Nayeon masuk ke dalam apartemen setelah keluar sebentar untuk membeli sesuatu di minimarket. Matanya melirik ke atas sofa dan ia tidak menemukan sosok Jeongyeon di sana. Padahal, televisi masih hidup. Ke mana orang itu? Seakan tidak ingin memikirkannya lebih lanjut, Nayeon melenggang begitu saja melewati ruang tengah dan segera menuju kamarnya.
Namun, dahi Nayeon mengerut melihat pintu kamarnya yang terbuka. Seingatnya, ia tidak pernah lupa untuk menutup pintu jika mau keluar. Nayeon mundur sejenak. Ia beralih menuju pintu kamar Jeongyeon, lalu mengetuknya perlahan. la masih harus berhati-hati untuk tidak menimbulkan suara yang mencolok. Siapa yang tahu jika yang ada di dalam kamarnya adalah seorang pencuri?
"Jeongyeon? Jeongyeon?"
Nayeon memanggil pria itu dengan suara berbisik, tetapi sekiranya masih bisa didengar olehnya. Tangannya pun juga sudah bergerak guna mengetuk pintu.
"Jeongyeon?!"
Tiba-tiba, suara benda jatuh terdengar dari dalam kamar Nayeon. Fix, di dalam kamarnya benar-benar ada maling. Nayeon langsung mengubah gerakan tangannya yang mulanya hanya mengetuk, kini menggedor pintu kamar Jeongyeon.
"Jeongyeon! Ada maling, Jeong! Jeongyeon! Keluar dong!"
BRAK!
Tiba-tiba, suara pintu kamar yang terbuka mengagetkan Nayeon. Matanya melotot dan siap untuk kabur. Namun, baru saja ia ingin
berlari, Jeongyeon keluar dari dalam kamarnya, bukan dari pintu yang sedari tadi Nayeon gedor."Jeongyeon, kamu kok...,"
"Mana malingnya? Mana?! Nay, kamu gak apa-apa?!"
Jeongyeon keluar dari kamar Nayeon dengan raut panik dan cemas. Tidak menyadari Nayeon sudah melotot horor ke arahnya.
"Nay, mana malingnya?!"
"Kamu ngapain dari kamar aku?!" Nayeon berteriak marah.
"Nanti dulu, Nay nanyanya. Sekarang itu malingnya mana?!"
"Kamu malingnya!" sembur Nayeon geregetan.
Jeongyeon langsung terdiam saat Nayeon menyebutnya maling. Sontak Jeongyeon langsung terkesiap, ia ketahuan!
"Kamu ngapain dari kamar aku?!"
Nayeon langsung berjalan menuju kamarnya. Matanya langsung melotot saat melihat koper berisi pakaiannya yang sudah ia siapkan untuk ke Jeju kini sudah terbuka.
"Kamu beneran maling?"
Nayeon langsung berbalik badan dan memelototi Jeongyeon yang sudah berada di belakangnya. Sebenarnya, ia juga tidak percaya dengan tuduhannya pada Jeongyeon barusan. Kenapa juga Jeongyeon maling isi kopernya kalau nyatanya isi dompet Jeongyeon bisa berkali-kali lipat dari isi tabungannya di bank. Namun, fakta yang tersaji di depan matanya tidak boleh diabaikan begitu saja.
"Kamu ngambil apa dari koper aku?!"
"Aku gak ngambil apa-apa."
"Terus kamu ngapain obrak-abrik kopernya?!"
Jika tidak mencuri, lalu apa motivasi Jeongyeon masuk ke dalam kamarnya? Atau jangan-jangan...,
"Kamu.., astaga! Aku tahu kamu mesum, tapi jangan-jangan kamu tipe orang mesum yang begitu, ya?
"Begitu gimana maksudnya?"
"Ya begitu."
"Apa sih, Nay!"
"Suka curi daleman cewek!"
Jeongyeon sontak menganga mendengar tuduhan Nayeon.
"Sembarangan! Mana mungkin aku nyuri daleman cewek! Yang ada, cewek-cewek dengan sukarela lepas daleman di depan aku dan langsung ngasih gitu aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴍʏ ʙᴏꜱ ɪɴ ᴍʏ ʙᴇᴅ
Любовные романыBagi seorang wanita yang menggilai pria tampan dengan segudang uang, terbaring di atas ranjang bersama pria itu tentu hal yang sangat diidam-idamkan. Namun, hal itu tidak berlaku untuk seorang Im Nayeon. Terlibat cinta satu malam dengan pria yang ak...