“Cinta ini diwarnai lika-liku dan luka."
Sehun langsung protes dan menunjukkan wajah manjanya. "Ada apa? Kok nyubit? Hm?"
"Kakak kenapa sih?!" bisik Rose. "Kenapa sembunyiin itu dari aku?!" Pukulan dan cubitan Rose kembali melayang ke tubuh Sehun.
Melihat Bosnya yang dicubit oleh sang istri, Gogo menahan tawa dan hanya tersenyum. Dia sangat paham kalau pasangan suami-istri itu perlu ruang pribadi. "Pak Sehun boleh langsung pulang, Nyonya. Silakan." Ucapannya itu membuat dua orang dihadapannya berhenti berselisih paham.
***
Di rumah, Rose melempar bantal ke arah Sehun yang duduk di sofa. Tentu saja suaminya itu terbelalak. "Kamu kenapa sih? Dari tadi kamu marah loh," katanya dengan lembut.
"Gimana gak marah, Kak! Kak Sehun gak mau cerita tadi ngapain di lab!"
"Aku lagi lihat lab, Rose. Aku mau nguji sesuatu."
"Mesin waktu, ya 'kan?!" balas Rose dengan mata mulai memerah.
"Kok kamu-" Mulut Sehun agak menganga, lalu tangannya menutup mulutnya itu. Nafasnya sempat berhenti sejenak, sebelum akhirnya berhembus. "Sini duduk," pintanya.
Rose menuruti pinta suaminya itu. Dia duduk berhadapan dengan Sehun. Matanya menatap Sehun bagai anak panah yang tajam. "Tadi... Aku ketemu sama orang, entah siapa, dia kasih tahu kalau Martial Tech punya proyek selama bertahun-tahun di lab itu."
Sehun mengangguk. Kemudian pandangannya terangkat dan menatap istrinya. "Wanita itu, intuisinya kuat ya? Huft." Setelah menelan ludah, dia kembali bersuara. "Perusahaan MT punya proyek yang namanya mesin waktu. Proyek itu sudah berjalan sekitar tiga dekade, jadi proyek itu sudah ada sejak zaman ayah."
"Terus buat apa? Kakak mau kembali ke masa lalu?"
"Iya. Bareng kamu, Rose."
Rose mengerutkan dahi setelah mendengar ocehan Sehun. "Oh, jadi... Kak Sehun suka sama aku karena masa lalu aku? Tapi apa bagusnya masa lalu aku? Oh! Apa orang tua Kak Sehun berteman sama orang tuaku?" cecarnya.
"Bukan gitu, Rose."
"Terus apa?"
"Kamu mungkin bakalan gak percaya. Tapi dulu itu, tahun 1500, kamu itu putri, Rose."
"Apaan sih. Haha!" Bagi Rose yang tak percaya, itu hanyalah sebuah cerita dongeng seperti dalam Film Disney yang masih aktif hingga saat ini.
"Aku serius, Sayang."
"Oke oke." Rose mengatur nafasnya, lalu mengikuti candaan suaminya itu. "Kalau Kakak jadi apa? Pangeran?"
"Bukan. Aku tuh jadi pengawal."
Jawaban Sehun yang aneh itu masih tak membuat hati Rose percaya. Bahkan dia berani mengolok suaminya. "Kayaknya Kak Sehun punya bakat bikin cerita fiksi deh. Tapi kenapa Kakak jadi pengawal sih? Jadi pangeran dong, biar di masa lalu kita bisa dipanggil sepasang pangeran dan putri."
***
Keesokan harinya, Sehun membujuk Rose supaya ikut bersamanya ke kantor. Pria 28 tahun itu merajuk seperti anak kecil yang ingin diantarkan ke sekolah. "Sayang, ayo ikut. Please...."
"Apa sih, Kak? Emang di kantor ada apa?"
"Ayuk ikut dulu. Nanti aku ceritain," rayunya.
Beberapa menit kemudian, Rose telah siap dengan gaunnya yang bermotif bunga-bunga. Dia tak tega jika melihat suaminya memelas seperti tadi.
***
Di balai penelitian kota, tepatnya di laboratorium, Sehun dan Rose bertemu Gogo dan para laboran. Mereka saling melempar senyum, kecuali Rose. Dia takjub dengan dunia yang baru dilihatnya. Aku kira lab ini seperti lab kultur jaringan. Ternyata isinya alat-alat yang lebih mutakhir.
Salah satu laboran menjelaskan sebuah tabung besar berdinding logam. "Seperti kunci dan gembok, kami telah menambahkan fitur asal dan tujuan. Pengguna mesin waktu ini juga dipakaikan chip kecil sebagai pendeteksi lokasi. Menurut kami, alat ini telah 90% selesai."
Sehun spontan bertanya, "Mengapa hanya 90%?"
"Karena kami masih mencobanya menggunakan barang. Kami belum mengujinya kepada manusia, Pak Sehun."
"Loh? Terus kemarin apa barangnya belum sampai di tujuan?" sahut Gogo.
"Sudah, Pak Go. Dari monitor, kami melihat kalau barang itu sudah sampai di istana."Hah? Istana? batin Rose sembari tak berhenti menatap kotak logam di hadapannya.
"Kalau gitu, saya yang akan coba," ujar Sehun.
"Loh loh jangan, Bos. Biar saya saja-" balas Gogo. Tentu saja dia duluan yang khawatir dengan keselamatan atasannya, sekaligus sahabatnya.
Sehun langsung menyerobot ucapan pria di sampingnya itu. "Kamu juga ikut. Jadi ada tiga orang yang akan mencoba alat ini. Tapi... Apa bisa bersamaan?"
"Bisa, Pak." Para laboran segera mematuhi perintah si CEO MT. Mereka berpencar, mempersiapkan keberangkatan manusia menggunakan mesin waktu, mengecek dan meyakinkan bahwa semua alat bisa berfungsi baik saat dioperasikan.
"Kak, aku ikut masuk ke sana juga?" bisik Rose.
"Iya dong. 'Kan aku gak bisa hidup tanpa kamu, kayak kolibri yang butuh nektar bunga," rayu si kolibri.
Si bunga hanya menggelengkan kepalanya karena mendengar rayuan maut suaminya. Dia mencubit kecil lengan Sehun. Tapi tiba-tiba, Gogo membisikkan sesuatu kepada Sehun. Rose tidak bisa mendengar sedikit pun perkataan Gogo yang langsung dibisikkan ke telinga kiri Sehun.
Tatapan fokusnya seketika buyar karena ada yang menyentuh tangan Rose tanpa izin. "Eh!" ucap Rose saat terkejut.
"Maaf, Nyonya. Ini chip-nya. Tolong segera dipakai," pinta seorang laboran wanita.
"Ah, iya. Terima kasih."
Sehun menoleh ke arah Rose. Dia melihat Rose yang agak kesulitan memakai chip. "Sayang. Sini aku bantuin." Kedua tangannya segera memakaikan sebuah benda, mirip seperti jam tangan, ke tangan kanan Rose. Barulah chip tadi dimasukkan ke benda itu, seperti CD mini.
"Tadi Kak Gogo bilang apa?" tanya Rose.
Lima menit sebelum mereka berangkat, Sehun menjelaskan hal yang menakutkan tentang mesin waktu. "Tadi kata Gogo... kalau kita sudah pakai jam tangan sama chip, ibaratnya pesan paket tour wisata, kita harus berangkat. Sayang banget kalau dibatalin, Yang."
"Oh gitu," balas Rose. Aku kira ada apa, huft.
"Terus mereka dapat komplain dari orang di masa lalu. Katanya tuh, 'barang yang sampai kok gak utuh ya?'. Makanya tadi Gogo minta aku buat pikir-pikir ulang, Yang."
***
![](https://img.wattpad.com/cover/303293929-288-k115858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO DI TAHUN 3000
Научная фантастикаSemesta Rasi Fanfiction Festival Tema : Time Traveller Sehun, si CEO dari perusahaan MT yang mendapat masalah dalam dunia pekerjaannya. Tanpa sengaja, dia bertemu dan diselamatkan oleh Rose dari kejaran musuh. Lalu Sehun luluh pada Rose bak kolibri...