1 . Kenapa Harus dia?

584 60 7
                                    

Jam yang melekat di-dinding sudah menunjukan hampir pukul jam dua pagi. Namun Cherry tidak bisa tidur dengan tenang karena terus memikirkan ucapan ayahnya. Ia terus termenung melihat jam dinding bulat yang menempel pada dinding kamarnya sembari berbaring di kasur nya.

"Kenapa harus pria itu sih?" Gumam Cherry pelan, namun nampak jelas ia sedang menahan kerutan di dahinya.

Ia terus menatap jarum jam detik yang tak berhenti berputar sedari tadi.

"Ayah ini senang sekali menjual anaknya ya?!!"
Cherry masih melanjutkan gumamnya, sarat akan protes yang tak berani ia sampaikan secara langsung pada ayahnya. Lantas ia menatap parau lampu tidur yang masih menyala dimeja laci kecil samping kasur nya.

"Aku tahu, aku anak sulungnya. Bukan berarti aku harus mengalah pada anak dari Wewe Gombel itu kan?!" Celoteh Cherry tak bisa berhenti tertuju pada ibu dan adik tirinya.

Semenjak kematian ibu kandung nya, Cherry yang awalnya adalah anak yang sangat ceria, berubah menjadi anak yang pendiam dan tertutup. Dimana ini adalah masa-masa ia seharusnya bermain dan bertumbuh dewasa, secara naluriah. Namun keadaan memaksanya dewasa diusia belia-nya.

Cherry harus bisa bermental dewasa dalam menghadapi dan menahan cacian dan makian orang diluar sana. Hanya ia dan boneka beruang berwarna coklat yang ia namai "chocooines" yang tahu seberapa tegar dirinya untuk berpura-pura kuat.

Dan dimasa itu juga, seseorang dengan senyum kejamnya datang ke dalam kehidupan Cherry, dan mencampuri segala urusan Cherry.

Belum ada 7 hari sejak kematian ibu Cherry, ayahnya sudah membawa seorang ibu baru sekaligus saudara baru baginyaa

"BADEBAH! Aku benci kalian semua. Kalian mengekang ku yang tak punya siapa siapa lagi untuk bernaung, memanfaatkan untuk kekayaan," Cherry kembali bergumam menyumpahi mereka, sembari mematikan lampu tidur di samping nya, dan di saat itulah emosinya membuncah hingga air mata Cherry keluar begitu saja.

.........


Pagi sudah datang diambang siang, namun Cherry masih tertidur pulas di kasur nya, dengan matanya yang nampak sembab.

Namun secara tiba-tiba ibu tirinya datang ke kamar Cherry dan membangunkan Cherry dari tidur-nya dengan cara brutal.

Dengan menyiramkan air dingin yang masih ada sisa sisa kubus es kecil di-dalamnya yang ia ambil dari kulkas, membuat Cherry langsung membuka matanya dengan cepat.

"Bangun, udah siang dasar parasit!!" Ucap Melodi, ibu tirinya dengan nada tegas. Cherry bangun dari baringnya, dengan muka masam bercampur sedih.

"Cepat bersiap! lalu datang ke rumah Mr. J" Tambah Melodi sembari tersenyum miring pada Cherry. Cherry hanya mampu menunduk lalu pergi mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya.

"Sabar Cherry, sabar...!" batinnya terisak, menahan pahitnya ucapan dari Melodi, terasa miris, bahkan dirumahnya sendiri pun ia disebut parasit. Padahal selama ini Cherry selalu diam saja saat ia hanya diberi jatah makan hanya sekali dalam sehari, dan tindakan kekerasan verbal maupun nonverbal seperti pukulan, atau cacian.

Bagaimana ia bisa sekejam itu? Sebenarnya tindakan ini bisa di laporkan atas tuduhan penganiayaan dan kdrt, jika Cherry mau, Namun Cherry tak pernah mempunyai niatan untuk memberi tahu dunia betapa kejamnya Melodi, apalagi sampai mempolisikan Melodi.

...

Kini Cherry berada di ruang keluarga. Bukan- tapi ruang hampa dan dan... menyedihkan. Ia tengah mendapatkan yang kata ayahnya adalah pencerahan, padahal sudah jelas ini adalah sebuah paksaan agar Cherry segera menikahi Mr. J

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RUMOR || Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang