PROLOG

1.2K 108 17
                                    


=======================

Leukimia, kejutan akhir tahun untuk Janeiro. Saat itu bunga api saling bersahutan di langit malam, tawa suka cita terdengar dari tetangga yang merayakan di halaman rumah dengan keluarga besarnya, sementara itu tiga saudara Gemantra tengah bungkam, hening di ruang keluarga.

Zidni duduk di sofa singel, sedangkan Juna duduk di sofa panjang dengan paha yang di jadikan bantal oleh adik kembarnya.

"Kalo ngga ke keluarga Mami atau Papi, kita gabung sama keluarga Yoda aja yuk? Di depan rame banget, seru kayanya,"

Mendengar itu si sulung Zidni menggeleng angkuh,

"Lo udah janji, habis jam 00:00 teng mau tidur. Udah ayok ke kamar, istirahat"

"Bentarlah, orang mah tahun baruan masa kita tidur, lagian kayak kita ngga biasa tidur subuh aja"

"Sekarang udah beda. Tadi aja Lo habis mimisan banyak banget, sekarang kita harus ubah kebiasaan Lo. Inget vonis dokter tadi pagi---"

"Bang!" tegur Juna yang sedaritadi diam berlagak sibuk dengan ponselnya walaupun hanya geser-geser beranda.

Suasana mendadak jadi tak enak setelah teguran Juna di susul helaan nafas si sulung.
Hening untuk beberapa saat membuat Jane merasa tak enak hati, Zidni yang mudah marah-marah karena menghawatirkan nya membuat ia merasa menjadi beban untuk saudaranya saat ini,

'belum juga satu hari, udah ngerepotin banget ni penyakit'

"Maaf bang,"

Zidni bangkit tak menghiraukan Jane yang sudah duduk dengan tatapan mata melasnya

"Besok kita ajak ketemu Mami Papi buat ngomongin pengobatan Lo."

Jane menghembuskan nafas, menetralisir rasa sesak yang tiba-tiba saja hadir

"Gue udah kabarin mereka berdua, Papi bilang gini, 'cepet sembuh, masih stadium dua kan? Ngga papa, nanti Papi transfer buat pengobatan nya', gitu katanya... Mami juga sama persis ngomongnya gitu, lucu banget yah bisa kompakan gitu? Sayang banget udah nggak jodoh. Mereka sekarang udah bahagia banget sama keluarganya masing masing, oh! Juna, Lo liat ga sg Mami tadi sore?"

Juna mengangguk, menanggapi dengan sendu, Zidni yang berada dibalik meja pantry mengepalkan tangannya dengan rahang mengeras.

"Keluarga Mami liburan di Bali" kata Juna

"Papi juga, Lo liat ga? Keluarga Papi ke Malay gila, iri banget jadi pengen ikut ketemu Ipin"

Juna tersenyum,
"Nanti Lo juga bisa kesana, nyobain abcd uncle muthu, ngga usah ikut sama keluarga Papi, kita aja bertiga"

"Mereka sama keluarga masa kita tigaan mulu kek roda bajai"

Zidni yang memperhatikan obrolan si kembar akhirnya buka suara,
"Udah hampir 2 tahun harusnya Lo udah paham sama keadaan yang ngga mungkin bisa balik."
Ucapan dingin Zidni mampu membuat Jane mengalihkan pandangan padanya yang masih setia berdiri disana dengan gelas berisi air yang tampak Zidni genggam kuat.

"Lo hari ini marah-marah mulu, ke ustadz sana minta di rukiyah!" sentak Juna

Zidni menghela nafas, benar, emosinya benar-benar tidak bisa dikontrol hari ini, namun bagaimanapun juga ia masihlah remaja labil yang hilang arah ketika menghadapi masalah seperti ini.

"Maafin Abang," katanya

"Ngga papa bang, nanti selepas Papi pulang dari liburannya gue mau tinggal sama keluarga Papi, boleh?"

Belum juga api padam, Jane kembali menyiram bensin. Sial sekali batin Juna.

Juna kontan meringis melirik Zidni yang lagi lagi menghela nafasnya kasar, matanya menyalang merasa tak suka dengan apa yang diminta adik bungsunya itu.
Agaknya mulai sekarang Juna harus belajar menjadi si tengah yang baik agar bisa memadamkan api Zidni yang slalu berkobar-kobar dan meluluhkan puting beliung Jane yang slalu berkoar-koar tak tentu arah.

"Terserah!"
Setelah satu kata itu Zidni pergi dengan langkah besar menuju kamarnya.

"Ngambek dah tu," ucap Juna, "lain kali jangan ngomong gitu lagi. Gue juga ga suka"

=======================

i. Hana Dul Set👏[YoonJaehyuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang