Sosok yang Kurindu

3.6K 93 5
                                    

Aku merasakan gelombang cintamu, mengalun dalam setiap rasa lelahku, terbungkus dengan lilitan rasa mual dari dalam perutku, berbalut indah sekalipun aku berkali-kali mengeluarkan onggokan makanan dari dalam perutku, pesona gerakan nyawa yang membuat kepalaku entah berputar berapa kali, dan membuat mataku melihat setiap makanan terenak seperti empedu mematikan untuk kutelan...


"Mual lagi sayang atau pusing ?" suara posesifnya, semenjak aku dinyatakan hamil 4 minggu oleh dokter fatma. suami ku entah kenapa tetiba berubah menjadi suami yang super cerewet, apapun yang ku lakukan selalu dikomentari. gak boleh ini, gak boleh itu. jangan mengangkat yang berat-berat, jangan terlalu capek, istirahat yang cukup. dan serentetan kalimat larangan lainnya. padahal aku cuma menjemur pakaian yang baru ku keluarkan dari mesin penggiling baju-baju kotor, suami ku udah kalang kabut melihatnya dengan serentetan nasehat yang dari minggu kemaren sudah seperti kaset yang diputar berulang-ulang.


"Hilda baik-baik saja mas. bahkan pagi ini Hilda merasa sangat sehat. udah gak mual dan pusing lagi."


Seolah tidak percaya dengan apa yang ku bilang, mas Yusuf berdiri dari kursinya mendekat kearahku, ditakupnya pipiku oleh tangan kokohnya. "Beneran Hilda gak mual atau pusing lagi ?" aku tersenyum, melihat beliau jadi suami yang sangat cerewet cenderung posesif seperti ini terkadang membuatku ingin tertawa. mas Yusuf yang biasanya bertampang cool, sedikit bicara. sekarang seakan kecoolannya sudah ditanggalkan entah dimana, berganti menjadi suami yang siap siaga. dengan berbagai nasehat dan larangan-larangannya.


"Iiiiiih emak sama papi, pagi-pagi udah pamer kemesraan aja." suara Muti seakan meng-gap kami dari saling pandang memandang wajah kami masing-masing.


meskipun aku sudah menikah dengan papinya Muti selama 1 tahun, tapi klo masalah beginian, aku masih merasa malu bila tertangkap oleh Muti. bukannya apa-apa, tapi Muti pasti akan menggodaku habis-hibisan.


"Muti mau sarapan ?" tanyaku mencoba mengalihkan tatapan usil Muti yang siap meluncurkan amunisi godaan ke arahku.


"Tidak usah mak, ini Muti udah telat. liat papi sama emak mesraan udah bikin Muti kenyang sekaligus bahagia. Muti berangkat dulu pi, mak. Assalamualaikum...."


"Waalaikumsalam......." jawab kami berbarengan. mas Yusuf hanya geleng-geleng kepala liat tingkah anak perempuannya. udah dewasa tapi kelakuan masih suka godain orang tua.


Muti sekarang sudah jadi dokter. yah meskipun masih koas dan aku jadi ibu rumah tangga. senyum ku bahagian. mendapati impian yang selalu ku ingini menjadi sosok ibu rumah tangga full time. mendidik anak-anak dan berbakti pada suami sekarang telah terwujud.


"Kok senyum sih yang, hayooo lagi mikirin mas Yusuf ya." kagetku dari lamunan oleh suara mas Yusuf. ku arahkan pandangan pada beliau. mas Yusuf masih berkutat dengan kopi paginya.


"iiiiih mas Yusuf ge er deh. eeh..tapi ini udah jam 7 lo mas. mas Yusuf gak berangkat kerja ?" tanyaku, setelah melihat beliau masih memakai pakaian rumah. celana piyama dan kaos polos putih.


Dia tersenyum dan melangkahkan kakinya mendekat kearahku. "Khusus hari ini, mas libur. demi menemani istri tercinta menghabiskan hari-hari berdua hanya ada aku dan kamu." aku hanya melongo mendengar gombalannya. haah sejak kapan itu suami jadi pintar meluncurkan gombalannya ?

MenantimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang