Sembab, pucat, lemah, perasaan hancur oleh butiran Harapan. Mata yang terbuka dan Menatap Ponsel yang terlihat tenang di samping bahu yang rapuh. Berharap dering ponsel itu memberi jawaban atas ketidaktenangan hati. Tergenggam sudah ponsel dan yang kudapati kekosongan.
" Hmmm I have to wake up .. " Gumamku
Ku Menarik tirai jendela terlihat langit biru yang bertemankan awan putih. Sejenak ku tatap pagar rumah dari sudut jendela dan lagi lagi dengan harapan.
Akhirnya mata ini lelah sendiri, ya seperti biasa anak perempuan itu di pagi hari tidak lain tugas beres-beres rumah.
Ku raih sapu yang berada di ruang samping rumah. Ku ayun kan sapu, mengusir debu-debu yang nyaman pada lantai. Seusai itu kulanjutkan kebiasaan yang lainnya. Mandi, makan, bersantai di kamar dan kembali lagi meggapai Ponsel. Lagi dan lagi tidak ada dering pesan, menyedihkan.
Mata mulai lelah, tertidur sudah aku hingga pukul 12.30.Setelah bangun tidur aku pun melanjutkan kebiasaan sehari-hari yaitu mengajar les private.
" Mam, kapan sih mam nikah ? " Tanya Chloe muridku
" Emangnya kalau mam nikah kita harus datang ya mam ? " Tanya Lian
Karena muak dengan pertanyaan itu, aku mengalihkan pembicaraan dengan pelajaran.
Waktu mengajar telah usai, karena hati belum seutuhnya tenang akhirnya aku memutuskan untuk duduk di pinggir pantai. Mengosongkan pikiran sembari menata keinginan kedepannya.
Tak lama suara adzan menggema ke seluruh penjuru Kota. Ku putar motor dan berhenti hingga ku langkahkan kaki menuju masjid.
Sedikit tenang dan pikiran sudah mulai tertata. Seusai sholat aku menyusuri jalan menuju rumah .
KAMU SEDANG MEMBACA
MENIKMATI PENANTIAN DALAM KERINDUAN
No FicciónHanya cerita sehari-hari, ungkapan hati di setiap hari, menikmati waktu yang ada..