Chapter 2

1.8K 370 72
                                    

.

.

"Cepat masukkan uangnya ke dalam kantong ini!"

Sebuah suara pria yang berat dan serak tiba-tiba saja membuyarkan Taehoon dari lamunannya. Setelah kembali memakai topi dan maskernya, Taehoon membuka pintu gudang pelan-pelan dan melihat ada seorang pria tua yang menodongkan pistol dan sebuah kantong di depan Hobin.

Taehoon langsung merunduk dan mengendap-endap ke salah satu rak di belakang pria itu. Sebelum memutuskan untuk bertindak, Taehoon harus memahami situasi terlebih dahulu. Taehoon tidak yakin bahwa pistol yang lelaki tua itu pegang adalah pistol asli. 

Hobin terlihat panik namun berusaha untuk tenang. "Tuan, tenanglah..." katanya mencoba membujuk pria itu. 

Pria itu semakin kesal dan makin mendekati pistol ke arah Hobin. Hobin terkesiap. "Cepat atau kau mau aku ledakan isi otakmu?" ancamnya. Hobin samar-samar dapat mencium bau alkohol dari mulut pria tua ini. Ah, apa dia mabuk?

Bingung harus melakukan apa, Hobin hanya dapat mengangkat kedua tangannya. Kebetulan sekali managernya hari ini sedang tidak ada di tempat. Untuk merebut pistol itupun juga akan sulit karena dirinya terhalang oleh konter kasir. Satu gerakan gegabah dapat membuatnya terluka. 

Di tengah-tengah dirinya mencari celah pria tua itu, Hobin menyadari Taehoon yang mengendap-endap di belakang pria itu. Kedua mata mereka bertemu dan Taehoon membawa jari telunjuknya ke depan mulutnya. Hobin mengangguk perlahan seakan mengerti.

"Baik, tuan, aku akan segera memasukkan uangnya," Kata Hobin lalu membuka mesin kasir itu. Tangannya merogoh beberapa uang cash dan menghitungnya.

"Cepat!" Seru pria itu, semakin menggoyangkan pistol di tangannya.

Hobin meringis sedikit dan mengangguk. Ia tidak mempercepat gerakan tangannya. Hobin kembali melirik Taehoon yang sudah persis di belakangnya. Dalam hitungan detik, Taehoon langsung menyergap pria itu dari belakang. Pria itu terkejut dan berusaha melepaskan dirinya.

"Cepat ambil pistolnya!" Seru Taehoon sambil menahan pria itu. Hobin berlari keluar kounter kasir untuk mengambil pistol di tangan pria itu.

Namun pria itu mengamuk dan tidak sengaja menonjok Taehoon tepat di matanya. Matanya yang bergesekan dengan tangan pria itu itu terasa perih dan tanpa sengaja ia melepaskan pegangannya.

"Bangs*t!" Pria itu langsung menodongkan pistolnya ke arah Hobin. Taehoon membelalakkan matanya.

"Hobin!"

Dalam kecepatan kedipan mata, Taehoon melancarkan tendangan ke arah kepala pria itu sampai pria itu terjatuh di lantai. 

Taehoon segera menghampiri Hobin yang terlihat syok. Namun sepertinya hal yang membuat syok itu bukan fakta bahwa Ia baru saja ditodongkan pistol, namun melihat tendangan Taehoon yang begitu memukau barusan.

"Hoi, kau oke?" Panggil Taehoon, mengecek tubuh Hobin.

Hobin mengangguk. "Daripada aku, bagaimana dengan matamu?" tanyanya panik seraya menyentuh mata Taehoon yang terkena pukulan pria tua tadi. Taehoon menyingkirkan tangan Hobin sambil berdehem. "Ini bukan apa-apa."

Setelah memastikan Taehoon baik-baik saja, Hobin langsung menatapnya dengan kagum. "Yang barusan tadi itu keren sekali! Kau belajar Taekwondo?"

Taehoon mengerjap beberapa kali sebelum menjawab dengan sedikit keraguan di nadanya. "Yah... sabuk milikku berwarna hitam.." katanya pelan.

Hobin sekarang menatap Taehoon seakan dia adalah orang yang paling hebat di dunia. Matanya berbinar-binar terpukau. "Keren! Taekwondo itu kan bela diri yang sangat kuat!" serunya sambil mengepalkan tangannya dan meninju pelan lengan Taehoon.

Oh My Idol!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang