10. Are You Sure?

625 35 5
                                    

Malam hari, di balkon kamar. Seorang pria tengah duduk di balkon kamarnya, seraya menatap balkon kamar yang ada di hadapannya.

Siapa lagi kalau bukan Mark Lee, Lee Markeu. Pria yang tidak pernah absen untuk duduk di balkon kamarnya. Hanya untuk memandangi balkon kamar milik seorang wanita; Lee Haechan.

Sudah hampir seminggu belakangan ini Mark melihat ke arah balkon kamar itu. Berharap sang empuh keluar dari kamarnya, dan duduk di balkon kamarnya.

Namun sepertinya itu semua hanya harapan Mark. Karena pada dasarnya Haechan tidak pernah melakukan hal itu lagi.

Haechan yang dulunya sering duduk kursi yang ada di balkon kamarnya, seraya meneriaki nama Mark; supaya Mark keluar dari kamarnya.

Tapi lihat sekarang? Haechan sangat jarang, dan hampir tidak pernah keluar dari balkon kamarnya. Semenjak kejadian itu. Kejadian Mark melabrak Haechan untuk yang pertama kalinya.

Dan kalaupun Haechan keluar dari kamarnya ke balkon kamarnya? Itu ketika Mark tidak ada di balkon kamar Mark. Dan krtika Mark keluar dari kamarnya menuju balkon? Haechan pun buru-buru masuk ke dalam kamarnya.

Sepertinya Haechan benar-benar tidak mau bertemu dengan Mark. Benar-benar menghindari dan menjauhi Mark, sesuai apa yang Mark inginkan.

Dan sepertinya Mark menyesal atas ucapan yang ia keluarkan waktu itu.

Tapi ya mau gimana lagi? Kejadian itu sudah terjadi. Mau mengulang pun tidak bisa. Permintaan maaf Mark pun sepertinya tidak di tanggapi Haechan. Ya walaupun Haechan sudah memaafkan Mark. Tapi sikap dan tingkah Haechan ke Mark, tidak seperti biasanya.

"Ugh. Sebenarnya ke mana Lee Haechan ini? Kenapa kamarnya mati, dan rumahnya gelap sekali. Tidak ada kendaraan di teras rumahnya? Apakah seluruh keluarga Lee sedang pergi?" Gumam Mark yang sangat penasaran dengan keberadaan Haechan saat ini.

Soalnya dari pulang sekolah, Mark belum melihat keberadaan Haechan lagi. Terlebih Mark pulang telat tadi. Tadi, ada pelajaran tambahan untuk kelas 12. Membuat Mark dan Hendery harus pulang telat.

Dan sepertinya Hendery sedang tidak ada di rumahnya. Mark mengansumsi bahwa saat ini Hendery sedang berada di rumah Xiaojun, kekasih Hendery.

"Apa tanya Hendery saja ya?" Gumam Mark, menatap layar ponselnya yang menampilkan kontak name Haechan, walaupun ucapannya Hendery.

"Ck! Telepon Hendery saja! Percuma kalau telepon Haechan. Dia pasti tidak mengangkat panggilan-ku." Seru Mark, yang langsung mengeluarkan kontak name Haechan, dan mencari dial name Hendery di kontaknya.

Namun, belum sampai Mark memencet tombol panggilan? Mark melihat mobil milik keluarga Haechan yang baru saja datang.

Mark langsung saja membatalkan niatnya. Lalu memfokuskan pandangannya menatap mobil keluarga Haechan.

"Formal sekali. Sepertinya habis dari acara penting." Seru Mark, begitu melihat pakaian yang di pakai Haechan dan keluarganya.

Haechan yang mengenakan dress selutut yang berwarna hitam. Di ikuti Eommanya yang memakai dress panjang berwarna hitam. Serta Appanya yang memakai jas berwarna hitam.

"Apakah mereka habis melayat orang meninggal, atau habis menghadiri acara penting? Kenapa semua pakai warna hitam?" Sambung Mark, yang bingung.

"Tapi--"

"Mark Lee. Sini nak." Panggil Taeyong, yang membuat ucapan Mark terhenti.

"Yes Mam. I'm coming!" Balas Mark, yang langsung menyudahi acara berpikirnya, dan pergi mrnghampiri Eomma-nya.

---

"Besok pagi, Lucas akan mulai menjemput dirimu. Kau akan berangkat dan pulang bersama Lucas." Ujar Ten.

"Haechan gak bisa buat nolak kan Eomma?" Tanya Haechan, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Ten.

"Tentu saja tidak bisa. Hanya ini satu-satunya cara yang membuat hidup-mu di dunia lebih berguna. Menuruti perkataan Eomma." Ujar Ten.

Haechan tersenyum begitu mendengar ucapan yang di lontarkan Eommanya. "Baiklah kalau begitu. Haechan pamit ke kamar. Haechan ingin mengistirahatkan tubuh Haechan." Pamit Haechan, yang langsung pergi dari hadapan Ten.

"Jangan cuma istirahat! Belajar Chan! Istirahat tidak membuat-mu pintar." Peringat Ten.

*cklek* suara pintu kamar yang tertutup, begitu Haechan masuk ke dalam kamarnya.

Haechan langsung merebahkan tubuhnya, di atas kasur berukuran queen size yang ada di kamarnya.

"Padahal aku sekolah dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Belum lagi kalo ada jam pelajaran tambahan dari jam 5 sore sampai jam 10 malam. Dan Eomma bilang kalau aku perlu belajar lagi? Emangnya aku di sekolah tidak belajar? Memangnya aku robot yang tidak merasakan lelah, tidak boleh istirahat dan selalu terus belajar? Emang udah gila Eomma." Gumam Haechan, begitu mendengar perkataan orang tuanya.

***

Pagi hari yang sangat malas untuk membuka mata. Haechan pun dengan terpaksa membuka matanya, karena suara gedoran di pintu kamarnya. Serta teriakan panggilan Hendery yang sangat menganggu tidurnya.

"Iya iya! Gue udah bangun!" Teriak Haechan. Seraya mengusap kedua matanya.

"Buka pintunya. Gue mau ngomong sama lo!" Titah Hendery.

"Sabar!" Balas Haechan. Haechan langsung turun dari ranjangnya, dan segera berjalan ke arah pintu kamarnya.

"Ada apa?" Tanya Haechan, dengan suara khas bangun tidur.

"Lo gila?!" Ujar Hendery yang sukses membuat Haechan heran dan terkejut secara sekaligus.

"Lebih baik cepetan bilang apa yang sedang ingin kau ucapkan. Jangan membuat pagi hariku jadi badmoon." Peringat Haechan.

"Kenapa hadiri perjodohan tadi malam? Kenapa diam saja dan tidak menolak?" Tanya Hendery.

Haechan memutarkan kedua bola matanya. Begitu mendengar ucapan Hendery. "Ya karena ingin." Ujar Haechan.

"Lo gak bisa diam aja Haechan. Sekali-sekali lo harus menolak keinginan Eomma dan Appa." Ujar Hendery.

Haechan terdiam menatap Hendery. 'Lo bisa bilang kayak gitu, dan menolak apa yang tidak lo inginkan? Karena lo menghasilkan sesuatu Der. Untuk anak bodoh kayak gue, dan sering nyusahin orang tua? Gue hanya bisa nurut semua ucapan mereka.' Batin Haechan.

"Jangan ikutan kayak gini ya? Lo gak bisa paksain hati lo. Gue yang bakalan bilang sama Eomma dan Appa. Kalo lo gak mau--"

"Gue mau. Gue suka sama Lucas." Potong Haechan. Ia tidak mau memperpanjang masalah ini.

Ia tidak mau membuat kedua orang tuanya tambah membenci Haechan, karena tidak mau nurut apa yang mereka inginkan.

"Lucas?" Tanya Hendery.

"Iya Lucas, temen sekolah dan kelas lo. Dia yang akan di jodohin sama gue. Tadi malem gue ketemu Lucas dan keluarganya, untuk membahas perjodohan." Ujar Haechan.

"Lo suka sama Lucas?" Tanya Hendery, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Haechan.

"Iya! Gue suka sama Lucas! Emang kenapa sih? Masalah buat lo?" Sinis Haechan.

Hendery tertawa mendengarnya. "Chan. Sekuat tenaga lo mengelak? Gue tau kalau lo gak suka sama Lucas! Lo cuma suka sama Mark! Mark Lee." Ujar Hendery yang masih menyadarkan Haechan.

"Jangan pernah membohongi hati lo, hanya untuk membuat Eomma dan Appa senang. Lo--"

"Gue emang belum suka sama Lucas! Tapi gue akan berusaha. Gue akan memulai membuka hati gue untuk pria lain. Seperti apa yang lo bilang." Ujar Haechan.

"Lo yakin?" Tanya Hendery. Menatap manik mata Haechan penuh selidik.

Haechan mengedihkan bahunya acuh. "Gue belum mencobanya Der. Jadi gue belum bisa yakinin diri gue." Ujar Haechan.

"Ya sudah kalau emang itu mau lo. Tapi kalau misalkan lo tetap gak mau walaupun udah coba? Jangan sungkan untuk bilang sama gue. Gue yang akan bantu lo buat bilang sama Eomma dan Appa."

REGRET NOT REGISTATION - MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang