Sesal itu ada

5.3K 500 64
                                    

Hai... Eh... Buthor bawa judul apa, nih? Hehehe... jadi, kalau judul karya ini sama dengan salah satu lagu Glen Friedly, iya, benar, memang Buthor lagi denger lagu itu dan... kok bagus nih bikin karya tapi mengangkat sisi Pria.

Teman-teman pembaca yang perempuan, pasti suka kannn di kejar-kejar cowok hohoho, Buthor coba sajikan ya.

Jika ada kesamaan tokoh, alur dan sifat yang ada di karya ini, Buthor mohon maaf, memang... ini cukup Related (lagi 😌), romansa masyarakat urban lah, ya, coba Buthor angkat. Riset kecil-kecilan, alias nanya ama temen yang mau cerai ama istrinya tapi nggak jadi, terus, sama kepoin temen yang dia cerai karena baru sadar kalau cari pasangan itu emang harus bibit bebet bobotnya di bahas.

Oke lah, langsung ajah....

_____

"Kita rujuk, ya," ucap Wira dengan mata penuh harap. Dua tahun menduda, nyatanya keputusan itu adalah hal terbodoh yang pernah ia buat di dalam dirinya. Sekarang, Wira merasa semakin terpuruk setelah melepaskan mantan istri yang berkali-kali sudah ia sakiti tanpa henti saat masih menjadi pasangan hidupnya. Kedua sorot mata Malini, sang mantan istri, menunjukkan keengganan. Bahkan, ekspresi wajahnya pun datar.

"Wir, kita udah selesai. Kamu kan, yang ceraikan aku karena mereka? Bukan satu atau dua, lebih dari itu. Kalau dibilang kamu buaya darat, play boy, pecinta wanita, ya... aku bisa pastikan, memang kamu begitu." Malini mendesah, kedua bahunya merosot dengan punggung bersandar pada kursi kafe yang ia duduki. "Aku harus pulang, besok pagi aku udah harus ke gedung acara, doain semua berjalan baik-baik aja. Kamu harus jalanin apa yang sudah kamu putuskan. Dua tahun menikah sama kamu, aku bahagia sekaligus sakit hati, maafin aku, Wira, kita nggak bisa rujuk. Permisi." Malini beranjak, ia tak tersenyum saat pergi meninggalkan Wira yang hanya bisa merutuki dirinya sendiri. Malininya pergi, Wira mengacak rambutnya kasar, ia kacau, ia tak kuat menahan penyesalan ini lagi.

Kedua orang tuanya meminta ia berubah, dan bujuk mantan istrinya itu supaya mau kembali rujuk dengannya, sayang, mungkin karena terburu-buru, Malini justru kembali pergi. Tinggal lah ia duduk dengan dua kopi yang ia pesan masih mengepulkan asap panas, Malini juga dirinya belum menyentuh minuman itu. Ia terlalu sibuk menatap wajah cantik mantan istrinya yang ia rindukan.

Wira menunduk sendu, cukup lama karena ia berpikir harus dengan cara apa membujuk mantan istrinya itu. Cintanya datang terlambat untuk Malini di saat sang wanita justru mencintainya secara tulus walau pernikahan mereka terpaksa kala itu.

Jakarta, dua tahun sebelum perceraian.

"Saya terima nikah dan kawinnya Malini Ayusekar dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" tegas Wira Barata saat mengucapkan ijab qabul terhadap wanita cantik berkulit putih yang ia pacari baru setahun, lalu mengajak menikah.

Wira bukan laki-laki biasa, ia seorang yang tak bisa menetap pada satu wanita. Bukan untuk dibawa ke atas ranjang, Wira hanya player, ia tau batasan hingga tak sampai making love sama pacar-pacarnya. Malini tau? Jelas tau. Ia adalah orang yang 'sempat' membuat Wira kapok sementara untuk jadi player. Karena, Malini merupakan adik dari sahabat kakak kandung Wira--Aning.

Mereka tak saling kenal, hingga Wira diminta tolong menjemput Malini oleh ibundanya saat wanita itu terjebak di hujan lebat sehingga tak bisa pulang dari tempatnya magang. Malini yang pendiam, membuat Wira penasaran, parasnya pun ayu sama seperti namanya. Wira yang tertantang menaklukan hati Malini, akhirnya berhasil membuat wanita itu menikah, setelah Wira sendiri cerita kalau ia player, jujur saja, ia bisa blakblakkan membuka aibnya ya hanya kepada Malini, selain kakaknya sendiri muak melihat kelakuan adiknya itu.

Pada Satu Cinta (Pindah Ke KBM)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang