Sudah 2 tahun berlalu. Kini Rega pun akan kuliah. Tentu saja ditentukan oleh sang Papa. Sejak hari itu Rega seakan berubah menjadi robot. Berbicara hanya seperlunya, dan menuruti semua yang diperintahkan oleh sang Papa. Karna setiap ia melawan, pukulan dan tamparan akan ia terima. Rega yang berjiwa bebas kini bagaikan burung di sangakar emas. Dia sebenarnya begitu tertekan, dan seringkali mencoba untuk mengakhiri hidupnya, tapi usaha itu berkali kali gagal karna rumah ini begitu banyak penjaga. Seakan setiap dari sudut rumah itu tidak ada satu incipun luput dari pengawasan.
Tapi beda dari hari-hari sebelumnya. Rega sedikit senang. Bagaimana tidak? Dua tahun dia harus dikurung dipenjara emasnya dan hanya belajar disana. Dia seperti pesakitan yang bebas dari hukuman kurungnya. Tapi Papa Rega tetaplah Papa Rega. Dia tidak percaya dan tetap mengawasi Rega. Kemarin, Papa Rega mengirim bodyguard yang khusus untuk menjaganya kemana saja, dilihat dari penampilannya sepertinya Rega pikir unurnya tak jauh berbeda darinya. Bodyguard itu juga akan ikut kuliah bersamanya. Rega tidak habis pikir, apa yang ada di kepala papanya itu hingga begitu mengekang putranya sendiri sampai sebegitunya? Dia bukan putri dari kerajaan Inggris atau semacamnya, walaupun Rega tau ia kaya, dia pikir tidak harus sampai sebegitunya. Dan Rega bahkan merasa aneh. Sebagai pewaris, ia bahkan tak pernah diajarkan bisnis atau apapun yang berbau itu. Bahkan selama 2 tahun ini, Rega tidak diperbolehkan olahraga ataupun mempelajari bela diri, karna setau Rega, jika memang ia dimasa depan akan mewarisi segalanya kelak, seharusnya ia setidaknya memiliki badan yang cukup tangguh untuk itu. Jadilah, karena tak pernah olahraga ditambah lagi karna Rega begitu stres 2 tahun terakhir ini, badannya terlihat begitu kurus, kulitnya begitu putih tapi sangat pucat. Apalagi jika kalian melihat begitu banyak goresan ditangan kirinya, penampilannya begitu menyedihkan.
Tok! Tok!
"Tuan, apa anda sudah bangun? Saya akan masuk tuan."
Cklek.
Melihat tuannya yang sudah duduk dari tempat tidur dengan kantung mata yang terlihat jelas dimatanya James yang merupakan pelayan pribadinya tau, bahwa tuannya tidak tidur semalaman. Apalagi dengan tatapan kosong yang seolah memandang jauh entah kemana.
"Tuan muda, apa Tuan tidak tidur semalam?" James meletakkan teh dan sarapan yang berupa sandwich itu di atas nakas. Karna ia tau bahwa tunnya tak akan pernah mau turun kebawah hanya untuk sekedar makan. Karna bahkan, sejak hari itu Tuan mudanya ini tidak pernah menginjak lantai satu, dan hanya diam dikamarnya saja.
"..."
Tapi seperti dugaannya, jangankan menoleh bahkan menjawab saja tidak. Tapi James takkan kehilangan akal.
"Tuan Muda, kemarin bodyguard yang akan menemani anda kuliah sudah ada disini. Nanti jam 7 ia akan menemui anda." James melihat ada sedikit perubahan dari mimik wajah sang Tuan muda. Sepertinya ia sedikit senang karna sebentar lagi ia bisa melihat dunia luar.
"..."
Yah, tentu saja tidak ada jawaban, apa yang kalian harapkan?
"nah, kalau begitu saya akan membantu anda menyiapkan diri untuk berangkat tuan." James, laki-laki paruh baya itu mendekat ke sang Tuan muda. Menyingkapkan selimut dengan permisi lalu membuka jendela kamar itu hingga cahaya pagi yang cerah masuk begitu saja ke ruangan itu. Jika sudah begitu, Rega pun masuk ke kamar mandi tanpa suara.
Setelah beberapa menit, Rega pun keluar dengan memakai bathrobe. James yang melihat itu lantas undur diri setelah menyiapkan beberapa pakaian dan membersihkan kamar tuan mudanya tersebut.
Setelah beberapa menit, seseorang mengetuk pintunya.
"Tuan muda bodyguard anda sudah sampai."
"..." selang beberapa menit, karna James tau tuan mudanya tidak akan menjawab, ia pun membuka pintunya.
Cklek.
"Permisi tuan muda, dia bodyguard anda. Namanya Dimas Mahendra." Dimas yang berada di samping James melihat tuan muda yang sedari tadi hanya duduk di tepi ranjang tatapannya kosong menghadap ke jendela kamarnya. "eh, maaf Dimas, ini saatnya tugasmu, meskipun kau hanya seorang bodyguard, tapi cobalah berkomunikasi dengan tuan muda. Bujuk ia agar berangkat." bisik James kepada Dimas yang membuat keningnya agak berkerut. James pun menepuk bahu Dimas dan berlalu pergi dari kamar tuan mudanya itu. Sebenarnya Dimas sebelum ditugaskan untuk menjadi bodyguard, ia sudah diberi informasi tentang tuannya tersebut. Dari kesukaan, makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan, hobi dll. Dimas mencoba untuk mendekati Rega. Ia sudah tau namanya.
"Maaf tuan, ayo kita kuliah. Mari melihat dunia luar bersamaku." Entah kenapa, mungkin karna kata katanya yang ingin mengajaknya Rega sedikit menoleh dan menganggukkan kepalanya lemah tapi tanpa mengubah ekspresinya sama sekali. Rega beranjak dari kasurnya dan menuju pintu utuk keluar. Namun ia terhenti ketika ia ingin membuka gagang pintu itu. Seperti ada perasaan takut yang tidak bisa dijelaskan pada dirinya. Padahal dulu, dunia luar bagaikan rumah baginya. Tapi sejak hari itu, seakan menjadi luka yang menganga begitu besar dalam benaknya. Dimas yang seakan tau kecemasan yang dirasakan Rega pun menepuk pundaknya pelan.
"Mari tuan." ia membukakan pintu itu untuk tuan mudanya.
Ketika sampai di lantai utama, Rega dan dimas sudah disuguhi pemandangan yang mungkin bagi orang lain sangatlah langka. Penjagaan dimana mana, dan ketika mereka melalui mereka, serempak mereka membungkuk memberi hormat? Tepatnya mungkin pada Rega.
KAMU SEDANG MEMBACA
52 Hz
Teen FictionRega Arya Putra merupakan anak seorang yang menjalankan bisnis ilegal terbesar di Asia. Tapi hidupnya terlalu dikekang sang ayah. Jadi akankah Rega mampu mengalahkan ayahnya? Dan menjadi seorang yang benar-benar Rega?