"Mengapa kamu bisa telat, Reina?" Seorang wanita di hadapan Reina mulai angkat bicara kali ini. Sering dijuluki ibu BK karna memang jabatannya di sekolah menjadi penanggung jawab serta pengurus siswa.
"Pada saat di perjalanan, ban motor Reina tiba-tiba pecah, buk. Reina benar- benar minta maaf dan Reina harap, ibu dapat memaklumi hal tersebut, buk."
"Ibu sangat paham, nak. Hanya saja gelarmu di sekolah ini adalah ketua osis. Bahaya jika nama kamu tercoreng jelek nantinya."
Reina mengangguk membenarkan apa yang dimaksud oleh guru pembimbingnya. Yang gurunya bilang sama sekali tidak salah, itu memang benar adanya.
"Ya sudah, kamu boleh masuk ke kelas kalau begitu."
"Eh, tidak buk, Reina hormat bendera saja. Karena kan memang sudah jelas ini kesalahan Reina. Reina juga harus melakukan apa yang seharusnya Reina kerjakan. Kalau begitu, Reina permisi ya, buk. Terima kasih, buk."
Reina benar-benar melakukan apa yang ia katakan. Dirinya menjalani hukuman dengan menghormat kepada bendera di pagi yang cukup terik ini. Dengan muka yang sedikit kisut karena memendam kesal."Lagian, ban motor bisa-bisanya pecah. Bilang-bilang dulu gitu, kek. Kan ada persiapan. Huft, ketinggalan pelajaran," gerutu Reina pelan.
"Loh? Ketua osis dihukum, aduh.. tidak ada kata layak ini."
Reina memutar bola matanya kesal. Berusaha mengabaikan lelaki di sebelahnya, yang memang selalu mengganggunya. Kalau tidak salah namanya Chandra.
"Ceritain keluh kesahmu ketika dihukum seperti ini, dong?" Tanya Chandra sembari tertawa kecil, berniat meledek Reina.
"Diam. Gak usah selalu menyimpulkan hal yang belum kau tau."
"Ya santai dikit, dong. Gitu aja ngegas. Lagi datang tamu, ya? Hahahaha."
Reina hanya memutar bola matanya. Meladeni orang seperti Chandra ini memang tak kan ada habisnya. Menyadari Chandra yang juga masih belum pergi Reina berdecak kesal. "Mau apa lagi kau? Kenapa masih belum pergi sedari tadi? Kau masih mau mengolok-olokku?" Ucap Reina memandang sinis ke arah Chandra.
"Gak usah selalu menyimpulkan hal yang belum kau tau," balas Chandra dengan kekehan kecil.
"Tidak usah mengikuti gaya bicaraku. Cari saja gaya bicaramu sendiri. Mengapa harus kau ikuti aku?"
Chandra terkekeh kecil mendengar gerutuan Reina, "Memangnya ada ya larangan tidak boleh mengikuti gaya bicaramu? Atau memang ada undang-undangnya?"
Lagi-lagi Reina dibuatnya semakin naik darah. Dengan kesal Reina memukul lengan Chandra sekuat tenaga, berharap Chandra langsung pergi tanpa sepatah kata. Namun apalah daya, bukan Chandra namanya jika harus menurut dengan begitu saja.
"Kau ini ada apa, sih. Kenapa pukul-pukul segala. Tidak baik seperti itu, Rei."
"Manggil namaku yang lengkap dong! Reina! Gitu. Bukan Rai Rei Rai Rei, jika kau memanggilnya begitu malah seperti nama cowok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reina Annatasya [ON GOING]
Fiksi Remaja"Awas kepincut kamu." "Tidak akan." "Okei, kita lihat saja ke depannya, ya." Reina Annatasya, ketua OSIS berjenis kelamin perempuan. Memiliki sikap gengsi yang sangat tinggi. Tidak mau yakin dengan perasaan yang ia punya untuk seseorang. Selain itu...