Jika waktu dapat di putar kembali maka keinginan Felix adalah membuat waktu dan moment yang berharga lebih banyak daripada pertengkeran karna ego dirinya sendiri.
"Ayo pulang, ia tidak akan kembali", ucap lelaki disamping Felix.
Tatapan sendu dengan bagian mata membengkak sehabis menangis tiada henti seakan tidak ada hari esok untuk menangis.
"Saya akan menggantikan dia"
Felix berdiri lalu menampar lelaki yang lebih tinggi dengan mata berkaca-kaca.
"Saya jamin kehidupan mewah, serta privasi mu", disodorkan nya BlackCard sebagai jaminan hidup mewah, lelaki ini tahu kebutuhan Felix namun tidak hatinya.
"CUKUP", Felix menepis lengan itu dengan lemah sedangkan lelaki dengan setelan jas yang menemani Felix hanya diam membisu.
.
.
.
.Hyunjin menatap langit malam bertabur bintang, minggu pertamanya kabur dari rumah adalah hal yang terbaik.
"Ck kapan sadar si tua bangka"
Mengusak kepalanya kasar meluapkan emosi dan frustasinya. Hyunjin bukan anak bandel yang suka mempermalukan nama ayahnya, ia hanya putra yang pintar, rajin bahkan tidak sekalian ada kata malas keluar dari bibirnya namun kenapa ayahnya selalu berharap lebih dari yang ia bisa gapai?.
Hutan mulai gelap dan mencekam membuat Hyunjin pergi kembali kearah perkotaan. Sebelum sampai di flat Hyunjin menyempatkan membeli bahan makanan dan sebotol akohol hanya sebotol tidak lebih karna besok ia harus bekerja.
"Ha?"
Hyunjin menemukan tubuh seseorang tertidur di depan pintu flatnya hanya mengenakan gaun putih panjang sepertinya wanita. Tanpa ragu mendekati dan menyadarkan orang aneh di depan flatnya.
"Bangun hey, padahal masih napas kok"
Karena kasihan Hyunjin membiarkan wanita tersebut tidur dikasurnya dengan tenang, sejujurnya Hyunjin takut jika wanita tersebut tidak selamat dan malah dirinya yang menjadi tersangka tapi biarlah dia tidak tega melihat wanita pingsan di depan flatnya bagai tak bernyawa.
Jika dilihat lebih dekat wajahnya sangat imut, bulu mata panjang dan bertabur bintang di pipinya, bibir merah dan beberapa riasan yang masih tertempel di wajahnya dengan rambut blonde panjang yang kontras dengan kulit putihnya meyakinkan Hyunjin bahwa wanita ini lebih cantik jika tersenyum.
"Ish mikirin apasi dasar mesum", Hyunjin mengutuk dirinya sendiri karena telah meneliti tubuh orang lain tanpa izin.
Karena lapar Hyunjin memasak meninggalkan kamarnya untuk sementara tanpa tahu bahwa wanita itu terbangun karena harum masakan Hyunjin mengelilingi flatnya.
"Sudah bangun? ", sapa Hyunjin melihat wanita itu sudah bangun dan duduk diatas kasur dengan kedua tangan di pahanya.
"Ayo makan walau tidak seenak resto semoga cocok ya", Hyunjin tersenyum sambil menyodorkan sepiring nasi goreng.
Walau hanya di balas anggukan wanita itu duduk di meja berhadapan dengan Hyunjin sambil menyantap makanan disana. Setelah habis Hyunjin memberikan segelas minum dan membiarkan keheningan menelan pertanyaan di hatinya.
Wanita itu menatap Hyunjin dan memberikan sign dengan tangan meminta buku dan pulpen awalnya Hyunjin bingung namun akhirnya ia mengerti dan memberikan yang wanita itu minta. Dengan serius menulis sesuatu dan menunjukannya kepada Hyunjin.
Terimakasih telah menolong saya
"Tak masalah, tapi gw hampir jantungan", Ucap Hyunjin sambil tertawa bagaimana tidak jantungan jika melihat manusia tertidur didepan pintu rumah seperti itu.
Dan maaf soal itu
Menunduk meminta maaf dan kembali menulis.
Jika ada yang ingin kamu tanyakan, saya bersedia menjawab.
"Maaf sebelumnya bertanya tentang ini, tapi apakah kamu bisu?"
Wanita itu dengan cepat menggeleng cepat membuat Hyunjin menjadi canggung dan bingung, lagipula jika tidak bisu kenapa tidak berbicara.
"Oh ya kita belum kenalan, gw Hyunjin", sambil menyodorkan tangannya sebagai tanda berkenalan dan di balas genggaman sopan dari wanita itu.
Panggil saya FELIX
Hyunjin berpikir apakah nama Felix digunakan oleh wanita juga setau dirinya nama Felix kebanyakan untuk pria saja, namun biarlah lagipula siapa aja bisa bernama sesuai keinginan orang tuanya kan.
"Baiklah Felix, lokasi rumah mu dimana?"
Tidak tahu, saya tidak ingat
"Amnesia?"
Felix menunduk sambil menggigit bibirnya.
"Kalau begitu tinggalah sementara disini, aku juga tidak ada dirumah selain untuk tidur saja", ujar Hyunjin sambil menopang dagu melihat Felix yang menatapnya penuh harap.
Serius saya boleh tinggal disini?
"ya tentu, tidak masalah kok"
Terimakasih sekali lagi terimakasih
Dengan cepat Felix berdiri dan membungkuk tanda terimakasih yang mendalam lalu kembali duduk seperti semula.
"Jangan sungkan dan pakai saja semua yang ada sini, baju juga gak masalah mungkin ada beberapa yang pas si", Hyunjin berdiri mendekati lemari pakaian memilah beberapa baju yang mungkin pas dipakai Felix.
" Nih sekalian mandi sana biar gak gerah pakai gaun mulu, handuk pakai saja punyaku"
Dengan sigap Felix mengambil bajunya dan berjalan ke kamar mandi, sambil menunggu Felix selesai dengan mandinya Hyunjin menyeduh kopi dan membuka leptop menyelesaikan projectnya.
Pintu kamar mandi terbuka menampilkan tubuh kecil berbalut kaos kebesaran dan celana jogger milik Hyunjin, tidak lupa dengan wajahnya tanpa riasan bahkan lebih cantik natural. Tanpa ragu Felix duduk disamping Hyunjin bahkan wangi sabun dan shampoo yang di pakai Hyunjin tampaknya lebih wangi dei biasanya jika dipakai Felix. Disodorkannya buku yang baru Felix coret.
Harus saya taruh mana gaunnya?
"Masukan mesin cuci saja, nanti gw yang nyuci"
Kamu bisa mencuci?
"Ya, Ada masalah?"
Dengan cepat menggeleng dan menulis kembali dengan cepat.
Biarkan saya belajar mencuci semua pakaian!
"Ah mau bantuin gw?"
Felix mengangguk senang seperti anak ayam yang lucu, Hyunjin jadi tidak tega menolak.
"Yaudah besok saja, sekarang taruh gaunnya dan langsung tidur"
Hyunjin dapat lihat Felix sangat penurut pada perkataanya, jika memang sepenurut itu Hyunjin mau Felix menempati flat yang ia beli dengan uang hasil keringatnya selama-lamanya bahkan saat Hyunjin meninggal pun ia ingin flatnya tetap terisi dan rapih.
.
.
.
.Felix terbangun perhalan membuka matanya karena merasa gerah dan tidak bisa bergerak. Terkejut bukan main saat Felix sadar bahwa Hyunjin tidur dengan memeluknya erat bahkan wajahnya sangat dekat dan hembusan napas mengenai pipi Felix.
"Ngh"
Jantung Felix berdetak cepat entah apa yang salah dengan dirinya saat ini.
"Morning Lixie", Hyunjin menyapa dengan nada rendah sedikit serak khas bangun tidurnya.
"Maaf meluk, gw gasadar", dengan cepat Hyunjin melepas pelukanya dan pergi ke kamar mandi meninggalkan Felix yang memerah dan jantungnya berdegup cepat sepertinya Felix harus kedokter setelah ini.