Jathilan

177 23 7
                                    

Semenjak kejadian keceplosan beberapa hari lalu, Hansel rasanya ingin menghilang dari bumi saja. Ia ingat sekali bagaimana Arumi memasang wajah terkejut dan menatapnya aneh. Ia takut kalau Arumi jadi tidak nyaman dengannya. Bahkan, Hansel ingin sekali membenturkan kepalanya ke tembok agar dia bisa amnesia dan lupa segalanya. Kejadian itu terlalu memalukan untuk diingat.

Sangking malunya, jika pulang dari kampus Hansel sengaja mengambil jalan lain agar tidak melewati rumah Arumi. Bukan apa-apa ya, masalahnya Arumi kalau sore hari suka menyapu halaman dan pasti Hansel akan bertemu dengan gadis itu jika nekat melewati rumahnya. Selama ini, jika Hansel melewati rumah gadis itu ia akan mengangguk kepada gadis itu lalu Arumi akan dengan ramah membalas, "halo, Abian! Baru pulang kuliah, ya?" Dan Hansel hanya bisa mengangguk. Kalian ingat, kan? Hansel akan mendadak bisu jika berhadapan dengan Arumi.

Hansel rela memutar arah lewat belakang komplek perumahan hanya untuk menghindar dari Arumi. Ia betulan malu. Otaknya masih saja suka berpikir, kenapa ia bodoh sekali? Kenapa mulutnya suka bertindak sendiri tanpa persetujuan? Hansel goblok!

Bang Tara yang menjadi saksi kejadian itu untung saja bisa diajak kerja sama walaupun Hansel harus rela menraktir Bang Tara selama seminggu. Tidak apa-apa, yang penting rahasianya aman. Sejauh ini Bang Tara masih bisa ia bungkam. Jangan sampai abangnya itu membocorkan rahasia yang selama bertahun-tahun ia simpan sendiri. Bukannya Hansel tidak mau berbagi, masalahnya saudara-saudaranya itu tidak bisa dipercaya. Jika mereka tau habislah Hansel jadi bulan-bulanan untuk dibully. Padahal bagian dibully kan bagiannya Mas Gavin. Apalagi kalau Saga sudah tau, bisa semakin repot. Hansel harus menguatkan mental dan bersiap jika Saga mengejeknya. Ia harus terima dibilang payah, cupu, goblok, dan yang paling parah mungkin Saga akan berkata, "bisa suka sama cewek juga, Bang? Gue kira maho." Jangan sampai Saga tau.

Memang tidak setajam mulut Inu, tapi jika Saga sudah mengejek orang, ia tidak akan setengah-setengah melakukannya. Tanya saja pada Mas Vanes yang sering menjadi korban.

Hari ini, Hansel harus berterimakasih pada dosennya karena tidak bisa mengisi perkuliahan sehingga ia tidak perlu khawatir bisa bertemu dengan Arumi. Ia bisa berdiam di rumah seharian, membaca buku atau menulis lagu tanpa ada gangguan. Padahal Arumi juga punya kesibukan sendiri. Gadis itu berkuliah di kampus yang berbeda dengan Hansel. Bahkan, sering pulang malam karena praktikum. Hansel saja yang berlebihan karena keseringan tidak sengaja bertemu Arumi saat gadis itu di rumah.

Rumah nampak sepi, hanya ada Hansel dan Inu di kamar masing-masing serta Mbak Ratih yang sedang mencuci pakaian. Ayah bekerja, Saga dan Dante masih di kampus begitu juga Bang Tara. Sedangkan Mas Gavin ikut Mas Vanes ke toko. Ini hari terakhirnya libur jadi ia berniat untuk mencuri beberapa roti dari toko Mas Vanes untuk di bawa ke kost nanti malam. Lumayan, untuk pengganjal saat lapar dan bisa dibagi ke teman kerja besoknya.

Hansel masih setia berkutat dengan pulpen dan notebook yang biasa ia gunakan untuk menulis lirik lagu. Kata demi kata ia tulis. Entah ia tengah menulis lagu tentang apa. Beberapa kali yang ia lakukan hanya menulis-mencoret-menulis-mencoret. Beberapa kata sudah tertera dalam lembaran notebooknya dengan beberapa koreksi berupa coretan. Ada beberapa sobekan kertas yang berceceran di mejanya. Hansel mengusap wajahnya. Sepertinya ia sudah mulai pusing.

"Bosen banget anjir," umpatnya entah pada siapa. Yang jelas ia terlihat sangat suntuk.

Hansel kemudian keluar dari kamar dan memasuki kamar yang ada di depannya. Itu adalah kamar Inu. Kamar mereka berhadapan. Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Hansel ingin kamar Inu ada dekat dengan kamarnya.

Perlahan pemuda berhidung bangir itu masuk, tidak ada suara. Ternyata si pemilik kamar tidur lengkap dengan seragam yang masih dikenakan. Pasti Inu lelah.

BASKARAWhere stories live. Discover now