STRUGGLE - 07. Guyuran hujan

189 30 4
                                    

“Hujan itu kuat, dia tahu dia akan jatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan itu kuat, dia tahu dia akan jatuh. Tapi tetap diam, pasrah.

Happy reading ✨




Kak Aska gak bisa jemput, dia ada kuis di jam 9 sampai 11 nanti. Aku menghela menempelkan kening di atas meja, bosan. Sesuai dugaan, di jam 9 pagi tadi kami di bolehkan pulang.

Saat ini aku terlantar di perpustakaan dekat kelas, sejak satu jam yang lalu. Di temani Heli di depanku, menatap tajam tanpa bicara satu katapun.

Aku berdecak risih, Mau tidak mau aku mendongak, mengendus kesal ke arahnya. Bagi dia yang pendiam mungkin biasa saja, tapi aku? Aku cenderung cerewet. Ini seperti penyiksaan.

"Mau apa?!" Sewot ku.

Aku melihat sebuah seringaian di ujung bibirnya. "Gue antar pulang."

"Duluan aja, gue sama Kak Aska."

"Sampe kapan?"

"Jam sebelas."

Heli menghela sabar. "Sampe kapan Lo mau jutekin gue, gue salah apa?"

Paling gak suka sama orang yang kalo ngomong setengah-setengah, bikin salah paham.

Aku mendengus. "Sampe kapan Lo sadar, kalo gue gak kepingin ketemu orang kaya Lo. Gue gak sudi."

"Jenggala lagi?" Aku menegang, kenapa harus bawa nama Jenggala. "Ada atau gak adanya dia, di hidup gue dia tetep jadi benalu ya?"

"Dan Lo? Tetep jadi orang brengsek di mata gue." Desis ku, Aku beranjak. Tak ingin berurusan lagi dengannya.

Heli terkekeh, miris. "Gue harus apa biar Lo liat gue. Gue terus ngalah, dari dulu. Jenggala, Jenggala! Jenggala! Apa gue harus punya penyakit dulu biar Lo dan orang-orang lihat gue ada?!"

Kakiku berhenti di ambang pintu, suasana hening membuat ku dapat mendengar dengan jelas nada putus asa nya. Tanpa menoleh, aku sebisa mungkin menghalau air mataku.

Kenapa Heli bicara begitu? Apa aku terlalu jahat? Bukankah dia yang mulai lebih dulu.

"Gak usah putar balikkan fakta, " Ucap ku datar. "Gue lihat Lo gini kek lagi ngemis kasih sayang."

"Bener." Ungkapnya

Perpustakaan menghening beberapa saat karena keterdiaman kami, aku menelan pahit ludahku. Saat balik badan, yang membuatku terkejut. Heli entah sejak kapan sudah ada di belakang, aku refleks mundur.

"Gue gak pernah rasain namanya kasih sayang, semua kasih sayang orang tua, kerabat bahkan Lo. Di rebut Jenggala." Pelannya, yang membuat lidahku kelu.

Aku berdiri kaku menatap wajah itu penuh tanda tanya, apa yang aku lewatkan dari dua saudara sepupu ini. Kenapa wajah Heli terlihat rapuh, dia kesepian di dalam ruangan gelap dengan rantai yang membelenggu.

KETOS; StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang