ii: a chance to fall

750 200 15
                                    

[ Pendapat oleh Duchess of Grovesbeak: ] "Meski memiliki sejumlah skandal, tidak ada yang akan pernah menduga jika Lalicia Wellington, lili cantik dari Kerajaan Wisteria dapat melakukan hal sekeji ini. Semoga Imperial Court dapat menegakkan keadilan seperti yang seharusnya."

— Halaman 7, Lady Oaksbury Society Papers

•••

"Sepertinya Ayah sudah terlalu memanjakanmu, Lalicia."

Suara dingin itu seperti menjatuhkan balok-balok es langsung menuju tulangnya. Suaranya tajam. Seakan bisa memotong Lalisa hidup-hidup.

"Kau tahu betapa kau mempermalukan House Wellington dengan adanya surat ini?" Nada suara duke terdengar lelah. Sejenak Lalisa merasa malu. Malu untuk Lalicia. Malu atas apa yang akan menjadi konsekuensinya meski bukan dia yang melakukan hal tersebut.

"Ayah, lebih baik Ayah kembali istirahat. Besok, setelah semuanya lebih tenang kita bisa mendiskusikan masalah ini dengan kepala dingin."

Suara lembut itu membuat Lalisa mendongak. Rosalie Wellington berdiri di depan pintu. Lalisa tidak dapat mengalihkan pandangannya. Meski deskripsi di webnovel membuatnya nyaris tertawa karena terlampau cheesy, ternyata Rosalia benar-benar secantik itu. Pandangan matanya lembut, surai madunya juga benar-benar indah.

"Beruntung sekali kita memiliki nona seperti Lady Rosalia..."

"Ugh, dibandingkan dengan nona kita yang asli..."

"Apakah Lady Rosalia adalah malaikat? Sangat berbanding terbalik dengan saudara tirinya!"

Bisik-bisik para maid itu membuat dahi Lalisa berkedut. Mendadak dia merindukan Marie dan Olive.

Duke Wellington menghembuskan napas. Dengan satu tatapan tajam, ia berbalik dan menutup pintu. Para pelayan ikut mengikuti sang master keluar dari kamar Lalisa, yang mana juga membuatnya menurunkan bahu lega. Hanya saja, Rosalia tetap berada di kamar. Kini mereka hanya berdua.

"Um," Lalisa berusaha menetralkan keadaan dengan terbatuk canggung. "Terima kasih."

Rosalia terdiam. Kamar hening sejenak. Meski para pelayan berusaha keras untuk terlihat tak menguping, mereka jelas amat tertarik pada keheningan canggung antra dua bersaudari ini. Menebak-nebak apa yang selanjutnya terjadi.

Biasanya Lalicia akan melempar tantrum. Melemparkan barang-barang ke arah Rosalia. Menjebaknya. Menyalahkannya atas segala kesialan yang menimpa hidup Lalicia. Namun sayang sekali, para pelayan tidak akan mendapatkan tontonan gratis mereka kali ini. Lalisa mendengus. Menjadi tokoh antagonis itu melelahkan. Lebih baik dia segera divonis mati dan kembali ke dunia nyatanya.

"Besok adalah hari penjatuhan," kata Rosalia, pelan. "Aku harap semuanya berjalan dengan lancar."

Tidak ada ucapan selamat tinggal. Tidak ada ucapan penyemangat. Tidak ada kata-kata manis yang menjanjikan kebebasan dari Imperial Court untuk Lalicia. Namun memang begitulah seharusnya. Sejak awal Lalicia dan Rosalia tidak akan dapat bersatu. Dan mungkin akan selamanya begitu.

Ketika derap lembut Rosalia dan para pelayannya meninggalkan kamar Lalicia, Lalisa akhirnya dapat mengembuskan napas. Entah mengapa dadanya sekarang sesak. Ia merindukan Chaeyoung, Jihyo, dan teman-teman SMU-nya.

"Aku juga."

Kuharap eksekusiku berjalan dengan lancar.

•••

"Oh, gadis cantik. Apakah kau kesepian?"

"Hei, jangan ganggu dia. Kau tidak tahu? Dia berasal dari House Wellington!"

once upon a taleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang