1

307 35 93
                                    

"Selamat pagi, semua!"

Kelas sebelas IPS 1 itu penuh dengan suara Winter yang baru saja datang ke sekolah. Meski gadis itu berkata selamat pagi, namun ia sampai di sekolah pukul enam lebih lima puluh menit, sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi.

Winter berjalan dengan santai ke tempat duduknya. Setelah ia menaruh pantat dan ransel di kursi, ia melihat ke arah Karina yang berada di sebelahnya. Senyum cerah yang menghiasi wajahnya seketika berganti dengan ekspresi kebingungan.

"Lo lagi ngapain, Rin?" tanya Winter dengan muka polosnya.

Karina tidak menengok ke arah Winter. Ia tetap melihat ke arah dua buku tulis seraya menulis dengan bolpoinnya. "Ngerjain tugas sejarah," jawabnya singkat.

Winter mengerutkan dahi. Tugas sejarah? Bukankah pelajaran sejarah minggu lalu hanya menonton film G30S/PKI? Ia masih ingat betul bahwa Pak Siwon tidak memberikan tugas.

"Emang sejarah ada tugas? Kemarin, kan, cuma nonton film," ucap Winter.

"Iya, tapi pas mau istirahat Pak Siwon ngasih tugas," jelas Karina.

"Kok gue gak tahu?" tanya Winter.

"Lo tidur pas itu."

Perkataan Karina memang benar. Winter ketiduran ketika menonton film. Ia merasa mengantuk karena film PKI itu sangat membosankan. Ditambah lagi kualitas gambar dan suara yang tidak sebagus film jaman sekarang. Suara film itu seperti menjadi lagu pengantar tidur baginya. Suasana siang dengan banyaknya angin menjadi latar yang cocok untuk tidur.

"Terus kenapa lo gak ngasih tahu gue kalo ada tugas?"

"Gue kira lo udah ngerjain. Lo, kan, paling rajin kalo ada tugas."

Winter segera membuka ranselnya dan mengeluarkan buku beserta alat tulis. Kemudian ia menggeser buku yang dijadikan Karina sebagai contekan ke tengah meja sehingga ia bisa turut menyontek tugas. Waktunya sudah tidak banyak lagi, ia harus menulis dengan cepat.

"Ini buku siapa?" tanya Winter kepada Karina.

"Renjun," jawab Karina singkat.

Sudah tiga soal yang Winter kerjakan. Masih ada dua soal lagi yang belum ia kerjakan. Memang hanya lima soal pendek, tetapi jawaban dari soal itu begitu panjang. Ia sampai lelah menulis. Bel terdengar nyaring. Ia menjadi panik dan mempercepat laju menulisnya, tidak peduli dengan tulisannya yang semakin mirip dengan ceker ayam.

"Santai, Bestie." Karina yang telah selesai bisa bernapas lega.

"Ah! Gimana nih? Sejarah, kan, jam ketiga! Bantuin dong, Rin," rengek Winter yang sudah menyerah.

Terlihat Renjun yang datang ke meja mereka untuk meminta bukunya kembali. Karina segera memberikan buku bersampul plastik itu kepada pemiliknya. Setelah itu Renjun kembali ke tempat duduknya yang berada di pojok depan sebelah jendela.

"Kok lo balikin sih? Gue belum selesai," ujar Winter memasang ekspresi sedih kepada Karina.

"Nih." Karina memberikan bukunya agar Winter bisa mengerjakan.

Wajah Winter yang semula murung seketika menjadi senyum senang. "Makasih, Karina cantik."

"Cepet kerjain sebelum Bu Seulgi dateng. Biasanya, kan, Bu Seulgi datengnya agak telat, lo masih ada waktu buat nulis," jelas Karina sambil menatap layar ponsel.

Winter dengan cepat melanjutkan menulis. Meski tangannya masih terasa pegal, ia harus tetap menyelesaikannya agar ia tidak mendapatkan nilai yang jelek karena tidak menyelesaikan tugas.

Giselle yang duduk di meja sebelah Karina menepuk pundak Karina yang tengah melihat sosial media. "Rin, lo udah tahu berita kemarin soal Mark yang berantem sama Jaemin? Sampe babak belur mereka."

VOYAGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang