02 | Bertemu lagi

2 0 0
                                    

          BOHONG kalau Erlan baik - baik saja, jika melihat dari bekas merah dan sedikit luka - luka kecil dipunggung kakinya.

         "Kenapa tuh kaki lo?" Levin teman sepermainan Erlan itu bertanya.

         "Keinjek dinosaurus," balasnya asal.

         Setelah mengoleskan obat luka, Erlan menempelkan empat buah plester penutup luka di kaki dan diakhiri memasang kaus kaki putih miliknya. Pada saat kejadian, teman - teman Erlan memang tidak ada di dalam kelas karena mereka berkumpul di rooftop sekolah karenanya tak ada yang tahu penyebab kaki Erlan terluka.

          "Gue gabut, Lan push rank yok," ajak Levin kemudian.

          Erlan mengangguk, lebih baik dia bermain games online - nya, mungkin dengan begitu dia bisa melupakan rasa sakit dikakinya karena sesungguhnya kaki Erlan terasa berdenyut sejak tadi. Erlan merogoh tas hitam miliknya, lalu mengambil benda pipih berwarna serupa, baru kemudian membuka aplikasi Mobile Legend.

          Sudah hampir satu jam setelah pulang sekolah, Erlan habiskan di markasnya bersama teman - teman. Awalnya mereka berlima, namun Niandro dan Darel pergi ke minimarket terdekat untuk membeli camilan. Sedangkan Reyga pergi beberapa waktu lalu untuk menjemput Filledya sang kekasih.

         "Wah parah, kita nggak ditungguin Rel," ucap Niandro sesampainya diambang pintu.

         "Kita?" kata Darel dengan alis kanan terangkat. "Lo aja kali!" sambung Darel dan Levin kemudian.

          Niandro berlalu menenteng dua plastik putih sedang dengan tampang cemberut ke dapur untuk mengambil beberapa wadah camilan.

          "Ayang Arel jahat!" teriak Niandro setelahnya, berhasil membuat Levin menyemburkan tawa ngakak diikuti Erlan yang tertawa kecil.

          Darel yang awalnya hendak membantu Niandro langsung mengurungakan niatnya, lalu kembali bergabung bersama Erlan dan Levin.

          "Najis! Nggak jadi gue bantuin lo."

          "Lah asu, kenapa?!" ujar Niandro setengah berteriak.

          "Takut gue, ntar gue dikawinin lagi. Lo kan sangean," canda Darel membuat Levin si bule receh semakin tertawa.

          Erlan menggelengkan kepalanya tak habis pikir, kenapa bisa memungut orang - orang ini untuk jadi temannya. Sementara itu, Niandro telah kembali sambil membawa nampan, meletakkannya di atas meja ditengah - tengah mereka.

          Darel yang baru saja hendak mencomot salah satu camilan dijegal oleh tangan Niandro.

          "Ayang Arel nggak ada bantuin aku, jadi nggak boleh ambil," ujar Niandro dengan nada suara dibuat seimut mungkin yang pada akhirnya membuat ke-tiganya memasang wajah masam karena jijik.

          Darel langsung menepis tangan Niandro lalu sedikit memberi jarak, karena posisinya Niandro duduk disamping Darel.

         "Lan, gue takut sama Indro kalau - kalau dia rabies terus jadi homo."

         Erlan beranjak dari duduknya lalu mengambil satu piring camilan untuk ia jadikan pengganti pop corn saat menonton tv disisi lain ruangan. "Ya udah biarin, selagi dia jinak nggak buntingin lo."

        "Kurang ajar, siapa yang lo katain Indro hah Tukiyem? Jelas - jelas nama gue Niandro, Ni-an-dro!" ujar Niandro dengan penuh penekanan. "Niandro Jeffan Ravindra," lanjutnya bangga.

        "Halah! Kerenan nama gue lah, nih Darel Logan Axeldarion." Darel tersenyum tak kalah bangganya.

        Levin berdecak. "Tapi nggak usah lo naikkin juga tu kaki kering lo diatas meja, kaki lo bau bego!" protes Levin. Lalu menendang kaki panjang Darel, sedangkan sang empu hanya memasang tampang watados-nya.

YunaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang