Part 2: Aku Akan Mendapatkanmu!

73 36 175
                                    

Assalamu'alaikum



Jangan lupa follow ya guys🦄

Tinggalkan vote, and komen setiap paragraf biar saya semangat up-nya

Happy reading guys:)

***

Aksa memegangi pipinya yang berkedut karena tamparan Adira yang cukup keras membuat pipinya sedikit merah. Bukannya marah atau apa, ia malah tersenyum miring, aneh kan?

'Itu bukannya anak baru?'

'Berani beut dah tuh bocah,'

'Padahal dia belum tahu siapa Aksa sebenarnya,'

Begitulah kira-kira celotehan para siswa yang melihat kejadian itu. Sedangkan orang yang sedang dibicarakan sama sekali tak menggubrisnya.

Ia bersedekap dada, "Oh jadi ini yang namanya Aksa, yang sukanya main kasar sama perempuan, yang sukanya besar-besarin masalah?" ucapnya sambil tersenyum kecut.

Adira memang seperti itu. Sejatinya ia adalah anak yang pendiam. Tapi jika itu menyangkut harga diri, dia tidak akan tinggal diam. Memang siapa yang mau jika harga dirinya diinjak-injak di depan semua orang, diperlukan kasar dan tidak sopan, tentu saja semua orang pasti tidak menginginkan hal itu!

Adira lalu berjongkok di depan Tania, perlahan tangannya menghapus air mata yang masih membanjiri pipi mulus Tania. Lalu menuntunnya untuk berdiri dan menarik lembut pergelangan tangan Tania membawanya pergi dari kantin.

***

"Kamu gak apa-apa kan?" tanyanya pada Tania.

Mereka sekarang berada di taman belakang sekolah. Adira sengaja membawanya ke taman, agar Tania mendapat sedikit ketenangan.

"Gak apa-apa kok kak, makasih banget udah nolongin Tania," ucapnya lalu memeluk Adira.

Adira membalas pelukan Tania, "lya sama sama. Lain kali kalo ada yang kayak gitu lagi, kamu jangan diem aja ya. Kamu harus membela diri!" ucapnya sambil mengelus rambut Tania.

"Iya kak, tapi kan itu juga salah Tania, karena Tania gak hati-hati jalannya," ucapnya lalu melepas pelukannya.

"Iya, tapi kan gak sengaja, lagi pula kamu sudah minta maaf. Jadi, lain kali kamu harus berani, oke?" ucapnya.

"Oke kak. Btw nama kakak siapa ya, kayaknya Tania baru kali ini lihat kakak?" tanyanya.

"Oh iya, kenalin nama kakak Adira Arawinda Berdine, panggil aja kak Adira. Kakak baru pindah hari ini," ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

"Oh ... kalo aku Tania Felicia Arabel, panggil aja Tania," jawabnya sambil membalas uluran tangan Adira.

Mereka berdua terlihat asik mengobrol, seperti orang yang sudah kenal lama. Namun, siapa sangka dari kejauhan terlihat 3 orang pemuda yang terus memperhatikan mereka berdua. Ya, mereka adalah Aksa, Adhit, dan Dhefin.

Caka Radhitya Irfandi, atau yang biasa disapa Adhit, ia adalah sahabat Aksa sejak kecil. Adhit adalah tipe cowok yang agak pendiam. Dia tidak mempunyai pacar, karena apa? Gak laku wkwkwk, gak kok! Katanya sih mau fokus dulu sama dunia pendidikannya. Walaupun sifatnya yang agak mirip dengan Aksa, Adhit terbilang cowok yang cukup pintar.

Dhefin Adibrata, atau yang biasa dipanggil Dhefin, ia juga sahabat Aksa sejak kecil. Ia adalah tipe cowok tukang gombal. Entah itu adik kelas, atau teman seangkatannya, bahkan teman sejenisnya, waduh... gawat iki!

"Heh, Sa. Lo ngapain dah ngikutin mereka kesini?" tanya Adhit sambil menepuk bahu kiri Aksa. Sementara yang ditanya malah berdehem, membuat Adhit berdecak sebal.

"Heh, Sa. Itu kan anak baru yang kelas XII IPA 1, kan? Dia udah berani ngehina lo, dan nampar lo di depan semua orang loh, kok lo diem aja, sih? Gak biasanya lo gitu. Biasanya aja kalo ada yang berani sama lo, bakal lo kasih pelajaran tuh orang, lah kalo ini kenapa kagak? Jangan-jangan lo ...," Dhefin menghentikan ucapannya kala Aksa menatapnya tajam. Dhefin hanya cengengesan.

Aksa lalu beralih menatap Adira dan Tania. Lalu ia mulai berjalan mendekat ke arah mereka berdua.

Trinnggg...

"Eh Tan, udah bel tuh, masuk ke kelas gih!" perintahnya pada Tania.

"Iya kak, kakak juga masuk ke kelas yah. Ya udah, Tania duluan ya kak, makasih untuk yang tadi," ucapnya sambil tersenyum lalu bangkit dari duduknya dan mulai melangkah pergi.

Adira tersenyum lalu bangkit dari duduknya dan ikut melangkah pergi meninggalkan taman. Tapi, baru beberapa langkah, seseorang menarik tangannya dari belakang membuatnya menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya.

"Aksa," gumamnya.

Aksa lalu menarik lembut pergelangan tangan Adira untuk mendekat ke arahnya hingga kini jarak mereka hanya beberapa senti saja. Adira berusaha melepas tangannya dari Aksa tapi nihil, semakin Adira berusaha, semakin kuat pula cengkeraman Aksa.

"Lepasin!" ucapnya sambil meronta.

"Lepasin, Aksa! Udah bel masuk tuh, nanti kalo telat lagi gimana?" sambungnya.

"Gak peduli!" ketus Aksa sambil mendekatkan wajahnya tepat di telinga Adira.

Adira memejamkan matanya kala Aksa sengaja menghembuskan nafasnya tepat di telinganya, membuat tubuhnya menegang.

la membisikkan sesuatu, "Karena lo udah buat kesalahan 2 kali, dan lo belum minta maaf, jangan harap lo bakal bisa lepas dari gue!" ucapnya dengan menekankan setiap katanya. Ia lalu menegakkan badannya kembali.

"Ya udah gue minta maaf," ucapnya sambil memutar bola matanya malas.

"Gak semudah itu!" jawabnya sambil tersenyum miring.

Lah senyumnya kok miring mulu sih? Gak bisa apa senyumnya yang bener? Ck!

"Lepasin, Aksa! Sakit!" cicit Adira karena Aksa semakin mencengkeram kuat pergelangan tangan Adira.

Aksa tersenyum simpul lalu mengecup lama kening Adira. Adira? Tentu saja ia sangat kaget, siapa Aksa yang beraninya mencium keningnya tanpa persetujuannya.

Sama seperti waktu itu, Adira kembali menginjak kaki Aksa membuat Aksa melepas tangannya dan kecupannya lalu memegangi kakinya yang sakit. Adira lalu berlari meninggalkan Aksa.

"Sekarang hobi kamu nginjek kaki aku ya?" ucapnya saat Adira sudah tidak kelihatan batang hidungnya.

"Aku akan mendapatkanmu!" sambungnya sambil tersenyum miring.

Tbc🌼

Next gak nih?

Jangan lupa tinggalin jejak (vote), komen sebanyak-banyaknya walapun hanya titik-titik, and jangan lupa follow ya guyss:)

Aksara AdiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang