PERINGATAN!!!
Typo bertebaran!~~~~~
Sinb terlihat duduk sendirian di kantin. Dia sedari tadi terus memalingkan pandangan nya ke seluruh kantin. Terlihat mencari seseorang, namun tak kunjung menemukan orang yang dicarinya.
"Kenapa sih lo selalu nunggu dia?" Sinb dikejutkan dengan satu suara yang tiba-tiba muncul.
Sinb menatap orang yang baru saja duduk di depannya itu dengan tatapan tak suka. "Ngapain lo duduk disini?"
"Ya gue mau aja duduk disini," Krystal menunjukkan muka mengejeknya tepat di depan Sinb, "lagi pula gak ada larangan gue gak boleh duduk disini kan."
Sinb yang kesal dengan muka mengejek yang Krystal tunjukkan padanya, langsung mengalihkan pandangannya pada ponsel miliknya.
Krystal yang melihat tidak ada respon dari Sinb atas ucapannya, dengan cepat langsung berucap lagi, "Lo masih marah sama gue ya? Kalo iya, gue minta maaf deh." Krystal memasang wajah memelasnya, walaupun Sinb sama sekali tak melirik kearahnya.
Menyadari Sinb sama sekali tak meliriknya, Krystal dengan cepat langsung mengambil ponsel Sinb dari tangannya.
"Balikin hp gue!"
"Gue balikin tapi maafin gue dulu, ya?" Krystal kembali memasang wajah memelasnya.
"Gak! Gue gak mau."
"Ayolah Mbihh... Maafin gue please... Gue ngaku perbuatan gue tadi pagi emang salah."
Sinb menatap intens kakak keduanya itu, terlihat tidak ada sama sekali kebohongan di wajah Krystal memang.
"Lo beneran nyesel?" tanya Sinb dengan sedikit keraguan.
"Iya gue nyesel, makanya gue minta maaf sama lo."
"Lo gak bohong?"
"Buat apa gue bohong mbihh?"
Sinb terlihat berpikir, apakah dia harus memaafkan orang yang sudah merendahkan malaikat cantiknya? Tapi orang yang di depannya sekarang juga adalah kakaknya.
Sinb menarik nafasnya dalam-dalam, "Yaudah Sinb maafin."
Berubah, secara tiba-tiba nada bicara Sinb berubah menjadi sangat lembut bagaikan pantat bayi.
"Beneran? Sumpah?" Krystal kaget, nada bicara Sinb sungguh berubah, yang awalnya berat dan ngegas sekarang menjadi sangat lembut.
"Iya. Tapi eonni juga harus minta maaf pada Sica eonni, apa bisa?" Sinb menatap Krystal sangat dalam, berharap dirinya menjawab kata 'IYA'.
Krystal terdiam sesaat, "aku... tidak bisa melakukannya, tidak maksudku... aku belum siap melakukan itu."
Sinb membuang nafasnya kasar. Jujur saja Sinb sudah tau Krystal akan mengatakan seperti itu, pasalnya ini bukan pertama kalinya dia mengatakan hal itu.
"Maaf."
Hanya kata itu yang bisa terucap dari mulut Krystal.
"Tidak masalah, aku sudah tau eonni akan mengatakan itu."
.
.
.
Sudah hampir semua tempat di dalam kampus Sinb datangi hanya untuk mencari satu orang yaitu Jessica. Namun tak kunjung ada tanda-tanda Jessica di tempat-tempat tersebut.
Sinb panik, tentu saja. Dia juga bingung kemana kakak pertamanya itu pergi. Ini adalah kali pertama Jessica menghilang tanpa memberi kabar padanya.
Setelah terus-terusan mencari akhirnya Sinb memilih untuk berhenti sesaat. Berhenti bukan berarti dia lelah, tapi dia mencoba berpikir kemana lagi dia harus mencari kakaknya itu. Tapi semakin berpikir justru malah membuat Sinb semakin bingung apa yang harus di lakukannya dan kemana lagi dia harus mencari Jessica.
Harapan untuk tau dimana Jessica berada seketika muncul kembali saat Sinb melihat sosok teman dekat kakaknya di depan sana. Sinb dengan cepat langsung berlari untuk menghampiri orang tersebut.
"Yuri eonni!" Teriak Sinb memanggilnya.
Orang yang dipanggil langsung menyadari kehadiran Sinb yang berlari ke arahnya.
Sinb berhenti tepat di depannya. "Sinb, kenapa?" tanya Yuri.
"Eonni, liat kakak gue gak?" tanya Sinb.
"Kakak yang mana nih? Jessica atau Krystal?" Yuri bingung Sinb menanyakan kakaknya yang mana.
"Jessica eonni."
"Kalo Jessica terakhir gue liat tadi pagi di kelasnya."
Mendengar jawaban Yuri, Sinb hanya bisa membuang nafas kasar. Pasalnya dia sudah mencari Jessica ke kelasnya tapi tidak ada.
"Kenapa emangnya?" tanya Yuri lagi.
"Gini kak, gue udah nyari Sica eonni hampir ke seluruh tempat yang ada di kampus ini tapi gak ada juga. Dan sekarang gue khawatir!" jelas Sinb yang ngegas di akhir kalimatnya.
"Wihh, santai mbih. Coba di telepon kan bisa."
"Gak diangkat!"
"Ya jangan ngegas dong. Yaudah nih pake hp gue telepon yang lain, siapa tau mereka lagi sama Sica." ucap Yuri sambil ngasih ponselnya ke Sinb.
Sinb dengan cepat mengambil ponsel itu. Menelepon sekiranya siapa-siapa saja yang dekat dengan Jessica.
Kenapa dia gak telepon pake ponselnya sendiri? Karena dia gak pernah nyimpan nomor para bestie-bestie nya Jessica, walaupun mereka cukup dekat.
Kembali ke cerita!
Sinb sudah menelepon dua orang, tapi keduanya belum bertemu Jessica hari ini. Harapan Sinb tinggallah satu orang lagi. Dia menekan nomor itu dan menunggu orang itu mengangkat teleponnya.
"Hallo Yul, ada apa?" terdengar suara seseorang dari sebelah sana.
"Fany eonni, ini Sinb."
"Sinb? Pas banget, eonni mau kasih tahu sesuatu."
"Sesuatu apa?" tanya Sinb penasaran.
"Jessica tadi pingsan di toilet, dan dia dibawa ke rumah sakit mbih."
"...."
"Mbih? Kamu masih disitu?"
"...."
Sinb mematikan sambungan teleponnya. Dia dengan cepat mengembalikan ponsel Yuri dan langsung berlari meninggalkannya.
"Woi! Sinb!! Mau kemana lo?!" teriak Yuri saat Sinb meninggalkannya bagitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leukimia || JSY
FanfictionJessica Jung, seseorang yang dipaksa untuk hidup dengan semua rasa sakit dan luka dari orang-orang terdekatnya. Tak seorang pun mengharapkan hadirnya. Selalu mendapatkan perlakuan yang tidak adil, bahkan dirinya selalu dibanding-bandingkan dengan k...