Hari ini adalah hari dimana upacara penerimaan siswa baru diadakan, mendapatkan gelar sebagai siswi SMA kebanyakan remaja seusiaku merasa sangat Excited. Beberapa teman perempuanku semasa SMP merubah gaya rambut dan warna rambut mereka, bahkan membeli pakaian dalam bercorak terang berenda untuk merayakan yang mereka sebut dengan "Gerbang Kedewasaan". Aku tidak mengerti, mengapa hatiku tidak juga merasa excited, bagiku SMP atau SMA akan sama saja, tidak berarti, membosankan, tidak menyenangkan.
Sejujurnya meski pun mereka sering menyebutku jenius, aku sangat membenci sekolah. Mencium bau khas sekolah pun mampu membuatku mual, reaksi-reaksi fisiologis aneh muncul ketika aku menginjakkan kakiku ke sekolah. Tidak ada yang mengerti, bahkan orangtuaku yang begitu terlihat menyayangiku pun tidak mengerti. Sudah ratusan kali aku meminta Homeschooling mereka tidak pernah mengabulkannya. Mereka berkata aku harus bersosialisasi, bersosialisasi? Bersosialisai dengan orang-orang bodoh sangat membosankan. Aku lebih menyukai duniaku, dunia dimana aku dapat menciptakan banyak hal yang menyenangkan.
Aku memperhatikan pantulan utuh diriku di cermin, merapihkan dasi kupu-kupu berwarna merah yang terlihat menjijikan. Berkali-kali aku mengambil napas panjang dan berlama-lama menghembuskannya, dunia yang membosankan dengan segera akan menyapaku. Hidupku, benar-benar akan jatuh pada rutinitas kembali.
"Kisa-chan, kau sudah siap?" beberapa ketukan di pintu mengiringi suara lembut ibuku.
Aku tidak menjawab, kembali memperhatikan diriku di cermin. Sosok di hadapanku, aku mengangkat tangan kanan dan mengarahkannya ke arah cermin. Ada yang ingin ku ketahui tentang diriku, ada yang ingin ku ketahui tapi aku tidak benar-benar tahu apa yang ku cari.
"Ki-chan," ibu kembali memanggil dan mengetuk pintu, setelah hembusan napas panjang, aku mengambil tas sekolahku dan berjalan untuk membuka pintu kamar
"Ki-chan, kenapa lama sekali? Sini ibu lihat apakah kau sudah berpakaian rapih?" Ibu membetulkan dasi kupu-kupu merah yang menjijikan, ku rasa sebenarnya dasi itu sudah rapih.
"Aku, tidak ingin pergi," kalimat pertama yang ku keluarkan pada pagi ini
"Ayolah Ki-chan, bersemangatlah, ini akan menyenangkan, kau sudah SMA sekarang. Akan banyak cowok-cowok tampan di sekolah," ibuku yang usianya hanya berbeda 18 tahun denganku ini tersenyum lebar, ia tampaknya telah mengatakan sesuatu yang salah.
"Aku tidak tertarik dengan hal seperti itu," aku membuang muka
"Ki-chan, kau tidak akan tahu jika belum mencobanya," ibu mengelus puncak kepalaku, ia tersenyun namun matanya sendu.
"Ayok, sarapan sudah siap, ayah pun sudah menunggu di bawah," Ibu mengambil tangan kananku dan dengan pelan menarik tubuhku untuk mengikuti langkahnya.
Di meja makan, ayahku yang juga hanya berbeda 18 tahun denganku melipat koran yang sedang ia baca. Senyum lebar segera ia berikan ketika aku melihatnya.
"Ki-chan, selamat sudah menjadi siswi SMA," ucap ayah ketika aku baru saja duduk di kursi meja makan. Aku mengangguk, sambil menyodorkan mangkuk nasi ke arah ibu
"Oh ya, ini untuk Ki-chan," Ayah menyodorkan sebuah kotak hijau berukuran 10x10cm ke arahku
"Terimakasih," ucapku sebelum menyuapkan nasi pertama ke dalam mulutku
Tidak banyak pembicaraan, karena dalam tradisi kami makan sambil berbicara tidak boleh dilakukan. Menu sarapan yang ibu buat hari ini adalah tumis brokoli dengan kerang dan paprika berwarna-warni, lalu ada ikan bakar dengan banyak paprika berwarna-warni juga di sausnya. Aku mengambil satu persatu paprika berwarna merah dari mangkukku, memisahkannya dari paprika lain. Ibu meskipun mengetahui aku membenci warna merah, tetap saja memasukkan paprika berwarna merah ke dalam setiap masakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time, One More Chance
RomanceJika aku dapat hidup satu kali lagi, Aku akan berada di sisimu selamanya... Karena tidak ada yang aku inginkan yang lebih berharga dari kamu... *Masayoshi Yamazaki-one more time one more chance*