Chapter 7

3 0 0
                                    


Terhitung seminggu sejak hari di mana Clara berdiskusi rencana Adam. Selama seminggu itu Clara mencatat semua yang dilakukan neneknya. Tujuannya agar dia dan Adam bisa menemukan waktu yang cocok untuk masuk ke dalam kamar Mak Tiem. Dari hasil pengamatannya, hanya hari di mana Mak Tiem bertemu dengan dukun yang cocok. Hari-hari lainnya dihabiskan neneknya dengan berdiam diri di kamar, kecuali ketika berjualan seblak di kantin sekolah.

Waktu yang mereka punya pun tak banyak. Mungkin sekitar dua jam sebelum Mak Tiem kembali. Dalam waktu dua jam itu Clara dan Adam sudah harus membobol kamar Mak Tiem dan mengembalikan tali pocong ke kuburannya. Alat untuk melakukan rencana mereka Clara serahkan pada Adam. 

Clara tengah bertukar pesan dengan Adam saat sang nenek masuk ke dalam kamarnya.

“Mak pergi dulu, ya, Clara,” ucap Mak Tiem, “jangan pergi ke mana-mana.”

“Iya, Mak.”

Jawaban Clara tidak membuat Mak Tiem puas. Lantas dia berjalan mendekati Clara seraya berkata, “Mana kunci rumah? Sini!”

Clara tak ingin memberikan kunci rumah, tetapi dia juga tak bisa menolak perintah neneknya. Terlebih dengan raut wajah Mak Tiem yang tampak kesal. Clara berasumsi Mak Tiem tahu kalau dia dan Adam mengikutinya minggu kemarin. Sama halnya saat dia diam-diam masuk ke kamar neneknya.

Clara bangkit dari posisi duduknya setelah menekan tombol daya. Dia berjalan menuju meja belajar dan mengambil tempat pensilnya. Clara membuka resleting tempat pensil itu lalu mengeluarkan kunci rumah dan memberikannya pada Mak Tiem. Mak Tiem mengangguk selagi menerima kunci rumah dari tangan Clara.

“Jendela udah Mak kunci juga. Clara belajar aja, ya.” Mak Tiem pergi keluar kamar setelah mengucapkan kalimat itu.

Sepeninggal Mak Tiem, Clara kembali menghubungi Adam, memberitahu teman kecilnya tentang kondisi saat ini. Dia berharap Adam dapat menemukan solusinya. Tangan Clara berkeringat dengan jantung yang berdetak cepat. Menunggu balasan Adam membuat rasa tegang memeluk dirinya erat.

Balasan dari Adam membuat hatinya tenang. Teman kecilnya itu berkata akan mencari cara untuk masuk ke dalam rumah. Clara mendekati jendela untuk melihat apa neneknya sudah pergi atau belum. Setelah Mak Tiem keluar, Clara berencana mengambil tali pocong itu sendirian. Menunggu Adam dan mengambil bersama hanya akan membuang waktu. Tak lama, Mak Tiem keluar. Neneknya itu benar-benar mengunci Clara di dalam rumah.

Clara bergegas keluar kamar dan mencari alat untuk membuka paksa kamar sang nenek. Clara berpikir untuk menggunakan palu, tetapi suara yang dihasilkan alat bangunan itu pasti besar dan akan menarik perhatian tetangga. Lagipula, kamar neneknya dirantai dan digembok, tidak akan berhasil kalau hanya menggunakan palu. Kalaupun berhasil, tetangga sudah pasti mengerubungi rumahnya. Clara kembali ke kamarnya untuk mengambil ponsel, dia membutuhkan bantuan Google.

Berdasarkan pencariannya, pintu yang terkunci bisa dibuka menggunakan obeng. Entah cara itu berhasil atau tidak, Clara akan mengetahui jawabannya jika ia mencoba. Clara menuju dapur tempat ia biasa menaruh obeng. Clara tidak bodoh, dia tidak menggunakan obeng itu untuk membuka pintu kamar Mak Tiem. Obeng itu akan ia gunakan untuk membuka pintu depan.

Clara berjongkok di depan kenop pintu. Obang sedang ia putar-putar di baut kenop pintu itu. Clara sangat berharap cara ini berhasil. Ketika ia tengah mencoba membuka pintu, suara langkah kaki membuat tubuhnya menegang.

“Clara.”

Suara itu, Clara mengenalnya. Adam. Gadis itu sontak mengembuskan napas lega. Tadinya dia mengira neneknya sudah kembali.

“Sebentar, Adam, aku lagi coba buka pintunya,” ucap Clara membalas panggilan Adam.

“Kamu buka pake apa?” 

Seblak Emak Tiem (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang