1. From the Other Part of the World

433 58 31
                                    

Ranting-ranting dari dahan yang gundul akibat daun-daun yang berguguran itu membuat suara berisik di luar jendela. Saling bergesekan seolah menghangatkan diri dari embusan angin musim gugur yang membuat bulu-bulu merinding.

Malam sudah semakin larut, lampu-lampu jalan nyatanya tetap berdiri kokoh meski cahayanya temaram kekuningan. Satu dua kendaraan melintas, menancapkan gas dengan kecepatan tinggi. Entah sedang berlomba dengan siapa; ego dalam diri atau alkohol dalam tubuh yang mulai menguasai.

Di sebuah rumah besar bergaya Eropa klasik itu seorang anak laki-laki tengah meringkuk di bawah selimut hangatnya, terlelap setelah bergulat dengan tugas-tugas sekolah yang baru dua puluh menit yang lalu ia selesaikan.

Tanpa ia duga bahwa dua orang sedang mengendap-endap memasuki kamarnya yang gelap. Berusaha sebaik mungkin untuk tak membuat suara meski pada kenyataannya langkah kaki dan gerakan memutar knob pintu samar-samar memasuki rongga telinganya.

Mereka sudah di dalam.

Tapi yang ia dengar hanya suara detak jam dinding yang terus menggema.

Beberapa saat kemudian ia mendengar sebuah pemantik dinyalakan. Ia memunggungi mereka, dan saat ia membuka matanya, yang bisa ia lihat dari pantulan di dinding adalah dua orang yang benar-benar tengah berdiri di belakangnya.

Belum sempat ia membalikkan diri, sura dua orang tersebut sudah memenuhi seluruh ruangan.

"Saengil chukha hamnida

Saengil chukha hamnida

Saranghaneun uri Juhyeong~

Saengil chukha hamnida"

Tak lagi menunggu, anak laki-laki itu segera bangkit dan menghadap ke kedua orang yang sudah menyanyikan lagu ulang tahun itu padanya, orang tuanya.

"Eomma, Appa~"

"Selamat ulang tahun, Juhyeong-ah! Semoga hidupmu semakin cemerlang dan jadi sosok yang berguna," ucap tulus dari seorang wanita paruh baya yang berstatus sebagai ibunya.

"Selamat ulang tahun, jagoan Appa! Semoga segala kebahagiaan selalu menyertaimu," sambung sang ayah.

"Khamsahamnida, Eomma, Appa," balas Juhyeong penuh rasa syukur kepada kedua orang tuanya.

"Cah, buatlah permintaan dan tiup lilinnya," ujar sang Ibu.

Juhyeong menatap sebuah kue sederhana yang berada di tangan Ibunya, dengan lilin berbentuk angka tujuh belas yang memancarkan nyala api di atasnya.

Ia mendekatkan diri, menutup mata dan membuat permintaan untuk ulang tahunnya kali ini.

Setelah memanjatkan permohonannya, dengan mantap ia meniup lilin tersebut. Apinya padam, tapi permohonnya menguar bersamaan dengan asap yang mengepul ke udara. Membumbung tinggi menuju tempat yang semua orang tak dapat melihatnya.

----------

London, 3 p.m

Di dapur sebuah toko kue di pinggiran Kota London, dua wanita Asia dan satu wanita Eropa tengah sibuk dengan adonan masing-masing. Mereka tengah mempersiapkan pesanan untuk sebuah pesta ulang tahun.

"Hyeri-ah, tolong siapkan bahan-bahan untuk whipped cream kita," pinta seseorang yang nampak seperti pemilik toko kue tersebut.

"Ne~" ia pun bergegas seperti yang diperintahkan.

"We still have 5 hours left, Mrs."

"I know, but it will be better if we could finish this as soon as possible," jawabnya diiringi senyuman yang selalu hangat.

BewitchingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang