Akhir Cerita

195 43 6
                                    

V.

Suhyeok berjalan di jalan Myeongdong. Dia melihat iklan yang dibintangi Namra ditayangkan di billboard paling lebar di jalan itu. Suhyeok diam-diam kagum dan bangga. Sudah setahun lebih sejak selesainya drama mereka.

Ada foto Namra yang sedang bersandar di pagar pantai sambil memegang secangkir kopi. Iklan kopi rupanya. Foto itu membuatnya teringat salah satu scene di drama mereka. Mereka berdiri bersisian di pagar seperti yang ada di foto itu, tangan Suhyeok merangkul Namra. Seharusnya begitu saja scene mereka, tapi tanpa sadar Suhyeok mengecup pelipis Namra yang hanya berjarak sejengkal. Mereka sama-sama kaget, kemudian saling bertatapan. Muka Namra sudah memerah tak karuan. Suhyeok sudah akan mengucapkan sesuatu, ketika sutradara akhirnya memotong.

"CUT! Oke, bagus sekali, kalian terlihat alami."

"Tentu saja alami." batin Suhyeok. Mungkin itulah mengapa banyak orang yang menyukai drama mereka. Tanpa sadar Suhyeok memang membiarkan diri dan emosinya ikut larut dan mencampuri urusan aktingnya. Buruk bagi seorang aktor untuk mencampuradukkan perasaannya, tapi sekarang Suhyeok tidak begitu peduli. Dia sudah jatuh terlalu dalam.

Suhyeok hanya bisa memantau Namra dari jauh. Jika Namra ada projek baru, dia akan mengirimkan coffee truck ke tempat shooting Namra. Suhyeok sudah berlagak seperti pacar Namra, tapi bertatap muka saja mereka tidak pernah.

Suhyeok memegang kata-katanya pada Cheongsan di akhir shooting mereka. Dia tidak akan mendekati Namra di awal kariernya. Namun, ini sudah setahun berlalu, kalau dia mendekati Namra tidak akan ada yang salah kan? Bahkan setelah setahun pun ketertarikannya pada Namra tidak berubah.

Selama setahun ini mereka berhubungan melalui chat dan telepon cukup intens. Terkadang mereka saling berkirim bingkisan. Suhyeok meminta Namra tidak memanggilnya sunbae lagi karena sekarang mereka tidak ada hubungan pekerjaan. Itu alasan Suhyeok saja, dia merasa harus membuat Namra menanggalkan sebutan itu dan mengikis jarak yang ada.

Sebenarnya Suhyeok tidak benar-benar meninggalkan dunia akting dan entertainment. Dia memulai bisnis dengan mendirikan agensi aktor. Saat ini tentu saja baru dia sendiri aktor yang ada di agensinya. Dia sudah mulai membicarakan agensinya dengan orang-orang terdekatnya, siapa tau mereka tertarik untuk bergabung di agensinya.

Suhyeok melanjutkan perjalanannya. Rencananya yang hanya ingin berjalan-jalan sebentar di Myeongdong menjadi agak tertahan karena melihat billboard iklan Namra. Suhyeok kemudian memfoto billboard tersebut. Dia harus mengirimkannya pada Namra.

Suhyeok kemudian mengirimkan foto billboard yang dia ambil kepada Namra dengan pesan

Namra lihat apa yang aku temukan.

Tak lama handphone-nya berdering. Namra.

"Halo."

"Sunb... Suhyeok, kamu sedang di Myeongdong?"

"Wooow Namra, bahkan sekarang kamu tidak memberi salam kepadaku." Namra di seberang sana tertawa kemudian memberikan salam.

"Iya, aku sedang di Myeongdong, ada apa?"

"Aku juga sedang di Myeongdong, ada pemotretan. Mau makan malam bersama? Aku sudah selesai."

Ini pertemuan pertama mereka sejak terakhir kali mereka makan bersama waktu itu. Namra tidak tahu mendapatkan keberanian dari mana sehingga dia mengajak Suhyeok untuk makan malam bersama.

"Oke, kamu di mana? Biar aku jemput. Aku akan mengambil mobilku di agensi."

VI.

Mereka makan di sebuah restoran ramen. Suhyeok meneliti penampilan Namra. Namra masih menggunakan make up untuk photoshootnya, walaupun sekarang dia memakai sweater dan jogger pants. Namra terlihat cantik di mata Suhyeok.

"You look good." Suhyeok berkata sambil menatap Namra. Namra tersenyum, kemudian menyesap ocha.

"Sunba... kau juga, Suhyeok." Namra masih agak canggung untuk menanggalkan panggilan sunbae untuk Suhyeok. Mereka kemudian berbincang lebih banyak, saling menanyakan kabar dan kegiatan yang mereka lakukan sehari-hari.

"Aku membuka sebuah agensi."

"Iya, aku membaca berita tentang itu."

"Kau bisa bergabung jika agensiku menarik minatmu, Namra. Nanti bisa didiskusikan dengan tim manajemen dan legalku." kata Suhyeok memamerkan senyum bisnisnya. Namra tertawa mendengarnya.

"Apa kau selalu seperti ini? Menawari semua orang untuk masuk ke agensimu, Suhyeok-a?"

"Kau yang pertama." kata Suhyeok sambil mengedipkan matanya. Muka Namra langsung memerah. Entah kenapa pertemuan ini membuat Namra merasakan perasaan yang sama saat terakhir kali mereka bertemu.

Namra bersyukur pertemuan itu bukanlah hal terakhir mengenai hubungannya dengan Suhyeok. Suhyeok masih rajin mengiriminya pesan beberapa kali dalam seminggu, mengiriminya coffee truck di tempat shooting, kadang meneleponnya, dan hari ini mereka bertemu. Kalau dia mengaharapkan sesuatu, salahkah?

"Ramen ini enak, kan? Ini tempat ramen langgananku sejak dulu. Biasanya aku ke sini dengan Cheongsan dan Gwinam."

"Iya, ramennya enak. Kalian sering ke sini bersama? Dengan Onjo dan yang lain juga?"

"Enggak sih, yang kuajak ke sini khusus orang-orang terdekat saja." Suhyeok menjawab sambil menatap Namra. Entah sudah berapa kali wajah Namra memerah malam ini.

Setelah selesai makan, Suhyeok mengajak Namra ke tempat favoritnya. Di rooftop gedung agensinya. Tidak ada orang di sana, para staf sudah kembali ke rumah masing-masing karena malam sudah larut. Suhyeok sangat menyukai tempat ini. Dia bahkan menyediakan gazebo dan bangku-bangku untuk para staf nongkrong di situ. Benar-benar seperti suasana liburan. Dari rooftop itu, kita bisa melihat suasana Myeongdong.

Namra berkeliling, menatap Myeongdong dari atas, kemudian agak kaget. Namra bisa melihat billboard iklannya dari sini. Apakah Suhyeok ke rooftop untuk melihatnya? Namra tidak ingin berharap lebih, tapi apa yang dilakukan Suhyeok hari ini membuatnya berpikiran ke arah sana.

Suhyeok menyusul Namra kemudian berdiri di sisinya. Ia menghembuskan nafas puas. Keduanya saling terdiam menikmati suasana malam.

"Aku suka di sini karena bisa melihat billboard itu." kata Suhyeok sambil menunjuk billboard iklan Namra.

"Kau juga pasti sudah menyadarinya kan, Namra?" lanjutnya sambil tertawa.

"Aku mencoba untuk menjaga jarak selama setahun ini agar kamu bisa lebih memantapkan kariermu. Aku tidak pernah ragu sedikitpun sejak pertama kali melihatmu, aku yakin kau akan sukses di bidang ini."

"Kau pasti tau kan bagaimana perasaanku? Aku tidak akan bertindak sejauh ini jika tidak benar-benar suka padamu, Namra. Aku mencoba tidak menemuimu selama setahun ini dan hanya mendekatimu lewat media lain, karena jujur saja berjauhan denganmu rasanya sangat sulit. Sepertinya kita harus berpacaran, bagaimana menurutmu?"

Mendengar ucapan Suhyeok membuat Namra tercengang. Dia sudah merasakan perasaan Suhyeok sejak mereka shooting bersama, tetapi dia tidak mengira kalau apa yang ada di pikirannya adalah benar. Namra berbalik menghadap Suhyeok, kemudian menatapnya.

"I thought you'll never ask. Memang lebih baik kita pacaran saja biar kamu bisa selalu dekat denganku."

Suhyeok rasanya ingin berteriak, tapi gengsi juga di hadapan pacarnya. Akhirnya dia hanya menggigit bibirnya untuk menahannya berteriak. Tanpa aba-aba Suhyeok kemudian memeluk Namra. Dia kemudian menghela nafas lega.

"Aku sudah lama ingin melakukan ini. This feel good. We should do this often." Namra yang geli karena perkataan Suhyeok hanya bisa memukul dadanya pelan, kemudian balas memeluknya.

"Yes,we should do this often."

End

Akhirnya AU ini selesai, terima kasih kepada para readers karena sudah mau mendukung AU ini. Jangan lupa kasih feedback yaa, thank youuu. ♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Eyes Can Tell [NamHyeok AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang