Chapter 4

2 0 0
                                    

Sudah 3 hari sejak Clara menemukan ruangan rahasia Mak Tiem. Ia berpura-pura seolah ia tidak pernah tahu apa-apa. Keceriaan dan manjanya pada Mak Tiem masih sama seperti dulu. Sebab, sejujurnya Clara tidak tahu harus bersikap apa tentang ini. Kecewa, marah, atau merasa bersalah. Ia tak tahu. Jika Mak Tiem sampai melakukan hal sejauh ini, pasti alasannya berhubungan dengan Clara.

Sejak Clara kecil, neneklah orang yang paling memanjakannya. Kebahagiaan Clara merupakan kebahagiaan Mak Tiem. Beliau tidak suka melihat Clara bersedih atau mengalami kesusahan. “Apa sebab sayang, Mak Tiem jadi berbuat sejauh ini?” Hal itu terus berkutat di pikiran Clara.

Adam menepuk pundak Clara yang sedang termenung. “Clara? Kamu pasti mikirin Mak Tiem, kan?”

“Oh, enggak. Itu ... aku mikirin kamu. Kok, bisa kamu tahu soal ruangan rahasia itu?” tanya Clara penasaran.

“Aku punya temen, kamu inget, kan? Dia yang ngasih aku petunjuk,” jawab Adam.

“Oh, gitu.” Clara mengangguk mengerti.

Adam menatap Clara dalam. “Clara, tolong jujur, sikap kamu makin aneh tiap harinya. Sebenarnya kamu bingung, kan, setelah tau kebenaran tentang Mak Tiem?”

“Sejujurnya, iya. Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa sama Mak Tiem.” Wajah Clara berubah sendu.

“Kamu sayang sama Mak Tiem, kan? Maka, suruh dia untuk berhenti melakukan pesugihan itu,” saran Adam, suaranya terdengar yakin.

“Enggak semudah itu, Adam, aku udah cari informasi tentang pesugihan di internet. Ilmu hitam seperti itu sangat berbahaya kalo dihentiin secara paksa. Makku bisa dalam bahaya,” sanggah Clara mendengar saran dari Adam.

“Itu bisa diatasi kalo Mak Tiem mau kerja sama, Clara. Dibanding itu, saat kamu sadar lebih jauh, kamu harusnya lebih takut berapa banyak nyawa lagi yang harus dikorbankan untuk menjadi tumbal untuk warung Mak Tiem.”

Clara merngenyit heran. “Maksud kamu kematian beruntun di sekolah ini juga berhubungan sama pesugihan Mak Tiem?”

“Iya,” jawab Adam dengan pasti.

“Kok kamu bisa seyakin itu?”

“Aku ini indigo, Clara. Menurut kamu udah berapa banyak arwah penasaran yang aku liat di sekolah ini bersaksi menjadi korban ketidakadilan dari Mak Tiem?” jelas Adam.

Clara tertegun mendengar perkataan Adam. Ia menatap ke arah teman-temannya yang sedang bermain basket di lapangan. Ia berpikir, apa dirinya sanggup untuk melihat teman-temannya mati seperti Gea? Adam benar, ia harus menghentikan pesugihan Mak Tiem. Ini bukan hanya tentang mereka berdua, tapi nyawa orang lain. Clara harus menghentikan neneknya.

●●●

“Clara, ayo makan. Mak udah nyiapin makanan kesukaan kamu, ayam goreng bumbu kuning.”

“Iya, Mak,” balas Clara lalu berhenti mengerjakan pr matematika yang sedang ia buat.

Clara dan Mak Tiem makan dalam diam. Biasanya mereka akan makan sambil berbincang tapi entah kenapa hari ini mereka sama-sama memilih untuk makan dengan tenang. Makanannya tinggal sedikit, Clara memutuskan waktu ini sangat pas untuk berbicara kepada Mak Tiem tentang pesugihan tersebut.

“Mak, Clara mau ngomong.”

Geming sejenak, sebelum akhirnya pembicaraan dilanjutkan oleh Mak Tiem.

“Kamu tau soal pesugihan Mak, bukan? Kamu pikir Mak gak tau, kamu udah ngelanggar apa yang Mak perintahkan? Mak maafin kamu dan Adam karena liat kamu biasa aja. Itu artinya kamu gak keberatan, kan?” tanya Mak, duduk berhadapan dengan Clara.

“Kok, bisa Mak mikir kayak gitu? Aku gak setuju, Mak!” Clara menangis kecewa mendengar pernyataan Mak Tiem.

Suasana menjadi sangat tegang. Clara dan Mak Tiem saling melemparkan tatapan yang tidak dapat diartikan. Mereka terdiam beberapa menit untuk menenangkan hati. Tangisan Clara bahkan sudah berhenti, berganti menjadi wajah yang sangat serius.

Clara menghela napas. “Udah berapa lama, Mak? Kenapa Mak ngelakuin hal klenik kayak gini?”

Mak Tiem terdiam sebentar. “Udah bertahun-tahun yang lalu, Mak ngelakuin ini untuk menyambung hidup kita setelah kematian orang tuamu.”

Melakukan pesugihan bukanlah hal yang Mak Tiem putuskan dalam waktu singkat. Ia memikirkan hal itu selama berminggu-minggu. Ia sangat tahu, pesugihan adalah hal terlarang yang tak seharusnya dilakukan. Namun, sungguh! Ia kehabisan ide untuk menghidupi Clara yang masih sangat muda. 

Mak Tiem sudah tua dan penghasilannya dari berjualan seblak dengan jujur hanya bisa digunakan untuk makan mereka berdua. Terlebih lagi, beliau terhimpit dengan penjual lainnya yang menjadi pesaing, membuatnya menunggak membayar uang sewa area kantin di sekolah. Mak Tiem tidak memiliki pilihan lain untuk mendapatkan uang dengan cepat. 

Berbekal kenalan seorang dukun dari teman masa mudanya dulu, Mak Tiem mencoba untuk melakukan pesugihan. Kehidupannya berubah menjadi lebih baik. Pesugihan tidak semenyaramkan yang dipikirkan oleh Mak Tiem. Ia hanya perlu taat dan tidak melanggar perjanjian yang sudah dilakukan.

Clara memegang kedua tangan Mak Tiem di depan dadanya. “Janji sama Clara, Mak. Clara mohon, tolong berhenti ngelakuin pesugihan ini. Udah banyak korban tumbal karena pesugihan ini, Mak.”

“Mak gak bisa, Clara, udah terlambat untuk menghentikan ini semua,” ucap Mak Tiem melepaskan tangannya dari Clara.

“Enggak ada yang terlambat, Mak. Perjanjiannya bisa diputuskan. Clara yakin pasti ada yang bisa dilakukan.”

“Memang ada. Mak harus mati dan kamu juga akan dalam bahaya. Mak sudah terlanjur melakukan perjanjian ilmu hitam. Gak ada yang tau apa yang bakal terjadi. Ini bisa buat kita dalam bahaya.”

“Lalu apa peduliku, Mak? Udah menjadi tanggung jawab Mak dan aku juga harus nanggung itu. Aku juga bertanggung jawab atas dosa-dosa yang Mak lakukan. Banyak orang yang meninggal karena Mak dan aku!”

“Sekali lagi Mak tegaskan gak ada yang bisa merubah keputusan Mak. Pergilah tidur.” Mak Tiem tetap pada keyakinannya.

“Mak, apa gak ada sedikit pun rasa bersalah di hati Mak untuk jiwa-jiwa tak bersalah yang dikorbankan hanya untuk kita hidup? Puluhan jiwa atau mungkin ratusan hilang karena kita. Mikirin ini aja, bisa buat Clara hampir gila. Gimana bisa Mak gak peduli meski tau hal itu terjadi di depan mata Mak? Gea bahkan mati karena Mak!” Clara mengambil sebuah gelas lalu membantingnya ke lantai. 

“Kenapa harus begini? A-aku kecewa sama Mak.” Langkah Clara berdentum-dentum masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan kacau.

●●●

Selama berhari-hari Clara terus membujuk Mak Tiem untuk menghentikan pesugihan, tetapi nihil. Keputusan Mak Tiem sudah mutlak, tak bisa diganggu gugat. Bahkan sekarang Clara tidak sanggup pergi ke kantin. Dahulu kantin adalah tempat yang paling ia sukai dari sekolahnya. Namun, melihat orang-orang tak berdosa memakan seblak terkutuk itu membuatnya takut.

Ia takut memikirkan harga yang harus semua orang itu bayar hanya karena memakan seblak buatan neneknya. Membujuk Mak Tiem tidak membuahkan hasil, justru semakin membuat hubungannya dengan sang nenek merenggang. Mak Tiem tidak bisa diajak bekerja sama dengannya. Maka ia akan melakukan caranya sendiri untuk menghentikan perbuatan gila Mak Tiem. 

Clara menghampiri meja Adam dan duduk di sebelahnya saat jam istirahat. “Adam, aku butuh bantuan kamu.”

“Bantuan apa?”

“Tolong bantu aku buat berhentiin Mak Tiem,” lanjut clara dengan suara penuh keyakinan.

Adam melirik Nana yang tengah berjalan dari satu meja ke meja lainnya. Ia butuh Nana untuk membantu Clara. Adam tidak tahu apakah Nana akan membantunya atau tidak. Hantu kecil itu terlalu tidak bisa ditebak. Hal itu bisa dipikirkan nanti, Adam yakin teman hantunya itu akan membantu dirinya.

Adam mengangguk. “Oke, aku bakal bantu kamu.”

Jawaban yang dilontarkan dari mulut Adam dapat membuat hati Clara sedikit tenang, bahkan dapat membuat gadis itu tersenyum kecil.

Seblak Emak Tiem (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang