ONE

347 25 0
                                    

March 1995. Melbourne, Australia.

___

Ketukan pintu yang kedua kali terdengar. Soojung menaruh buku yang sedang dia baca lalu melepas kaca mata yang terpaut di kedua daun telinganya, melihat ke arah pintu sambil menerka siapa yang datang ke rumahnya malam malam seperti ini

Soojung beranjak dari sofa yang dia duduki, meraih tongkat golf di samping lemari sambil perlahan berjalan ke arah pintu utama. Bukan suaminya yang mengetuk, dia sedang lembur di rumah sakit karena ada operasi mendadak

Sambil mengeratkan pegangan tangannya pada tongkat golf, wanita itu meraih gagang pintu, segera membukanya dan mengayunkan tongkat golf itu ke depan. Namun dia tahan, karena yang datang malam ini adalah seseorang yang mengisi hampir setengah pikirannya

"Soojung-ah"

Suara pria itu terdengar lemah di tengah tengah suara derasnya hujan malam ini

Soojung menurunkan tongkat golf ditangannya, sedikit berjalan mundur. Kedua matanya tidak sanggup melihat ke arah pria di depannya. Kebalikannya, kini Jongin tidak bisa melepaskan pandangannya dari Soojung, wanita yang dia cintai setengah mati

"Kenapa kesini?" balasnya tanpa sedikitpun melirik Jongin yang berdiri tepat di hadapannya

"Ingin melihatmu, lebih dekat"

Jongin menaruh kedua tangannya di belakang badannya. Kedua telapak tangannya mengepal kuat, menahan dirinya bergerak lebih jauh, menahan diri untuk tidak memeluk wanitanya yang sampai saat ini masih menunduk

"Sudah makan malam?" sambung Jongin karena Soojung tidak kunjung merespon ucapannya yang sebelumnya

Anggukan pelan menjawab pertanyaan pria itu. Jongin balas mengangguk sambil terus menelusuri keadaan Soojung di depannya. Wanita itu terlihat baik atau mungkin sangat baik, tanpa kehadirannya

"Aku merindukanmu" ucap Jongin lalu membalikkan badannya, menutupi kepalanya dengan jaket di badannya

Soojung mengigit bibir bawah saat mendengar kalimat tersebut. Tenggorokannya terasa tercekat, tidak mampu mengeluarkan kalimat yang harusnya dia ucapankan sejak dulu. Dadanya kembali sesak saat mengingat kejadian yang lalu, tentang dirinya dan Jongin, serta suaminya

Kini kedua netra Soojung tidak lepas memandangi punggung Jongin yang semakin lama semakin menghilang di tengah derasnya hujan malam ini. Soojung segera menutup dan mengunci pintu rumahnya. Kedua pipinya kini sudah basah

Tongkat golf di tangannya jatuh begitu saja. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, meredam isak tangisnya malam ini. Kepalanya menunduk dalam, dadanya terasa sakit sekali

Tidak lama suara mesin mobil terdengar, Soojung menegakkan badannya dan segera menghapus jejak air mata di kedua pipi serta kelopak matanya. Itu suaminya yang datang, dua tahun menikah juga membuatnya hafal dengan suara mesin milik Sehun, suaminya

Soojung mengatur nafasnya, meraih kunci pintu dan segera membukanya. Kedua netranya segera menangkap Sehun yang berdiri di depannya dengan senyum menawan

"Kamu menangis sayang?"

Sehun melangkahkan kakinya untuk berdiri lebih dekat dengan Soojung. Kedua tangannya menangkup pipi istrinya itu, mengusapnya lembut "Siapa yang membuatmu menangis hm?"

Soojung menatap wajah khawatir suaminya sambil tersenyum kecil lalu menggeleng pelan. Kedua tangannya memeluk pinggang Sehun di depannya

"Hanya menangis sedikit karena terbawa alur novel yang aku baca"

Senyum Sehun perlahan mengembang. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan ternyata. Pria itu menurunkan kedua tangannya lalu membalas pelukan istrinya dengan erat

"Aku sangat mencintaimu, jangan menangis seperti ini. Hatiku sakit melihatnya" bisikan suaminya terdengar jelas di telinga Soojung, dia mengeratkan pelukan suaminya

Soojung tersenyum kecil "Tidak apa apa" balasnya

Wanita itu menyembunyikan wajahnya di dada bidang Sehun sambil memejamkan kedua matanya erat. Merapalkan banyak kata maaf di dalam hatinya, untuk Sehun tentunya

Sehun menunduk, mengecup puncak kepala istrinya itu. Tangan kanannya terangkat untuk mengusap lembut surai Soojung. Dia tau istrinya berbohong. Tidakkah berlebihan menangisi novel membuat kedua matanya terlihat sembab seperti itu, tidak biasanya Soojung seperti itu

"Sayang ayo ke dalam, hujannya makin deras" ucap Sehun yang kedua netranya tidak lepas dari tongkat golf yang tergeletak di sampingnya

Pria itu melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Soojung, menggendongnya tanpa aba aba yang dihadiahi teriakan kecil dari istrinya

Tawa renyah keluar dari mulut Sehun "Seperti itu sayang. Lebih baik mendengar amukanmu daripada melihatmu menangis" ucapnya sambil membawa Soojung ke ruang makan, mendudukkan badan istrinya dengan perlahan di kursi yang tersedia

Sehun melepas pelukannya lalu mengecup puncak kepala istrinya "Aku bersih bersih dulu, setelah itu kita makan bersama"

Ucapan Sehun hanya dibalas anggukan oleh Soojung, disertai senyum kecil pada bibir indahnya. Dia beranjak dari duduknya lalu mengambil wadah masakan yang dia masak tadi. Membawanya ke atas kompor untuk dipanaskan lagi

Wanita itu segera mematikan kompor setelah dia juga selesai membuat teh untuk suaminya. Lalu menata semua makanan di atas meja. Tak lama netranya menagkap Sehun yang sedang menuruni anak tangga dengan senyum manisnya untuk Soojung

"Kau menatapku seperti tidak melihatku selama bertahun tahun, serindu itukah dirimu sayang?" Sehun mengecup sekilas pipi Soojung, membuat wanita itu tersenyum lebar dengan kedua pipinya yang kini merah padam

"Jangan menggombal dan segeralah makan"

Mereka berdua segera duduk berhadapan dan menyantap masakan yang Soojung panaskan tadi

"Bagimana operasi tadi? Lancar?" tanya Soojung sambil menggeser cangkir teh ke hadapan suaminya. Sehun mengangguk angguk disela sela kunyahannya, wajahnya terlihat sangat menikmati masakan istrinya itu

"Lancar tapi tidak terlalu lancar"

Ucapan Sehun yang tidak jelas membuat Soojung mengerutkan dahinya dan menatap suaminya itu "Kau selalu tidak jelas"

Sehun terkekeh pelan "Ya tadi ada kendala tapi bisa kutangani, sayang" pria itu menaruh garpu dan sendok di atas piringnya, tanda dia telah selesai menyantap makanannya lalu menatap istrinya di depan

"Tadi pasien tidak bisa mendapat darah yang sesuai, kami kehabisan stok darah dengan golongan yang sesuai" ucapan Sehun berhenti karena dia kini tengah meminum teh buatan Soojung. Sedangkan wanita itu masih terus menatap suaminya, merasa kalimatnya menggantung

"Tiba tiba ada seseorang yang datang menawarkan darahnya untuk diambil padahal dia tidak memiliki hubungan keluarga dengan pasien, orang yang sangat baik. Keren bukan?"

Soojung mengangguk, menyetujui ucapan suaminya barusan "Kenapa dia repot repot sekali seperti itu" Sehun mengangkat kedua bahunya

"Jika aku menemui keadaan seperti itu, aku juga akan memberikan darahku dengan suka rela. Apalagi jika itu tentangmu Soojung-ah, aku akan melakukan apapun untukmu" Soojung menatap tangan kanannya yang kini Sehun genggam, merasakan rasa hangat yang luar biasa saat tangan pria itu mengelus punggung tangannya dengan lembut

Betapa beruntungnya dia sekarang memiliki Sehun yang selalu berada di sampingnya. Suami yang sangat baik dan menyayanginya sepenuh hati, sangat sempurna. Namun dadanya nyeri saat mengingat bahwa yang dia cintai bukanlah Sehun, namun pria yang mencuri atensinya sejak dulu, Kim Jongin

TBC

𝐌𝐎𝐎𝐍𝐖𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑 | 𝐌𝐈𝐍𝐆𝐘𝐔 × 𝐑𝐎𝐒ÉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang