0. Prolog

9 3 6
                                    

Langkah ku terhenti, tepat di depan gerbang rumah duka. Berpuluh-puluh rangkaian bunga tertata dengan rapih di sekeliling rumah ini. Banyaknya orang- orang berpakaian serba hitam di tempat ini.

Hitam. Tanda kematian .

'Turut berbela sungkawa atas kepergian Nyonya Annelissa Charlotte '

Satu orang keluargaku yang kupercaya telah pergi untuk selamanya. Bibi Anne telah wafat.
..

Namaku Rena, Relissa Meyhana. Yah ... memang nama yang cukup sulit untuk diingat sih , tapi memang sudah takdirku aku bernama Rena. Usiaku baru saja menginjak 14 tahun, baru saja naik kelas 2 sekolah menengah pertama .

Aku yatim piatu sejak lahir. Ayahku mengalami kecelakaan, dan ibuku menghembuskan nafas tiga menit setelah aku dilahirkan. Miris ? Tidak , hidupku selama ini bahagia-bahagia saja.

Orang-orang terdekatku hanya Bibi Anne dan Kak Himiko.

Bibi Anne,benar dari namanya saja sudah terlihat indah.

Annelissa Charlotte.

Seorang perempuan paruh baya yang tahun ini sudah genap berusia tiga puluh enam tahun. Berdarah campuran Amerika-Jepang.

Rambutnya masih saja hitam legam, kulit wajah nya masih saja berseri walau sudah mulai termakan usia. Walaupun dia Bibi ku, aku sudah menganggap nya sebagai Ibuku sendiri.

Dulu pandangan ku terhadap dunia amat sangat sempit. Opiniku terhadap dunia sangat buruk. Oh, sungguh. Aku benci telah dilahirkan kedunia ini.

Terlahir sebagai yatim piatu membuat masa kecil ku tidak bahagia, sering dikucilkan oleh teman-teman sebaya denganku, diejek dan di tindas. Persetan dengan semua itu.

Saat umurku tujuh tahun, tahun penerimaan murid sekolah dasar. Aku sendiri, dikucil kan , di ejek, dijauhi. Bahkan para guru pembimbing di sekolah dasar menatap ku dengan tatapan sinis.

Cukup. Aku muak .

Tapi semua mulai berubah. Saat itu aku baru saja pulang dari sekolah, lantas ada seorang perempuan dengan pakaian orang-orang khas kantoran bertubuh tinggi, rambut hitam legam sepundaknya seakan melambai-lambai tertiup angin.

Dia melambaikan tangan nya kearahku , dengan senyum secerah sinar matahari. Saat itu yang kulihat bagaikan seorang malaikat yang menyapaku.

'Aku sedang bermimpi kah ?' Kataku.

Untuk pertama kali nya ada orang yang mau menyapaku , selama hidupku ini kali pertama. Hari itu, mataku berbinar. Secercah harapan muncul .

Wanita itu ternyata tak lain merupakan kerabat jauh ku , tak lain dan tak bukan wanita itu adalah Bibi Anne. Waktu itu usianya baru dua puluh dua tahun. Mulai saat itu aku dirawat oleh Bibi Anne , dia mengajariku berbagai hal , berbagai pelajaran , berbagai makna hidup.

Anak perempuan tunggal Bibi Anne . Kak Himiko, bagaikan kakak kandung bagiku. Usianya 17 tahun. Perempuan. Jenius , baik hati , seorang gadis yang hebat. Rambut pirang dengan ujung rambut yang sedikit bergelombang , mengikuti gen keturunan almarhum Paman Charles.

Matanya biru nya sangat indah bagai permata seperti Bibi Anne. Boneka hidup.
Sangat cocok untuk menjelaskan betapa cantiknya paras Kak Himiko .

Bagiku mereka berdua merupakan orang terbaik, dan terhangat , dan terspecial di seluruh dunia .

Sejak dulu aku merupakan anak yang pemalu, dan susah untuk berteman dan sering menyendiri. Sebutan bahasa gaulnya sekarang mungkin disebut anak nolep ?

Bibi Anne dan Kak Himiko selalu membantuku untuk bersosialisasi dengan orang lain, termasuk dengan kerabat-kerabat yang lain.

Satu kata untuk mereka berdua. Hebat .

Bibi Anne dan Kak Himiko. Dua wanita yang berparas bak peri dan memiliki hati yang amat sangat hangat bak Ibu Peri di cerita dongeng fantasi anak-anak .

Mereka berdua merupakan orang terhebat sedunia.
...

Suara isakan tangis terdengar dari segala arah. Dari kejauha terlihat jelas mata Kak Himiko menjadi sangat sembab.
Pualam tempat tubuh Bibi Anne di semayamkan di kelilingi oleh beberapa sanak kerabat .

Karangan bunga dimana-mana. Aku mematung , hawa dingin menjalar keseluruh tubuhku, kakiku melemas.

Pikiran ku kosong, mukaku pucat pasi , jika keadaan nya lebih baik , aku mungkin akan mengomentari diriku sendiri sebagai 'Mayat hidup' disini.

Nafasku tercekat, akhirnya kedua kakiku tidak mampu membopong berat tubuh ini. Aku jatuh bersimpuh.

"Rena!"

Kak Himiko berlari kearahku dan langsung memelukkan sangat erat.
Wajah ku terbenam, kedua tanganku mencengkram erat kain kimono miliknya .
Tubuhku bergetar hebat . Seumur hidup aku belum pernah sesedih ini.

"Tidak apa-apa Rena, tak apa-apa. jangan khawatir Aku masih disini."

"Semua akan baik-baik saja. Percayalah."

Kalimat yang kupercaya saat itu juga, merupakan kalimat yang kubenci.

Semua tidak akan baik-baik saja. Semua sudah hancur.

Bersambung...

Senin 07 Maret 2022

#My hand pegel-pegel 😢😭
#KaraokeYoasobi

The Journey Of Relissa : Aunt Anne's BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang