1

10 2 0
                                    

"Rega! Papa belum selesai ngomong!" yang dipanggil hanya terus berjalan mengabaikan sang Papa yang sedari tadi sudah naik pitam karna tingkah laku anaknya yang kian hari kian menjadi jadi. Dia tahu, sejak ibunya meninggal apalagi kini sudah ada yang menggantikan posisi ibunya. Rega anak satu-satunya itu jadi kian memberontak. Hari ini papanya dibuat marah karna lagi lagi anaknya itu ikut tawuran. Entah apa yang dipirkan anaknya itu hingga hampir setiap minggu ikut tawuran. Sampai sampai Papanya sangat dibuat malu karna sangat sering mendapat panggilan dari pihak sekolah.

Disisi lain anak yang dipanggil Rega itu kini sudah berada di kamarnya. Membaringkan tubuhnya yang penuh memar disekujur tubuhnya. Dia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih entah apa yang dipikirannya.

Tok! Tok!

"Rega.. Mama mau ngomong nak," Rega tak bergeming sedikitpun. Mengabaikan panggilan halus sang mama. Tepatnya mama tirinya. Lama tidak ada respon dari Rega mamannya pun pasrah lantas meninggalkan kamar anaknya. "sampai kapan Rega gak nrima aku Tuhan." batin Mira sambil menahan sesak didadanya. Padahal sudah setahun lebih ia tinggal bersama anak dari suaminya itu.

Tak terasa pagi pun datang. Mata Rega mengerjap tatkala silau mentari menelusup disela jendela kamarnya yang dari tadi malam tidak ditutup. Ketika sudah sadar sepenuhnya ia pun segera mengambil handuk dan segera ke kamar mandi.

Rega yang sudah siap dan rapi pun segera turun ke lantai dua. Mengambil kunci motornya lalu hendak pergi.

"mau kemana kamu?" Rega menatap keasal suara. Terlihat Papanya yang sedang santai menyesap sebatang rokok dan tak lupa koran ditangannya. Rega tak menghiraukan dia mengabaikan papanya dan hendak melangkah pergi. "kalau kamu sampai keluar dari pintu itu, semua kartu termasuk motor kesayangan kamu papa sita." mendengar ucapan papanya itu Rega menghentikan langkahnya. Papanya yang sedari tadi menatap koran kini melipatnya. Mematikan rokoknya dan melangkah menghampiri Rega. "sini kuncinya."

"ga. Kan tadi papa bilang sendiri kalo Rega sampe keluar pintu. Rega belum keluar pa." jawab Rega.

"ok. Tapi satu syarat. Kamu selama skors gak boleh keluar rumah." titah papanya yang membuat Rega melotot tak trima.

"enak aja. Gak. Papa gak bisa dong seenaknya kayak gitu."

"yang seenaknya disini itu kamu Rega! Kalau kamu gak mau nurut mulai minggu depan papa kirim ke rumah tante Anne di London." Rega kesal dan membuang kunci motornya asal lantas naik ke kamarnya yang ada di lantai dua.

Setelah beberapa menit dikamar Rega benar benar bosan. Dia pun mengetik pesan ke salah satu temannya.

Rega
Jep jemput gue. Gue di kurung nih sama bokap.


Jepri
Sip deh.

Rega
Ok

Setelah berkirim pesan Rega pun mengintip dari celah pintu melihat kondisi. Apakah papanya masih di ruang tamu atau tidak. Perlahan Rega membuka pintu. Dia mengendap. Melihat ke sekeliling. Aman. Sepertinya papa Rega sudah berada di ruang kerja mengingat jam sudah menunjukkan pukul 9.

Setelah berhasil keluar pintu. Dilihatnya sekeliling. Mama tirinya tidak ada di taman. Ok aman. Perlahan Rega membuka pintu gerbang.

"Lah mas Rega mau kemana?" satpam rumah Rega menghampirinya.

"Ssst. Jangan bilang bilang Papa." Rega meletakkan satu jari telunjuk di depan bibirnya.

52 HzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang