Diadem

178 21 4
                                    

"Ya Tuhan!"

Nyeri di bokong menyadarkan Hyunjin dari linglung yang hadir setelah dirinya memergoki lelaki aneh di rumahnya yang secara tidak logis menarik Hyunjin masuk ke dalam corong paralel yang berputar cepat. Sungguh aneh, kamarnya yang megah seakan meleleh melingkupi Hyunjin, pun tubuhnya dan tubuh lelaki asing tersebut, bercampur barbaur menjadi satu.

Dan di sini lah Hyunjin berada, berbaring mengenaskan di basahnya aspal, melirik latar sekitar yang masih berputar di matanya, juga nyaring dengung sakit di telinga.

"Ayo! Cepat berdiri!" Desakan dari pria asing serba hitam di sebelah Hyunjin yang membungkuk sedikit guna menyolek lengan si model. "Kita harus cepat masuk ke dalam rumah itu. Sebelum gerombolan tadi menemukan kita," tunjuk si pria menggunakan tongkat dari kayu dan bebatuan di ujungnya ke arah salah satu rumah di antara jejeran rumah bermodel sama.

Perumahan di pinggiran kota London pada umumnya dengan taman depan seadanya dan gerbang batu sebatas dada orang dewasa.

"Lemas..."

Decihan terdengar kasar dari si pria. Biar, Hyunjin berkata jujur sekarang. "Setidaknya bantu aku untuk bangun, tanggung jawab!"

"Dasar muggle menyusahkan."

"Jangan kira aku tidak mendengar gerutuanmu, Tuan! Cepat bantu aku!"

Dalam satu tarikan, tubuh Hyunjin berdiri dengan satu lengannya yang dikalungkan pada pundak tegap si pria, dipapah dengan pinggang Hyunjin yang dipeluk satu lengan oleh lelaki yang kini berjalan dengan cepatnya masuk ke dalam rumah.

Ayunan tongkat tepat di lubang kunci, Hyunjin amati, tak lama bunyi kunci terbuka mengejutkan Hyunjin. "Bagaimana bisa?"

Tak ada jawaban, hanya angin lalu. Dirinya dipapah memasuki suatu ruangan yang berisi sofa dan tungku perapian.

"Gelap... bisakah kau nyalakan lampunya?" ucap Hyunjin seduduknya ia di salah satu sofa single di ruangan tersebut. Meraba-raba mantel tebal milik si lelaki, Hyunjin takut.

Permintaannya dikabulkan, cahaya sedikit redup bersinar tepat di wajahnya. Cahaya yang muncul dari ujung tongkat si lelaki yang ternyata berjongkok di hadapan Hyunjin.

"Merasa lebih baik?"

Hyunjin mengangguk, tetapi tangan kanannya masih memegang erat mantel si pria. "Terima kasih. Lalu... sampai kapan kita harus diam di sini? Sebenarnya apa yang terjadi? Ini di mana? Dan hal yang paling penting... kau siapa??"

"Sampai keadaan aman. Kita masih ada di Britania Raya. Pertanyaanmu terlalu banyak dan akan menghabiskan banyak waktu untuk menjawab semuanya. Hal yang terpenting sekarang, kita aman. Masih lemas?"

Hyunjin menatap sangsi pria di hadapannya. Menilai penampilan si pria yang tidak modis sama sekali, beruntung wajahnya tampan, sedikit menolong gaya pakaian menyedihkanya. Kaus hitam belel dibalut mantel yang jika diteliti beberapa sisi robek dan warna yang memudar, Hyunjin yakin semuanya keluaran lama yang dibanderol dengan harga murah.

Netra Hyunjin bergulir. "Masih, aku juga sedikit mual dan sepertinya kakiku terkilir. Bawa aku ke rumah sakit setelah ini. Kau harus bertanggung jawab. Oh! Dan kembalikan diadem milikku!!"

"Untuk sekarang tidak, aku akan panggil bantuan. Soal diadem, maaf aku tidak bisa mengembalikannya padamu."

"Hei!!! Aku membeli diadem itu dengan harga mahal, harus mengalahkan banyak pembeli yang menawar dengan nominal fantastis! Cepat berikan!!" kedua telapak Hyunjin menengadah, memaksa si pria untuk mengembalikan barang milik Hyunjin.

Barang yang menjadi penyebab Hyunjin terdampar di situasi sekarang. Kejadiannya teramat cepat, dirinya yang baru keluar dari walking closet setelah mandi dan memakai piama, dikejutkan dengan si pria yang berdiri membelakangi Hyunjin dan tentunya diadem baru miliknya yang sudah berada di tangan si lelaki.

The Cursed Diadem: And Hyunjin's New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang