Please open the mulmed first 🤍
* * *
"Jimin, ini aku Chaeyoung." Chaeyoung mengetuk kamar Jimin pelan, memanggilnya agar keluar. "Tolong buka sebentar."
Chaeyoung sudah memikirkan matang-matang tentang hal ini, tentang kesalahan fatal yang telah membuat Jimin membencinya, yang telah membuat seluruh keluarganya kecewa kepadanya.
Chaeyoung ingin mencoba memperbaiki semuanya lagi pelan-pelan dimulai dari meminta maaf kepada Jimin.
Chaeyoung sudah siap jika respon adiknya seperti biasa ; ketus dan langsung mengusir dirinya dari kamarnya. Jika begitu, Chaeyoung akan mencoba lagi besok.
"Masuk saja, tidak dikunci."
Chaeyoung melangkah masuk kekamar Jimin dengan perasaan canggung. Biar bagaimanapun dia dan Jimin tidak seakrab dulu lagi.
Chaeyoung melihat presensi Jimin yang sedang sibuk membaca proposalnya. Chaeyoung menghela nafas pelan, sampai kapan Jimin akan pura-pura sibuk jika Chaeyoung datang kekamarnya?
"Berhentilah mengerjakan hal yang sudah selesai kau kerjakan Jimin."
Benar saja, setelah Chaeyoung berucap, Jimin langsung menutup proposal tersebut sambil berjalan kearahnya.
"Kau ada urusan apa kekamarku?"
Chaeyoung memainkan buku-buku jarinya sambil menunduk.
"Aku ingin meminta maaf," ucapnya pelan. "Aku tahu kesalahanku membuatmu sangat marah, tapi aku benar-benar minta maaf."
"Kau masih saja bodoh. Sudah dua tahun aku diamkan kau masih saja bodoh," kata Jimin. Chaeyoung hanya menunduk, air matanya kembali datang.
"Kenapa kau minta maaf kepadaku?"
"Karena kau marah." Chaeyoung menjawab.
"Noona," panggil Jimin. Chaeyoung membatu. Apakah Jimin baru saja memanggilnya noona? Chaeyoung sangat merindukan panggilan itu dari labium adiknya.
"Aku marah padamu karena kau tidak menghubungi Tae-hyung, aku marah karena kau tidak meminta maaf kepadanya dengan benar." Jimin mendudukkan dirinya disamping Chaeyoung.
"Aku bukan orang yang butuh maafmu, jadi berhentilah meminta maaf kepadaku," ucap Jimin.
"Tapi kau ketus sekali padaku." Chaeyoung jujur.
"Maaf untuk itu, aku kesal kau tidak pernah peka dan sadar atas kesalahanmu."
"Aku sadar, Jimin. Aku hanya tidak tahu apa yang harus kulakukan agar semuanya kembali seperti semula. Aku merasa sangat bersalah."
"Aku ingin bertanya kepada noona, apakah noona masih mencintai Tae-hyung?"
"A-apa?"
"Ya atau tidak?"
"Bolehkah?"
"Kubilang, ya atau tidak?"
"I-iya."
Chaeyoung menunduk, menutupi dirinya yang memerah karena pengakuan tersebut. Butuh keberanian besar untuk Chaeyoung mengakui hal itu.
"Kau tahu kenapa Tae-hyung selalu menolak wanita-wanita yang kukenalkan padanya setelah pertunangan kalian berakhir?"
Chaeyoung menggelengkan kepalanya pelan. Ternyata Jimin sudah mengenalkan banyak wanita kepada Taehyung.
"Dia menunggu noona," ucap Jimin. "Dia menunggumu selama dua tahun, bodoh."
Chaeyoung mengerjapkan mata, mendongakkan kepalanya menatap Jimin.