Lukisan Senja Darimu

20 5 6
                                    

Happy Reading!!

◉◉◉◉◉◉◉◉◉◉

Kala itu, aku tengah duduk di bangku SMK kelas sebelas. Sadar sebentar lagi akan ada ujian kenaikan kelas, aku memutuskan untuk mengikuti les tambahan. Yang mengharuskanku pulang lebih sore dari biasanya.

Di hari pertama, saat aku pulang lewat jalan dipinggir danau. Semburat warna jingga di langit terpantul oleh permukaan air danau. Sebuah jembatan besar berada diatas danau seakan-akan membelah danau menjadi dua. Menghasilkan pemandangan yang cukup cantik untuk dilihat. Ditambah hembusan angin yang sesekali melintas dengan lembut membelai tubuhku.

Suara burung camar yang bising menarik perhatianku. Hingga aku melihatnya. Langkahku pun terhenti.

Jauh dibawah sana, seorang lelaki tengah berdiri menghadap ke danau. Rambut hitamnya sesekali bergerak tertiup angin atau karena pergerakannya sendiri. Di tangan kirinya terdapat beberapa lembar roti tawar, sedangkan tangan kanannya sibuk melempar satu persatu roti itu. Begitu menyentuh permukaan air, segerombol burung camar langsung berebut untuk mendapatkannya. Lelaki itu sesekali tersenyum saat melihat ada yang bertabrakan atau bahkan kebablasan masuk ke dalam air.

Aku ikut tersenyum kecil saat melihat senyumnya yang merekah dengan indah.

Seketika aku tersadar dan menepuk pipiku sendiri. "Jangan berpikir yang aneh-aneh!" Gumam ku.

Setelah melihat sekumpulan burung camar itu sekali lagi, aku pun melanjutkan langkahku untuk pulang. Sebelum hari berganti malam.

Di hari berikutnya, aku melihatnya lagi ditempat yang sama dan kegiatan yang sama pula. Namun ada satu yang membedakan. Beberapa meter dibelakangnya ada seorang gadis berambut panjang sedikit bergelombang. Dia duduk di atas rumput dengan pandangan tak lepas dari layar ponselnya. Jika diperhatikan lagi, gadis itu terlihat tengah mengabadikan kegiatan si lelaki. Sesekali mereka berbincang dan tertawa. Mungkin mereka memiliki hubungan.

Tanpa memikirkan apapun, aku langsung melanjutkan langkahku. Suara burung camar masih terdengar di telingaku hingga aku sampai di pinggir jalan raya.

Di hari-hari berikutnya masih seperti itu. Entah dia sendiri atau bersama gadis itu. Aku tidak melihatnya hanya di saat aku pulang lebih awal serta hari libur, juga beberapa kali dia memang tidak datang.

Semua itu bertahan hingga aku sudah berada di kelas dua belas semester dua. Tiba-tiba dia tidak datang lagi selama empat hari. Ku pikir karena dia sedang sibuk dan akan datang lagi beberapa hari ke depan. Namun, hingga waktu berjalan selama satu bulan dia tetap tidak datang.

Tapi aku tidak ambil pusing. Lagi pula yang aku harapkan hanya suara burung camar yang menemani langkahku setiap kali lewat sana. Ditambah dengan hembusan angin, sejenak bisa membuatku melupakan rasa lelahku setelah seharian belajar.

Seiring berjalannya waktu, aku semakin sibuk mempersiapkan ujian kelulusan hingga akhirnya aku melupakannya. Meski tidak benar-benar melupakannya. Aku masih mengingatnya hanya sudah tidak berharap dia akan datang dan bermain dengan burung-burung camar itu. Musik klasik yang ku dengar lewat earphone kujadikan penggantinya.

◉◉◉◉◉◉◉◉◉◉

Waktu berlalu dengan cepat. Tidak terasa waktu kelulusan telah terlewat tiga bulan yang lalu. Aku memutuskan untuk bekerja di sebuah toko. Gajinya kecil, tapi tak apa. Hanya untuk sementara, lagipula aku sedang mencari pekerjaan lain juga. Sebenarnya aku bisa juga melanjutkan kuliah, bahkan kakakku juga menyarankanku begitu, namun aku menolaknya. Aku sadar perekonomian keluargaku pas-pasan. Aku tidak ingin membebani mereka lebih lama lagi. Aku ingin mandiri.

Sore itu aku sedang dalam perjalanan pulang setelah seharian bekerja. Aku melewati jalan di pinggir danau yang dulu selalu kulewati saat pulang dan pergi ke sekolah. Dengan bersenandung kecil aku menendang-nendang kerikil disepanjang jalan. Hingga kerikil yang kutendang pelan itu berhenti setelah menabrak sebuah roda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang