MARTIAL SPIRIT

7 1 0
                                    

“Aku bersiap di garis terdepan,
Jika ada yang menyakitimu."

Pekikan itu menyebabkan huru-hara di sekitar asrama. Sehun mencoba memahami situasi kacau itu. Kerajaan Qing datang ke kerajaan Joseon ya?

"Bos! Eh, maksud ku Pengawal Oh. Kerajaan Qing datang menemui Paduka. Terus sekarang mereka lagi berunding." Pengawal Go masih terus berbicara meski Sehun hanya menjawab 'hm'. "Terus kemarin penyusup yang dimaksud tuh ya... bukan kita, tapi mata-mata kerajaan Qing."

Semua pengawal istana segera berkumpul di penataran istana, berhadapan langsung dengan pasukan kerajaan Qing. Sehun maupun Gogo tak melihat situasi perang atau demonstrasi seperti di masa depan.

Hingga mentari telah bergerak menuju barat, situasi di istana tetap tenang. Lalu semua pandangan mengarah ke dua sosok pemimpin kerajaan yang saling bersalaman.

"Raja Qing kemari ingin menjalin kerja sama. Tolong abaikan rumor yang beredar," titah Raja.

Entah mengapa, Sehun segera menarik Gogo dan berlalu dari barisan. Ada rasa keras hati di dada Sehun hingga dia tuli dari pertanyaan Gogo yang mengiringi kaki mereka melangkah.

Lalu langkah Sehun dan suara Gogo berhenti. Ternyata Sehun berniat ingin menemui Putri Jang Mi atau Rose. Dia meminta izin kepada dua penjaga di depan kamar Rose.

Tak disangka, dua dayang menghampiri Sehun dan Gogo. Raut wajahnya terlihat sedang ketakutan. "Tuan Putri! Putri Jang Mi tidak ada di kamar!" lapornya.

***

Kabar hilangnya Putri Jang Mi telah sampai di telinga sang Raja. Titah pun segera dikeluarkan. "Cari Putri Jang Mi ke seluruh penjuru istana!"

Lalu seorang pria membawakan gulungan kertas yang merupakan sebuah pesan untuk Raja Joseon. Dia menyerahkan pesan yang hampir ditolak oleh Raja karena terbakar amarah.

Saat membacanya, Raja Joseon semakin marah. Gulungan kertas itu malah dilempar dan mengenai tubuh Sehun. Alhasil Pengawal Oh membacanya. Saya menawan Putri Joseon yang secantik mawar. Sebagai ganti keselamatan Putri, saya ingin Joseon takluk kepada saya, Raja Qing.

***

Di malam dengan penerangan seadanya itu, membuat Sehun frustasi. Dia mengomel kalau masa depan lebih indah dari pada mengandalkan lilin, purnama, dan bintang.

Gogo paham dengan kekesalan Sehun. Tiba-tiba ada suara gong dan terompet. Mereka berdua langsung berlari sembunyi, karena mendengar tanda dimulainya perang.

"Apa sekarang kita terjebak disini? Terus perang? Terus nyawa kita melayang? Ya ampun!" cecar Sehun lagi.

"Kita bantu perang disini, terus pulang, oke?" bujuk Gogo. Ternyata dia cukup semangat untuk kembali bertarung melawan musuh.

Pedang di kantung kanan spontan diacungkan ke atas. Lalu mereka keluar dari persembunyian dan ikut menumpas para musuh. Gogo yang diselimuti semangat perang mengayunkan pedang sebagai bukti kalau dia sangatlah lihai bermain pedang.

Sedangkan Sehun beberapa kali bertanya dimana keberadaan putri. Jika musuh yang berada di cengkramannya itu tidak mengaku, Sehun tak segan menjadi malaikat maut.

"Bos! Aku baru ingat!" pekik Gogo.

Sehun hanya menoleh sejenak. Kemudian fokus kembali ke arah musuh-musuh yang mengajaknya bertarung.

"Pelacak!" Satu kata Gogo mampu membuat otak Sehun langsung menyusun rencana untuk membawa Rose kembali.

***

Di tempat yang cukup tersembunyi, Gogo memperlihatkan sebuah monitor hologram dari jam tangannya. "Kita bisa melihat lokasi satu sama lain." Jemarinya menggerakkan gambar peta supaya semakin jelas. "Dua titik ini... kita. Terus yang satu ini... gua waktu. Kalau yang ini, kayaknya lokasi putri."

Mereka melihat lokasi putri terletak cukup jauh dari istana. Gogo memberitahu apa yang dirinya ketahui. "Lokasinya ini... gak jauh dari rumah keluarga ku. Jadi gimana?"

***

Dengan baju hanbok, mereka berdua menyusuri beberapa perkampungan. Hanbok itu kepunyaan kakaknya Sehun. Alasannya karena dia akan menyelamatkan putri. Akhirnya, Ibu maupun kakaknya harus rela melepas Sehun pergi ke medan pertempuran setelah kehilangan selama 10 tahun.

Selama perjalanan, Sehun dan Gogo duduk manis di dalam kereta seperti seorang wanita anggun. Mereka tidak bisa tidur hingga fajar menyapa wajah lelah mereka.

Kereta pun berhenti. Mereka berdua segera mengecek jam tangan. Untunglah posisi Rose masih sama dan mereka berdua semakin dekat dengan titik itu.

Namun penyamaran itu masih berlanjut. Mereka harus menembus suatu rumah hiburan yang sangat ramai, seakan mereka tidak tahu kondisi di istana. Gogo sempat menolak, tapi Sehun memohon padanya.

Baru melewati pintu, ada seorang pria yang memuji rupa Sehun bahkan mencolek pinggangnya. Karena tak ada yang peduli, Sehun mendorong pria itu hingga pingsan. Gogo hanya bertepuk tangan tanpa suara.

Tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya yang meminta mereka untuk mengikutinya. Sehun mengangguk dan entah mengapa langsung percaya dengan ajakannya.

Di depan suatu kamar, wanita itu menjelaskan kalau tadi malam ada seorang wanita yang parasnya mirip Ratu dibawa ke tempat ini. "Dan saya tahu, kalian menyamar sebagai wanita."

Sehun menunduk malu. "Iya. Kami ingin menyelematkan putri, Bu."

"Ah, jadi dia Putri Joseon. Dia ada di kamar itu. Tapi... disana juga ada Raja Qing."

Ucapan lirih wanita paruh baya itu dibalas oleh dobrakan pintu karena amarah Sehun yang mengarah ke pikiran negatif. Dia tak mau hal buruk terjadi kepada Putri, atau istrinya.

"ROSE!" bentak Sehun. Dia sejenak menatap tajam ke arah Raja Qing yang bersantai di atas sofa. Ternyata Raja mengira kalau tempat ini aman dari orang-orang istana, karena itulah tak ada penjaga yang mengikutinya ke tempat ini.

Pukulan bertubi-tubi diberikan Sehun untuk sang paduka. Gogo menghentikan Sehun dan memintanya untuk segera pergi dari tempat ini.

***

Di rumah Gogo, Rose terus memeluk suaminya. "Aku gak mau ke sana lagi. Aku takut! Baju ini berat, Kak!" protesnya.

Sehun hanya mendengarkan omongan Rose sembari tangan kanannya terus bergerak mengelus punggung wanita kesayangannya itu. Kamu gak tahu, seberapa besar khawatir ku kalau kamu disakiti, Sayang.

"Bos. Apa kita langsung ke gua waktu saja? Jaraknya cukup dekat dari sini," ujar Gogo.

"No. Kita kembali ke istana, baru kita kembali ke tahun 3000."

Mendengar jawaban Sehun, Rose semakin meraung-raung. Dia ingin kembali ke masa depan, bukan ke istana. "Kak Gogo, ayo balik ke gua. Biarin Kak Sehun disini! Bye!"

"Eh eh! Tapi dia itu ayahmu, Rose. Kamu gak mau pamitan gitu?"

"Engga. Kemarin Raja yang menangkapku bilang... kalau dia mau menikahiku. Terus Kak Sehun mau aku nikah sama raja tua itu?" jelas Rose.

***

Di depan gua, Sehun memberikan dua gulungan kertas kepada pengemudi kereta. "Tolong berikan ini kepada ayah saya, dan paduka Raja Joseon. Terima kasih, Pak, karena sudah mengantar kami sampai sejauh ini."

Pengemudi kereta itu tersenyum dan menampakkan wajah mirip ayahnya Sehun di masa depan. Karena itulah, Sehun membungkuk hormat di hadapannya.

Akhirnya, Mereka bertiga kembali ke masa depan, tahun 3000.

Sayangnya, mereka lupa melepas rambut palsu yang panjang. Alhasil, Sehun dan Gogo memiliki rambut gondrong yang menancap kuat di kepala mereka.

*THE END*


*From Author :
Jadi masih mau pakai mesin waktu? Jinjja?!

Terima kasih karena sudah membaca hingga episode terakhir. Saranghae 💙💚

CEO DI TAHUN 3000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang