2

44 4 1
                                    

Azka menghela napas, kenapa bus-nya lama sekali? Apakah supirnya ketiduran? Atau jangan-jangan supirnya kesasar? Azka harap pak supir ingat kalau ia belum melewati halte sekolah Azka.

"Apa aku jalan aja ya?" Sedang menimbang-nimbang dengan timbangan digital yang ada diotaknya, Azka menoleh saat ada yang memanggilnya.

"Hai." Azka tersenyum kaku saat tau yang menyapanya adalah mba ayang.

"Kamu ngapain disini, Bel?" Tanya Azka yang sedang cosplay aziz gagap.

"Oh itu nunggu Riko pamitan sebentar sama temennya terus ngeluarin motornya." Azka hanya mengangguk-angguk sambil membentuk mulutnya seperti huruf 'O'.

"Bus hari ini telat, ya?" Tanya Bela yang lagi lagi hanya dijawab anggukan.

Azka ingin mengumpati bus yang tiba-tiba ada didepan mereka, ia hanya ingin disini sebentar lagi bersama Bela sebelum Bela-nya-Riko pergi bersama Riko.

"Nah itu, yaudah sana cepetan naik." Ujar Bela sambil mendorong punggung Azka, yang didorong sudah mau terbang.

Setelah ini Azka bertekad untuk tidak mandi. Padahal harusnya mah mandi aja, cukup bajunya yang jangan dicuci..

Azka menoleh ke belakang, "Terus kamu gimana?"

Bela menunjuk dirinya sendiri, "Aku kan bareng Riko, sebentar lagi juga dia keluar." Meski ragu, cowok dengan kacamata dan rambut yang super klimis itu menaiki bus dan menatap nanar ayang dari balik jendela.

Rumah Azka memang sedikit jauh dari sekolah —enggak si, emang jauh. Tapi demi satu sekolah sama ayang, Azka mah rela.

Azka dan Bela dulu satu SMP, dan Bela pindah rumah saat lulus. Pindahnya masih di kota yang sama hanya pindah namun cukup jauh dari rumah Azka. Dulu mereka satu komplek, hanya beda blok selama 3 tahun, walau pada akhirnya Azka tetap memandang Bela dari jauh.

Bus sudah mulai penuh namun masih ada satu halte yang harus dilewati, ini yang cukup menguras tenaga, berdesakan agar dapat tempat. Untung saja Azka dapat tempat duduk.Yah sebelum dia melihat cewek yang sedang mepertahankan diri agar tidak terhimpit diantara bapak-bapak dan cowok lainnya.

Azka berdiri lalu mendekat pada si cewek ini menariknya yag hampir tidak terlihat karena badannya sangat mungil seperti tidak pernah makan, mendudukkan cewek itu ditempat duduknya dan berakhir dia yang berdiri.

Kia yang diperlakukan seperti itu cengo, menatap cowo cungkring didepannya yang sudah mengorbankan kursinya.

Mereka turun halte yang sama, Azka sudah akan beranjak sebelum ia mendengar suara, tapi entah apa karena sangat pelan dan aneh.

"Anu.." Azka menoleh heran melihat Kia yang sedang berdiri kikuk.

"Kamu kenapa?" Azka tidak tau maksud Kia apa, karena anu adalah satu kata yang memiliki sejuta arti.

"Anu.. Makasih ya." Azka menaikkan kedua alisnya membuat matanya terlihat, soalnya matanya sipit. Lalu Azka mengangguk, "Sama sama, ak- saya duluan ya." Pamitnya dan Kia hanya mengangguk.

...

"Azka, habis ini giliran kita, jangan bengong."

Azka segera menoleh pada Bela yang tangannya masih melambai didepannya untuk menyadarkan lamunannya.

maap ya ges ak gk maksut apa-apa tapi kalo dibaca baca kok Azka bengong mulu ya 😭

Sebenernya Azka tidak melamun, ia hanya sedikit salah tingkah karena Bela ada disampingnya persis. Sebentar lagi giliran untuk presentasi biologi dan Azka sedang memikirkan adat apa yang akan digunakan untuk pernikahannya dengan Bela dibanding memikirkan apa yang akan dikatakan didepan nanti.

Hi, Azka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang