujurnya pada Dave.

●●●

Malam menjelang, Allen sudah menemani Nathan tidur dan berpura-pura ikut tidur bersamanya juga. Baru Allen pindah ke kamar Dave. Tapi begitu ia sampai matrasnya tidak ada di lantai. Dave menyingkirkannya, selimutnya juga di ganti dengan kain pantai yang super tipis dan bantalnya juga tak lebih besar dari bantal sofa.

"Tuan Dave, apa kau ingin aku pergi?" tanya Allen pada Dave yang terus menyibukkan diri.

Dave terkejut dengan pertanyaan Allen. Dave tak siap bila Allen pergi darinya. Dave benci ketakutannya menjadi nyata seperti sekarang, firasatnya soal surat perjanjian itu ternyata benar.

"Bila kau ingin aku pergi, aku akan pergi. Tapi tolong jangan terus menyiksaku begini... "

"Keluar Allen! Kau merusak konsentrasiku! " usir Dave lalu menyeret Allen keluar dari kamarnya dan menghempaskannya begitu saja.

Dave sudah tidak kuat menahan tangisnya. Dave tidak ingin berpisah dari Allen. Bahkan ia hampir tiap hari berusaha pulang lebih awal dan menyempatkan waktunya untuk mengurus Nathan juga agar Allen nyaman mendampinginya. Tapi apa yang di rasakan Dave tak pernah dapat ia sampaikan dengan perbuatannya yang berbanding 180° perbedaannya.

Selang beberapa lama Dave kembali membuka pintu kamarnya setelah menyadari tak ada suara sama sekali dari luar. Dave jadi mengkhawatirkan Allen. Dave sadar ia sudah terlalu keras padanya, apa lagi Allen sakit dan perlu banyak istirahat. Tapi saat Dave membuka pintu kamarnya Allen masih terkapar di tempat yang sama saat ia terhuyung-huyung tadi setelah di seret keluar. Allen pingsan.

Dave langsung menyalakan lampu dan mendapati tak hanya pingsan ada darah juga yang keluar dari hidung Allen. Dave langsung panik dan segera membawa Allen ke rumah sakit. Dave tak bisa tenang dan berpikir jernih lagi sekarang. Ia tak mengira bila Allen dalam keadaan selemah itu. Saat Dave menggendongnya pun Dave juga jadi tau bila Allen kehilangan banyak berat badannya sejak sakit beberpa minggu yang lalu.

"Allen maaf aku tidak sengaja... " bisik Dave penuh sesal sambil menggenggam tangan Allen yang begitu dingin.

Dave takut bila Allen tak hanya pingsan tapi tidak akan bangun lagi selamanya. Dave hanya ingin Allen tunduk dan menginginkannya. Dave ingin Allen menjadikannya sebagai kebutuhan itu saja. Dave bersikap keras agar Allen merayunya, agar Allen memohon padanya. Tapi Dave baru menyadari sejak awal Allen bukan wanita yang seperti itu. Allen bukan wanita murahan yang akan mengiba dan memberikan bujuk rayu pada seorang pria. Dave juga jadi menyadari bila caranya salah besar.

"Allen mari kita bicara. Kalau kau bangun kau boleh tidur di tempat tidurku. Aku yang akan tidur di bawah. Aku akan mengembalikan sofa sesuai yang biasanya. Ku mohon bangun... " ucap Dave sambil menangis menggenggam tangan Allen dan sesekali menciuminya.

One Night Stand 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang