10

9 1 0
                                    

DEFRI 

Sudah 3 bulanan aku sering bertukar cerita dengan Laras. Aku tidak memikirkan hubungan yang bagaimana, tapi rasanya tidak perlu memikirkan hal itu karena aku dengannya sudah sering berkomunikasi. Aku rasa kita sudah cukup dekat untuk dikatakan sebagai teman, yah walaupun terus terang aku juga menaruh perhatian yang besar untuknya. 

Pernah saat itu dia minta tolong untuk dijemput karena ban sepeda motornya meletus. Mulai dari situ aku sering mengantar jemputnya. Walaupun tidak setiap hari, karena akupun terkadang disibukkan oleh sesuatu. 

Orang tua Laras sungguh baik kepadaku. Oh iya, karena orang tuaku tidak tahu apapun mengenai Laras, aku hanya berdalih mengunjungi rumah tante Helen. Aku berbohong tentu saja. 

Ada waktu dimana dia pernah melamun di cameo sambil pasang muka sedih. Aku menanyakannya mengapa dia bersedih. Dan ternyata tugas kuliah penyebabnya. Aku tidak tahu bagaimana kehidupan kuliah jurusan desain. Apakah seberat itu hingga sering membuat artblock mahasiswa. Laras bilang ia sudah 3 kali revisi layout majalah namun dosennya masih belum puas. Padahal teman- temannya sudah acc dan desainnya tidak begitu bagus pikirnya. Saat itu aku hanya bisa menyemangatinya saja. Aku membuatkannya iced americano agar ia kembali segar.  Aku juga diam diam menyimpan coklat batangan di kulkas es, kuberikan padanya. Satu yang membuatku sedikit kesal adalah dia ingin membayar apa yang aku berikan. Jika makan/ minum diluar atau saat kita jalan-jalan itu menurutku wajar kalau bergantian memakai uang siapa, tapi kalau ditempat yang aku sebagai pemiliknya dan ia pun tidak meminta, menurutku salah kalau ia kekeuh untuk membayar.  

Hal menarik lainnya waktu itu adalah tentang seekor kucing.  Jadi saat berada dijalan menuju rumah Laras, kami tak sengaja melihat kucing kecil yang sangat kurus dipinggir jalan. Laras begitu sedih dan tidak tega jika ia hanya mengabaikannya. Saat itu juga ia menggendongnya dan membawanya pulang.

Karena tahu orang tuanya tidak suka kucing, ia memutuskan untuk membiarkannya diluar dan ia masukkan kedalam kandang burung milik ayahnya yang sudah tidak terpakai. Sebelum itu, iapun memandikan si kucing tersebut dan memberikan wetfood kucing yang ia punya dirumah. 

Pesona mana lagi yang akan ia tunjukkan. Hal seperti ini saja membuatku dengan tidak sadar tersenyum. 

Lain cerita tentang laras, akupun juga dibuat pusing dengan papaku. Sudah beberapa minggu ini sering memberiku PR, dan parahnya lagi ia tidak membahas apapun selain pekerjaan itu. Komunikasi kami hanya sebatas tugas yang ia berikan. Akhir- akhir ini ia juga rutin sekali untuk membawa mama kerumah sakit. Memang sebelumnya hanya aku yang mengantar mama check up, namun kali ini beda, aku tidak tahu mengapa. 

Aku memang tahu sejak lama kalau mama sakit, namun tidak mengetahui dengan pasti apa penyakitnya, karena mereka menutupi semua akses untukku bertanya. Aku yang mengantarnya pun hanya menunggu diruangan yang sedikit lebih jauh dari mamaku, karena selalu ada dokter yang membawanya. Aku sedih tentu saja, bagaimana tidak, aku hanya tahu mama sakit tanpa bisa apa-apa.  Karena diluar kelihatannya sehat sekali sehingga membuatku sedikit lebih lega. Namun seperti yang aku katakan, akhir- akhir ini mama lebih sering ke rumah sakit.

Sudah 3 hari ini kepalaku sering sakit. Perutku juga terkadang merasakan perih yang luar biasa. Aku sadar ini juga kesalahanku karena abai tentang makanan dan banyak mengonsumsi kafein. Karena kemarin kamis Laras ingin ke toko buku maka aku iya-kan untuk nanti sore. Dan sebaiknya aku minum obat dan tidur sekarang daripada tubuhku semakin lemas.    

-16.10-

Aku sudah bersiap. Kaos hitam dan varsity coklat- krem menjadi pilihanku hari ini. Aku sengaja tidak mengisi perutku karena aku pikir nanti kami akan makan diluar. Karena sudah siap, akupun berangkat menggunakan Yamaha R6. 

Sepertinya memang aku tidak memiliki keberuntungan yang besar, aku kehujanan ditengah jalan. Tidak bisa menepi karena jalanan macet akan lampu merah. Aku berharap bisa ngebut agar bajuku tidak basah, tapi takdir tidak memihakku. Saat masuk perumahan, hujan semakin deras dan varsityku sudah jelas2 basah semua.

Saat sudah didepan rumah Laras, aku menekan bel dan tidak ada jawaban hingga 1 mobil berhenti didepan sepedaku. Orang tua Laras, sepertinya mereka barusan pulang kerja. 

" Loh Defri, ya ampun kamu basah semua .... sebentar" Ibu laras yang panik melihatku basah kuyub.

Setelah gerbang dibuka, Ayah laras menyuruhku memasukkan motor di garasi setelah mobilnya masuk. Ibu laras memberiku handuk dan menyuruhku masuk rumah, aku hanya berdiri karena takut membasahi sofa. Tidak lama setelah aku masuk, aku melihat laras panik dan tergesah gesah menghampiriku.

"Gue kira ga jadi kesini, maaf" laras menunjukkan wajah yang akan menangis.

"Tadi aku ngga sadar kalau mendung jadinya aku santai. Udah gapapa kok. Jadi jalan atau gimana? Diluar masih hujan deras" kataku sambil kedinginan.

Dia lari ke satu ruangan. Aku hanya memperhatikannya. Tidak lama ia pun membawa pakaian yang aku duga milik ayahnya.

Laras menyeretku hingga memasuki kamarnya. Ini pertama kali aku masuk ke daerah pribadi nya. Laras cukup tahu etika maka ia membiarkan pintu kamarnya terbuka.

"Mas ganti baju dulu, ini punya ayah. Buat itu... katanya masih baru. Disuruh ayah pakai. Aku tunggu diluar" ucapnya.

Aku mengangguk dan memasuki kamar mandinya. Dan aku menyadari sesuatu yang membuatku terkekeh kecil. Laras tadi menyerahkan baju dan celana panjang, namun ada 1 kotak ditengah tengah keduanya dan itu adalah boxer baru. Aku jadi paham kenapa ia berbicara dengan tidak melihatku. Mungkin ia malu.

Ngomong ngomong kamar mandi laras cukup rapi dan banyak botol2 yang 100% adalah skincare untuk badan. Didominasi dengan warna pink terkesan girly banget, padahal jika diperhatikan dari luar, laras bukan tipe perempuan yang sangat feminim.

Kenapa ia lucu sekali.... aku gemass...

Setelah selesai, aku keluar kamar dan mencarinya.

Laras berada di dapur dengan ibunya. Terlihat sedang memasak air.

"Laras, kamu ada kresek ngga?" Niatku agar bisa membawa pulang baju basahku

"Defri, bajunya biar bunda yang cuci aja ya. Maaf loh tadi laras ga cepet bukain pintu, kamunya sampai kehujanan" ibu laras yang menimpali ucapanku.

"Ngga papa tante, salah defri yang ngga bawa jas hujan tadi. Untuk baju, saya bawa pulang saja tante biar tidak merepotkan tante"

"Ngga ngga, kamu taruh di kamar laras saja nanti tante yang nyuci. Udah kamu disini duduk, tante lagi bikin teh anget. Atau kamu mau ke kamar laras juga ngga papa, tapi biarin di buka ya pintunya"

"Terima kasih tante, maaf ya te defri ngerepotin tante"

Akhirnya aku kembali masuk ke kamar laras.

Tentu saja diikuti laras yang dari tadi diam sambil membawa 2 mug berisi teh hangat.

Ia membawa 2 mug itu ke meja belajarnya dan menpersilahkanku untuk duduk dikursi tanpa ngomong satu kata pun.

Beberapa detik sempat hening dan laras melihat kearah mataku.

"Maaf ..."

Ia menangis.

















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CAMEO.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang