1

2 0 0
                                    

"Permisi, cogan mau lewat."

Banyaknya lautan manusia di kantin, dengan tidak malunya Alvin berteriak ketika hendak memasuki kantin disusul dua orang sahabatnya, Andre dan Zaki.

"Cogan di sekolah kita nambah, slurr."

"Woy, nama gua Mila."

"Ini siswa pindahan yang kemarin?"

Kira-kira seperti itulah tanggapan beberapa siswi yang ada di kantin, yang mampu membuat kegaduhan. Namun, berbeda dengan tiga orang siswi yang duduk di belakang pojok kantin. Ia seperti tidak selera untuk melihat kegaduhan apa yang tercipta di depan.

"Buset, cewek kalau teriak ga maen-maen ya ges ya, rumah siput gue mau petcahh," ucap Bela sembari menutup kedua telinganya dengan tangannya.

"Kea lagi liat cogan aja sih mereka," tambah Selin sambil celingak-celinguk.

"Apapun masalahnya, darararari solusinya," ucap Ael sambil memainkan handphone di tangannya.

Di sisi lain, setelah mengikuti acara desak-desakan di pintu kantin, Alvin, Andre, dan Zaki pun mencari tempat duduk yang aman, tentram, dan damai. Ketiganya mengedarkan pandangan, hingga mata Alvin terhenti di sebuah meja belakang pojok kantin.

"Di sana," ucap Alvin sambil menunjuk ke meja yang di maksud.

"Lo ga liat kalau meja itu berpenghuni?" tanya Andre.

"Buruan, ah. Laper nih gue!" ucap Zaki, lalu berjalan lebih dulu dari kedua temannya.

Ael, Bela, dan Selin yang terbiasa makan dengan nyaman, tentram, dan damai, tiba-tiba saja merasa terganggu dengan kehadiran tiga siswa asing di depannya ini.

Setelah melakukan perdebatan yang sangat panjang, dengan berat hati Ael mengizinkan Alvin dan kedua temannya untuk berbagi meja dengannya.

"Lo bertiga anak baru, ya?" tanya Bela memulai percakapan.

"Iywa, kwita pwindahan dwari SMWA PWITWALOKA," ucap Andre dengan bakso yang masih berada dalam kunyahannya.

"Telen dulu, baru ngomong," tambah Zaki.

Sesaat kemudian, makanan telah tandas dari hadapan mereka. Enak dan special. Itu yang mendeskripsikan bakso buatan Kang Juna.

"Kita semeja gini, masa ngga kenalan," ucap Alvin seraya melihat ke arah Ael yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya.

"Iya, nih. Itung-itung buat nambah temen baru, yakan Zak," ucap Andre sembari menaik turunkan alisnya, yang hanya di balas anggukan oleh Zaki.

Bela dan Selin merasa setuju dengan hal itu, toh apa salahnya untuk sekedar berkenalan.

Baru saja Bela akan mengulurkan tangannya, tiba-tiba Ael bersuara, "Belaaaaa, cariin gua target yang ke 350, dong."

Ketiga cowok itu kaget, matanya membulat. Target apa? Batin ketiga cowok itu.

"Lo udah putus ama Bian?" Tanya Bela yang diangguki oleh Ael sebagai jawaban.

"Lo ama si Raka aja," celetuk Selin.

"Ngga. Gua lebih tinggi dari Raka, ga cocok banget," ucap Ael yang sepertinya lupa sedari tadi ada tiga cowok asing yang duduk di depannya.

"Lo pakgel, ya?" tanya Andre.

"Apaan, ngga, ya. Gua anak baik-baik, setia, dermawan, rajin menabung, dan tidak sombong," jawab Ael melebih-lebihkan.

"Buktinya tadi lo minta ama temen lo buat nyariin lo target yang ke 350," ucap Zaki tak kalah antusias.

"Sama dong, kaya Alvin. Dia juga lagi nyari target yang ke 350," tambah Andre sambil menepuk bahu Alvin.

"Sialan," gumam Alvin.

"Woo, pakboynya PITALOKA, nih?" ucap Bela yamg mampu mengundang tawa dari mereka yang saat ini sedang dalam meja yang sama.

"Kenalannya di lanjutin ga, sih?"

"Ah, iya. Lupa."

Akhirnya mereka pun berkenalan satu sama lain, candaan serta tawa tak pernah lepas dari meja mereka. Hingga tak mereka sadari, waktu jam istrahat telah selesai. Waktunya untuk kembali ke kelas.

AlvinaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang