2. Weirdo

195 40 12
                                    

"Hong Chayoung?"

"Park Juhyeong?"

Setelah saling bertatapan beberapa saat akhirnya Chayoung melepaskan cengkramannya di ransel laki-laki itu.

Juhyeong pun mematikan mesin motornya dan turun dari sana untuk menghadap ke arah Chayoung lebih baik.

"Ada apa, Cha?"

"A-ani, tadi pagi Kau membuat seragamku basah dan kotor akibat motormu yang menggencet genangan air!" Mendapati itu Juhyeong hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Wae wae? Ekspresi macam apa itu?"

"Kau berkhayal?"

"What?"

"Aku tanya apa Kau sedang berkhayal? Seragammu baik-baik saja." Keduanya mengarahkan pandangan mereka ke seragam Chayoung yang sudah kembali bersih seperti semula.

"Aissh, ini karena aku sudah menggunakan mantraku untuk membersihkannya." Omel Chayoung dalam hati.

"Ani, aku sudah membersihkannya dengan baik jadi bekasnya tak terlihat," belanya.

Juhyeong masih tak goyah dengan pemikirannya. Gadis itu mengada-ada. Mana mungkin ia mendapatkan noda di kain yang sebersih itu? Persis nampak seperti baru. Pemikiran itu membuatnya menyunggingkan sebelah bibirnya.

"Yaa! Aku serius!"

"Yee yee, meski ini tak masuk akal tapi baiklah. Aku meminta maaf jika telah membuat seragammu kotor," ucap Juhyeong pada akhirnya.

"Maafmu tak tulus." Mendengar itu Juhyeong semakin tersenyum lebar.

"Caramu cukup unik."

"Ye?"

Apa yang anak laki-laki ini bicarakan?

"Mencari perhatianku."

"Astaga dragon," Chayoung memijit kepalanya. Bagaimana bisa anak laki-laki ini memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi?

"Mungkin perkenalan kita di kelas tadi kurang memuaskan? Baiklah, halo Hong Chayoung, salam kenal dariku, Park Juhyeong. Senang berkenalan denganmu." Ia menambahkan sekilas senyum di akhir kalimatnya lalu membalik tubuhnya dan bergegas pergi dari hadapan Chayoung.

"Weirdo!" Dengus Chayoung kesal.

"Gadis aneh," batin Juhyeong.

TIN TIN

"Chayoung-ah!" Panggil Tuan Hong dari seberang jalan.

"Yee, Appa!" Gadis itu pun mempercepat langkahnya menuju mobil yang baru saja tiba.

----------

Jemari ayu itu terus bergerak mengikuti susunan kalimat yang tercetak di buku usangnya. Ia membaca tiap lariknya dengan khusyuk. Mencerna dalam maksud dan pesan yang coba disampaikan dari sana.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BewitchingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang