001. Awal Mula

104 9 2
                                    

Rasya bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan keperluan suami dan sang anak. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 06.00, ia harus segera bersiap dan membangunkan Cello, anak angkatnya. Bian, suaminya itu sudah bangun 30 menit lalu dan bergegas pergi ke kantor.

Setelah memandikan Cello dan membuat sarapan untuk keluarganya, Rasya pun memanggil kedua lelaki tersebut. "Mas! Cello! Ayo sarapan bareng."

Cello dan ayahnya pun turun ke lantai bawah sambil bercanda ria, Rasya yang melihat hal itu pun secara tidak sadar tersenyum tipis.

"Aku langsung pergi ya, Sya. Nggak biasa sarapan, nanti kalau Cello sudah selesai sarapan, jangan lupa diantar ke sekolah. Makasih." Rasya yang mendengar hal ini pun tersenyum kecut, selalu begini, apa masakan yang dibuatnya tidak enak?

Tidak, masakannya jelas enak. Hanya saja, entah mengapa Bian jarang ingin mencicipi masakannya.

"Iya." jawab Rasya singkat lalu mengambil jas yang digantung di kepala kursi, berniat memakaikan suaminya jas tersebut.

"Aku bisa sendiri." Bian mengambil alih jas tersebut dari tangan Rasya dan langsung memakaikannya sendiri.

"Lusa kamu ikut reuni?" tanya Bian sambil membenarkan letak dasinya.

"Boleh? Kamu ikut nggak? Kalo kamu ikut, aku boleh ikut juga nggak?"

Kalau boleh jujur, Rasya cukup sebal melihat Bian saat ini. Lelaki itu sebenarnya sedang kesusahan memakaikan dasinya, tapi ia tidak berminat untuk meminta tolong pada sang istri.

Rasya sebenarnya ingin membantu Bian memakaikan dasi, tapi ia enggan. Bian seakan menjaga kontak fisik dan membuat tembok tinggi dengan dirinya, yang entah kapan dapat dihancurkan.

"Kamu kenapa sih, nanya hal sepele begitu? Kalau mau ikut, ya ikut aja, aku nggak larang. Nanti Cello biar mba Lia yang jaga." Rasya terdiam mendengar ucapan Bian, memangnya salah meminta izin pada suaminya sendiri?

"Kamu ikut nggak?" tanya Rasya lagi, ia sebenarnya sudah tau jawaban Bian, ingin memastikan lagi saja.

"Gak." jawab Bian singkat, lalu mengambil tas kerjanya.

Sesampainya di depan pintu, Bian berhenti sebentar, seperti ada yang ingin disampaikan. Rasya yang cukup peka akan hal itu pun menaikkan alisnya yang bermaksud 'Kenapa?'.

Bian menggeleng pelan lalu berkata "Jangan lupa kunci pintu," yang dibalas anggukan singkat darinya.

Seperginya Bian dari rumah itu, Rasya pun menghampiri Cello yang sedang memakan roti cokelat yang menjadi sarapannya pagi ini. "Abang Cello sudah selesai makan?"

"Sudah, Bunda." jawab sang anak dengan pandangan matanya yang tidak lepas dari video kartun di depannya.

***

Klik 'voment' utk update lebih cepat😋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Voice of Heart [JAEROSÉ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang