00. Your Kiss

2.4K 217 38
                                    

IF TOMMOROW COMES
[jika besok datang]

Lee Haechan × Kim Giselleas main role

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Haechan × Kim Giselle
as main role
.
.
.

~ ❝HAPPY READING❞  ~

Giselle hanya bisa berteriak dalam hati. Ia tak mampu lagi mengeluarkan suara.

Tubuh Giselle berkali-kali muncul dan tenggelam di kolam renang. Kepalanya terasa berat dan pusing karena terlalu banyak menerima air. Hidungnya bahkan memerah, namun wajahnya kini pucat. Tubuhnya seolah kaku, tak mampu bergerak di dalam air. Tangannya masih bisa memukul-mukul permukaan air membuat suara supaya siapa saja yang lewat dapat mengetahuinya celaka.

Giselle putus asa. Ia tak dapat melihat apapun saat kepalanya terasa semakin pusing. Giselle ingin memukuli permukaan air lagi, namun tak bisa. Tangannya kini lemas, tak dapat bergerak lagi.

Perlahan, kepalanya tak terlihat di permukaan. Seluruh tubuhnya berada di dalam air. Giselle tak dapat bernapas kala itu. Matanya tak lagi melihat dengan baik, semuanya terlihat buram dan menggelap perlahan.

Namun, Giselle merasakan sesuatu yang bergerak menuju tubuhnya. Seseorang menolong Giselle, membawa gadis itu menepi dan meletakkan Giselle yang tak sadarkan diri di tepi kolam renang.

Setelah berusaha mengeluarkan air dari tubuh Giselle, orang itu panik saat Giselle tak kunjung membuka mata. Dua jarinya berada di depan hidung Giselle, ia masih merasakan embusan napas gadis pucat itu. Orang itu membuang napas, sedikit lega.

Melihat sekeliling, dia tak menemukan satu orang pun. Tak ada yang bisa dimintai bantuan selain dirinya sendiri. Kepala orang itu menunduk dan mendarat di depan wajah Giselle, memberi Giselle napas buatan.

Kedua mata Giselle langsung terbuka lebar, begitu menyadari adegan apa yang sedang ia alami, Giselle langsung mendorong orang itu. "Anjir! Lo ngapain nyium gue?! Berengsek! Mesum!"

Giselle menurunkan pandangannya pada baju cowok itu yang basah. Lalu, ia menatap dirinya sendiri. Giselle ingin berteriak saat menyadari dua kancing seragamnya terbuka.

"Sama-sama. Saya juga berterimakasih atas prasangka dan umpatannya. Lain kali, kalau tidak bisa berenang, jangan masuk ke kolam renang. Masih muda, kasihan kalau mati," sahut cowok itu, ia lalu berdiri dan meninggalkan Giselle sendirian di area kolam renang.

Giselle menepuk mulutnya setelah itu. "Asem! Mana gue tau kalau dia nolongin gue? Tapi, tadi namanya kiss, 'kan? Bibir dia ... arghhhh! First kiss gue diambil sama orang lain! Harusnya buat Jevon!"

Giselle menyadari sesuatu, ia menghentikan kegiatannya. "Wait, gue nggak jadi mati karena cowok itu barusan nolongin gue. Giselle, apa yang udah lo lakuin?"

Sambil memegangi kepala yang masih terasa pusing, Giselle menghentikan cowok itu yang hampir membuka pintu keluar. "Hei!"

Lalu, dia berbalik, menunggu Giselle berjalan pelan-pelan menuju ke arahnya.

"Tadi itu ... gue nggak tau apa-apa. Jadi, gue minta maaf. Dan makasih banget udah nyelamatin nyawa gue, jadi gue besok bisa nonton Jevon. Oh, ya, lo dari kelas apa? Eh, kenalin ...."

Giselle mengulurkan tangannya. Benar-benar terlihat jauh berbeda daripada ketika cewek itu mengumpat beberapa saat lalu. Wajah pucatnya sama sekali tak menutupi kecantikan Giselle. Gadis itu tersenyum menatap lelaki di depannya, lalu, mengenalkan nama, "Gue Hazellena Giselle, panggil aja Giselle."

"Saktama Sadewangga."

Cowok itu tak membalas tangan Giselle. Namun, yang pasti, tubuhnya perlahan mendekati Giselle, netranya seolah mengunci kedua manik mata Giselle. Gadis itu meneguk ludahnya susah payah ketika bola mata berwarna gelap dan benar-benar gelap itu terus mengurungnya.

"Bagaimana cara kamu meminta maaf dan berterimakasih?" Sadewa berbisik, wajahnya benar-benar dekat dengan Giselle.

"Cepat ganti baju atau kamu akan malu."

Terdapat kerutan pada dahi Giselle, gadis itu merapatkan handuk yang menutupi seragam atasnya. Ia seperti orang bingung ketika Sadewa terus menaruh tatapan di kedua matanya. Namun, Giselle mengerti apa yang dikatakan Sadewa. Dengan seragam basah ini, ia terlihat telanjang.

Giselle menatap punggung Sadewa yang menghilang di belokan koridor, meninggalkan sunyi yang cukup lama.

"Ganteng, sih, ganteng. Tapi ampun, deh, matanya serem. Sehitam-hitamnya bola mata manusia, warnanya tetep cokelat. Sedangkan dia? Dia bukan manusia?"

Giselle tertawa hambar, lalu mengambil baju gantinya dan menuju kamar mandi. Sekali lagi, Giselle tersenyum mengingat wajah Sadewa yang benar-benar dekat dengan wajahnya.

❝🌻❞

Halo, saya kembali, hehe.

Sebenarnya cukup berat harus menuliskan hal ini, tapi yang pertama saya ingin meminta maaf kepada teman-teman pembaca, terkhususnya pembaca Sun with(out) Moon sebab sudah satu tahun lebih cerita tersebut tak berlanjut. Saya juga meminta maaf atas keterlambatan update untuk semua cerita yang telah dipublikasikan. Bukan karena hal yang mudah, namun saya sangat buruk dalam time management, ada banyak hal yang saya lewati dan tak mampu saya jabarkan satu per satu. Ini membuat keadaan internal saya terpengaruh. Saya tidak tahu akan terjadi banyak kegiatan yang kini menjadi kesibukan saya. Bahkan, belasan cerita yang menumpuk di folder draft juga masih banyak yang belum saya sentuh kembali. Saya benar-benar tidak tahu bagaimana menyampaikannya agar dapat diterima dan dipahami dengan baik.

Kedua, seperti yang saya singgung di atas, Sun with(out) Moon telah lama menghilang kabarnya meski hari demi hari saya melihat peningkatan jumlah angka meski satu dua. Waktu menulis cerita itu, saya masih kelas 7 SMP, hanya sekedar menuangkan imajinasi tanpa membuktikan kebenarannya meski ini hanyalah fiksi. Jadi, sebenarnya di masa-masa terpuruknya saya, saya mengembangkan cerita tersebut ke dalam cerita yang bertajuk "If Tomorrow Comes" ini. Masih mengangkat topik dan figur yang sama, yakni Lee Haechan dengan Kim Giselle. Lebih jelasnya, cerita tersebut tidak akan dilanjutkan dan diganti dengan If Tomorrow Comes.

Saya hanya ingin memberitahu bahwa cerita ini saya tulis di masa-masa terpuruk saya. Akan ada banyak bagian cerita ini yang merupakan bentuk tersirat dari perasaan saya yang sebenarnya, selama ini. Kira-kira dua tahun telah berlalu, sekarang saya baru memberanikan diri mempublikasikannya. Sebenarnya saya berencana mempublikasi cerita ini pada 6 Juni hingga 30 Oktober pada tahun lalu. Namun, karena banyak hal yang tidak dapat saya jabarkan tadi, menyita perhatian dari hal ini.

Sebuah disclaimer mengenai konten gambar yang saya pakai di dalam cerita ini adalah bersumber dari: Instagram, Pinterest, Twitter, Canva, dan bantuan AI.

Selamat membaca If Tomorrow Comes, jangan lupa tambahkan ke perpustakaan dan reading list kalian karena jika ingin mengenal saya, kalian wajib membaca cerita ini 💐

Ada sebuah pertanyaan yang ingin saya ajukan; menurut kalian ... apa itu kebahagiaan?

If Tomorrow ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang