Mentari sudah mulai menduduki singgah sananya kembali. Mengambil alih kuasanya, memberi sinar hangat pada mereka yang tengah kedinginan, atau bisa juga memberi sengat pada mereka yang peluhnya bercucuran.
Seperti yang sudah dijanjikan kemarin, hari ini Juhyeong akan menjemput Chayoung pukul 6.15. Subuh-subuh sekali Chayoung sudah bangun, ribut bukan kepalang menyiapkan segala keperluan. Dia hanya akan berangkat ke sekolah, tapi semua kehebohannya seolah ia akan mengikuti study tour ke tempat-tempat wisata.
Ibunya, yang kemarin sempat ambruk dan tak berdaya, hari ini seolah sudah sehat bugar tanpa ada tanda bahwa fisiknya lemah. Ia ikut membantu Chayoung bersiap, memasak sarapan, dan memberi konfirmasi bahwa tampilan Chayoung tidak ada yang salah.
"Putriku sudah besar," bisiknya sembari tersenyum.
Gadis itu sudah duduk di kursi terasnya yang asri. Pohon-pohon besar nan rindang kala musim panas itu akan menyembunyikan rumah teduh keluarga Tuan Hong dari pandangan lalu lalang orang di jalanan. Karena kini sudah mulai memasuki musim dingin, tentu saja pohon-pohon itu hanya menunjukkan tulang-tulangnya yang tinggi menjulang. Tak malu mempertontonkan kulitnya yang kecoklatan.
Chayoung melirik jam di pergelangan tangan kirinya.
6.17.
"Tidak disiplin," kesahnya.
Sesaat ia membuang napasnya, lubang telinganya mendengar suara mesin motor yang kian mendekat. Tak salah lagi, itu milik teman laki-lakinya.
Buru-buru ia berdiri dari sana dan merapikan seragamnya yang tertekuk. Dilihatnya sosok yang sedari tadi ia tunggu itu memasuki pekarangan rumah. Teman laki-lakinya itu mematikan motor, melepas helm dan melemparkan senyumnya.
"Selamat pagi!"
Omelan yang sedari tadi hendak ia lemparkan itu tiba-tiba saja luruh. Bagai es krim vanila yang terkena sinar hangat matahari di siang hari.
"Selamat pagi," balasnya tak kalah memberi senyum.
Ini lebih baik. Ketimbang mengomel di pagi hari yang damai, lebih baik kami saling melempar senyum. Pikirnya.
"Maaf terlambat. Aku harus mengisi gas terlebih dulu." Suaranya tenang, tapi Chayoung tahu ada rasa bersalah di sana.
"Tak apa, aku juga baru selesai bersiap-siap." Ia tak mungkin merusak hubungan mereka yang baru saja membaik, bukan?
"Sudah siap berangkat?" Temannya itu sudah berdiri di depannya.
"Eumm," anggukannya menegaskan jawabannya.
"Tante, mana?"
"Eomma?"
"Juhyeong?" Yang dicari itu muncul di saat yang tepat.
"Bagaimana keadaan Tante?"
"Sudah lebih baik." Wanita paruh baya itu tak kehilangan senyum hangatnya. "Maaf sudah merepotkan."
"Aniya, Tante. Kebetulan kami satu sekolah."
"Baiklah. Sebaiknya kalian segera berangkat. Sudah setengah tujuh."
"Kami berangkat, Tante." Pamitnya takjim.
"Eomma, aku berangkat." Chayoung memberi ritual cium pipi untuk ibunya.
Setelah memasang helm dan menyamankan duduk di atas motor, mereka segera meluncur meninggalkan rumah besar nan asri itu dengan satu penghuni di dalamnya.
----------------------------------------
Sesampainya mereka di sekolah, tentu saja banyak pasang mata yang mengarahkan pandangan mereka pada dua sosok yang datang bersamaan itu. Tak terkecuali Hanseo dan Junwoo yang seperti biasa menjadi sosok penjaga parkiran kala pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bewitching
FanfictionRank #1 - #highschoolsweethearts 💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫 Apa jadinya jika seorang murid Hogwarts pindah ke sebuah sekolah biasa? Menerima segala materi yang dipelajari oleh Muggles hingga hidup berdampingan dengan mereka? Hong Chayoung...